Minggu, 20 Juli 2014

[SERIES] What ? Married ??? Part 19

[SERIES] What ? Married ??? Part 19
Title                 : [SERIES] What ? Married ??? Part 19
Author             : Cavela
Length             : Series
Genre              : Married Life, Romance, and Sad
Main Cast        : Cho Kyuhyun and Kim Ji Won
Other Cast      : Kim Myung Soo aka L , Woohyun, Hoya, Sungyeol, Sungjong, Sungkyu, Dongwoo, Lee Donghae, Lee Hyukjae aka Eunhyuk, Choi Siwon, Park Jung Soo aka Leeteuk, Shindong, Kang In, Kim Ryeowook, Kim Heechul, Kim Jung Woon aka Yesung, Lee Sungmin, Jung Yong Hwa, Kang Min Hyuk, Choi Minho, Lee Taemin, Onew, Key, Lee Jonghyun, Krystal Jung, Choi Sulli, Victoria Song, Luna, Amber, Seo Joo Hyun aka Seohyun, Jessica Jung, Kwon Yuri, Kim Taeyeon, Im Yoon ah, Choi Sooyoung, Tiffany Hwang, Lee Sunkyu aka Sunny


Preview

“ Apa benar aku bersikap manja ketika sedang bersamanya? Seandainya dia tidak hamil. Seandainya dia tidak bersikap baik seperti ini padaku. Seandainya dokter itu tidak mengingatkanku agar tidak membuatnya stress. Seandainya Sungmin tidak memberiku saran agar bersikap baik padanya. Mungkin saat ini aku mengacuhkannya.” Pikirku sambil melihat wajahnya.

“ Kajja, kita berangkat! Aigo ternyata nae nampyeon berat sekali.” Ajaknya sambil memapahku.

Aku menanggapinya dengan tersenyum padanya. Aku tak menyangka kami berangkat dengan menggunakan mobilnya. Aku sempat mengira bahwa kita akan pergi menggunakan taksi. Aku ingat bahwa mobil ini adalah mobil miliku. Aku benar-benar tak tahan berada didalam mobil ini. Dia benar-benar yeoja aneh. Mana ada seorang yeoja membawa mobil dengan kecepatan penuh seperti ini.
Next

“ Aish jinja, yeoja babo. Mengapa kau menyetir dengan kecepatan penuh seperti ini? Apakah kau ingin membunuhku sekarang?” Tanyaku tak terima.
“ Mianhae, oppa. Aku sudah terlambat. Apakah aku tidak salah mendengarnya? Kau memanggilku yeoja babo? Apakah kau mengingatnya oppa? Dulu kau sering memanggilku seperti itu.” Katanya.

“ Mengapa aku memanggilnya yeoja babo? Dia terlihat senang sekali mendengarnya. Dasar yeoja aneh.” Pikirku.

“ Aniyo. Geunyang, aku refleks mengatakannya.” Elakku.
“ Araseo. Kita sudah sampai, oppa. Kajja!” Ajaknya lalu dia keluar dari mobil dan membukakan pintu mobil disebelahku.

Kali ini aku tidak memakai kursi roda melainkan sebuah tongkat. Tanganku sudah membaik sehingga tidak perlu memakai gips lagi. Namun kakiku masih sulit untuk digerakkan. Di sepanjang jalan, banyak kru yang menyapa kami. Dia tersenyum padaku dan kru itu. Aku merasa bahwa dia tidak berbohong mengenai pernikahan ini. Buktinya terdapat banyak fans dan wartawan memotret kami. Namun tak ada satupun dari mereka yang bertanya pada kami. Dia menyuruhku untuk duduk disebuah kursi yang dekat dengan lokasi syuting. Syuting pun dimulai. Aku melihat aktingnya. Aku sangat kagum dengan aktingnya itu. Dia tidak melakukan kesalahan satupun. Kini aku membelalakan mataku ketika melihatnya berciuman dengan lawan mainnya.

“ Apakah ini yang dia maksud ingin menunjukan bakat aktingnya didepanku? Apakah dia ingin menunjukan padaku aktingnya ketika sedang berciuman dengan lawan mainnya? Geunde, ciuman itu terlalu hots. Aku tak bisa tinggal diam disini saja. Aku harus kesana sekarang. Chankaman! Mengapa aku harus pergi kesana? Apakah aku sedang marah padanya karena dia berciuman dengan namja lain? Ommo, ini tak boleh terjadi. Aku harus menahannya. Aku harus tetap berada disini. Aku tak ingin membuatnya terlalu percaya diri karena aku sedang merasa cemburu.” Pikirku sambil menatap nanar pada akting ciuman Ji Won.

“ Oppa, bagaimana aktingku? Sungguh luar biasa bukan?” Tanyanya sambil membenarkan syal yang ku pakai.
“ Aktingmu sangat buruk sekali. Terutama saat kau berciuman dengan lawan mainmu itu sangat jelek sekali.” Kataku.
“ MWO? Mengapa kau mengatakan aktingku sangat buruk sekali? Ah, apakah kau merasa cemburu karena aku berciuman dengan lawan mainku?” Godanya.
“ Ani. Apa kau sudah selesai? Aku lapar.” Elakku.
“ Araseo.” Katanya sambil mengambil tas miliknya.

Kami berjalan menuju mobil. Dia membukakan pintu mobil untukku. Aku pun masuk ke mobil. Setelah itu, dia masuk ke mobil. Dia melihatku sambil tersenyum. Tiba-tiba dia mendekatiku hingga aku bisa merasakan deru nafasnya. Dia mengambil sabuk pengaman dan memasangkannya padaku. Ketika dia sedang memasangkannya, bibirnya tepat berada didepan bibirku. Aku tiada hentinya melihat bibirnya itu. Entah setan apa yang merasukiku, tanganku memegang dagunya. Dia melihatku dengan mata yang berbinar-binar. Aku sangat menyukai tatapannya itu. Aku mendekatkan wajahku hingga akhirnya aku mencium bibirnya. Ku lihat dia terkejut namun detik itu juga dia memejamkan matanya. Aku pun memejamkan mataku. Aku menciumnya bahkan melumatnya dengan pelan. Dia membalas ciumanku. Aku sangat menikmatinya. Detik itu juga, muncul sebuah bayangan dibenakku. Bayangan itu adalah bayanganku bersama seorang yeoja sedang berciuman. Aku yakin bahwa yeoja itu bukan Seohyun. Kini aku melepas ciuman kami dan detik itu juga bayangan itu muncul lagi. Kali ini aku mengingat dengan jelas wajah yeoja itu. Yeoja itu adalah Ji Won. Dia tersenyum padaku.
“ Mengapa kau menciumku? Apakah ciuman tadi adalah pelampiasanmu terhadap rasa cemburumu itu?” Godanya.
“ Ani. Kau jangan terlalu percaya diri. Geunde, aku merasa bahwa aku pernah melakukan ciuman seperti ini.” Elakku.
“ Aku sangat lega sekali karena kau hilang ingatan seperti ini.” Katanya dengan senang.
“ Wae? Apakah kau lebih senang aku tidak mengingat apa-apa?” Tanyaku tak terima.
“ Nde. Aku senang kau seperti ini. Apakah kau tahu? Dulu ketika kau pulang ke apartemen. Kau hampir membunuhku karena aku harus melayanimu berciuman. Permintaanmu itu bukan hanya untuk satu hari atau dua hari, tapi hampir setiap hari kau menciumku.” Katanya sambil menyetir.
“ Aku tidak mungkin menciummu setiap hari? Aku bukanlah namja yadong?” Tanyaku tak terima.
“ Ani. Kau memang raja yadong. Ah, kita sudah sampai. Kajja!” Ajaknya tanpa melihat kearahku.

Kami turun dari mobil. Kami masuk ke restoran itu dan memilih tempat duduk. Setelah duduk, ku lihat dia sibuk membaca menu makanan. Aku hanya bisa menggelengkan kepalaku karena dia tak mengijinkanku untuk melihat menu itu. Akhirnya dia memanggil pelayan dan memesan makanan. Aku membelalakan mataku ketika dia memesan makanan yang dominan dengan sayuran.
“ MWO? NEO MICHEOSSEO? Shirreo. Aku ingin memakan daging sekarang.” Tolakku.
“ Aniyo. Kau harus makan banyak sayuran.” Tolaknya.
“ Jebal!” Mohonku padanya.
“ Araseo. Aku akan memesan satu porsi daging untukmu. Geunde, kau harus makan sayuran yang telah ku pesan juga. Otte?” Tawarnya.
“ Deal. Bagiku yang terpenting adalah aku bisa makan daging sekarang.” Kataku dengan senangnya.
Ku lihat pelayan datang sambil membawa makanan pesanan kami. Dia memesan lagi pada pelayan. Setelah itu, dia memberikan semangkuk nasi dan sayuran padaku.
“ Arra, aku akan memakannya.” Kataku ketika dia melihatku dengan tatapan tajamnya.
“ Oppa, apakah kau ingat kapan terakhir kita makan di restoran ini?” Tanyanya disela makannya.
“ Ani. Aku tidak mengingatnya. Geunde, apakah kau nappeun yeoja? Mengapa banyak sekali scandal mengenai dirimu di internet?” Tanyaku penasaran.
“ Apakah kau sangat penasaran denganku, oppa?” Tanyanya.
“ Nde. Aku masih meragukanmu sebagai nae anae.” Kataku.
“ Araseo. Sebenarnya kita menikah karena perjodohan. Saat itu aku masih pelajar SMA kelas 3. Saat kita menikah dulu, kita tidak saling mencintai bahkan oppa telah memiliki yeojachingu.” Jelasnya.
“ Apakah nae yeojachingu adalah Seohyun?” Tanyaku.
“ Nde. Setelah menikah kau masih berpacaran dengannya. Aku sama sekali tak mempersalahkannya hingga akhirnya L menyatakan perasaannya padaku.” Katanya.
“ Apakah namja yang kau maksud adalah L Infinite?” Tanyaku.
“ Nde. Aku sangat menyukainya karena dia selalu menolongku ketika aku mengalami kesulitan. Melihat kebaikannya itu, aku tak bisa menolaknya meskipun statusku pada saat itu adalah neo anae. Kita menjalani kehidupan kita secara masing-masing. Saat hari kelulusanku, kau melihat kami sedang berciuman hingga kau sangat marah padaku.” Jelasnya.
“ Geunde, bukankah kau bilang kita menjalani kehidupan kita secara masing-masing? Lalu mengapa aku marah padamu ketika kau sedang berciuman dengan neo namjachingu?” Tanyaku tak mengerti.
“ Molla. Geunde, aku sangat merasa bersalah padamu bahkan kau menghindariku. Meskipun aku telah berselingkuh darimu, seharusnya aku tak menunjukan perselingkuhan itu didepanmu. Akhirnya aku mencari berbagai cara agar aku bisa bicara padamu. Setelah kita bertemu, aku sangat terkejut sekali karena kau menyatakan perasaanmu padaku. Disisi lain aku sangat sedih karena telah menyakiti L . Geunde ketika kau sedang marah padaku bahkan menghindariku, aku merasa sangat sedih sekali bahkan aku merasa kehilangan. Pada detik itu, aku merasakan bahwa aku sangat mencintaimu bahkan tak ingin kehilangan dirimu. Setelah itu, kita selalu bersama-sama. Itulah awal kebersamaan kita hingga kau memadu kasih denganku di Italy dan memberikanku seorang anak ini.” Jelasnya sambil memegang perutnya.
“ Aku masih tidak mengingatnya. Geunde, setelah aku mengatakan perasaanku padamu. Apakah kau memutuskan neo namjachingu? Apakah saat itu juga aku memutuskan Seohyun?” Tanyaku dengan penasaran.
“ Aniyo. Kita masih memikirkan waktu yang tepat untuk memutuskan mereka hingga kau mempunyai scandal dengannya. Pada detik itu juga, kau memutuskannya. Namun, aku memutuskan L ketika kau menyuruhku untuk memutuskannya.” Katanya sambil tersenyum.
“ Apakah kau sedang tidak membohongiku dengan ceritamu itu?” Tanyaku tak percaya.
“ MWO? NEO MICHEOSSEO? Naega wae? Aku membohongimu.” Tanyanya tak terima.
“ Arra, lupakanlah!” Kataku lalu memakan daging yang telah ku nantikan.

Setelah makan, kami pulang. Disepanjang perjalanan, aku selalu mengingat perkataannya dan berusaha untuk mengingat semua moment itu. Namun, aku masih tak bisa mengingatnya. Akhirnya kami tiba di apartemen. Dia masuk ke apartemen dengan tergesa-gesa sambil menutup mulutnya. Aku sangat khawatir melihatnya. Namun aku tak bisa berlari untuk menghampirinya karena kakiku masih belum sembuh total. Aku menghampirinya dengan berjalan pelan-pelan. Ku lihat dia sedang muntah.

“ Apakah ini pengaruh dari kehamilannya hingga dia muntah seperti ini?” Tanyaku dalam batin.

“ Oppa, mengapa kau ada disini? Seharusnya kau pergi ke kamar dan istirahat?” Tanyanya sambil melihatku dari cermin yang ada di kamar mandi.
“ Neo gwenchana?” Tanyaku.
“ Nan gwenchana. Besok aku akan mengantarkanmu untuk terapi. Aku ingin oppa bisa berjalan lagi. Kajja!” Ajaknya lalu meninggalkanku.

Aku sudah tidak terkejut lagi melihatnya tidur disampingku. Ketika dia tidur disampingku, aku merasakan jantungku berdetak dengan cepatnya. Entah hasrat apa yang ada didalam diriku ini. Aku sangat ingin memeluknya. Namun saat aku akan memeluknya, dia memegang perutnya dengan erat. Padahal ku lihat dia masih memejamkan matanya.
“ Mengapa dia memegang perutnya dengan erat seperti ini? Apakah terjadi sesuatu pada janinnya? Andwe, ini tidak boleh terjadi. Ottokke?” Gumamku.

Tanganku memegang dan mengelus perutnya. Ku lihat dia melepaskan tangannya dan tersenyum dalam tidurnya seolah-olah menikmatinya. Aku tersenyum padanya.
“ Aegy. Jangan membuat neo omma kesakitan seperti ini, nde! Lihatlah neo omma tidak bisa tidur dengan nyenyak.” Gumamku sambil mengelus perut Ji Won dengan pelan.
“ Oppa, kau sudah bangun? Apakah aku bangun terlambat? Oppa, mengapa matamu terdapat lingkaran hitam seperti ini?” Tanyanya sambil mengedipkan matanya beberapa kali.

“ Yeoja babo. Jawabannya sudah pasti aku tidak tidur. Sepanjang malam aku sibuk mengelus perutmu yang kesakitan itu.” Pikirku.

“ Cepatlah bangun! Palli! Bukankah kau ingin mengantarkanku ke rumah sakit?” Kataku.
“ Ah, nde. Chankaman! Aku mandi dulu.” Katanya lalu berlarian menuju kamar mandi.
“ Yeoja babo. Mengapa dia harus berlari seperti itu? Apakah dia tidak takut jatuh?” Gumamku sambil melihat kepergiannya.

Akhirnya dia mengantarkanku ke rumah sakit. Selama aku menjalani terapi, dia selalu menemaniku dan memberiku semangat. Entah mengapa melihatnya tersenyum, jantungku berdetak dengan cepat hingga aku tak sanggup untuk mengendalikannya.
“ Bagaimana keadaan nae nampyeon, dokter?” Tanyanya.
“ Sepertinya anda merawatnya dengan baik. Kondisinya mulai membaik dan kemungkinan dalam satu minggu ini. Neo nampyeon dapat berjalan dengan normal lagi.” Kata dokter itu.
“ Jeongmalyo? Oppa, kau dengar. Kau bisa berjalan dengan normal lagi tanpa menggunakan tongkat ini.” Katanya dengan senang.
“ Kamsahamnida, dokter.” Kataku.
“ Nde. Saya harap setelah terapi ini, anda dapat melakukan terapi sendiri di rumah anda demi kesembuhan kaki anda. Kaki anda harus banyak bergerak.” Kata dokter padaku.
“ Nde. Araseo.” Kataku.

***

SATU BULAN KEMUDIAN!!!

Kini kakiku sudah sembuh total. Aku kembali menyanyi dan dance bersama Super Junior. Dalam satu bulan kami menyanyi sudah lebih dari 12 konser. Tubuhku sangat lelah sekali. Saat ini aku sedang rapat bersama hyungdeul mengenai konser berikutnya. Pada detik itu, ponselku berdering dengan keras dan lama sekali hingga Leeteuk hyung menyuruhku untuk menjawab panggilan telepon itu.

“ Yeobbseo.” Sapaku.
“ Oppa, mengapa kau tidak pulang? Aku ingin makan ramyun sekarang.” Kata Ji Won diseberang sana.
“ Nde. Aku akan pulang nanti. Kau pesanlah ramyun di restoran, nde. Aku sedang rapat.” Kataku.
“ MWO? SHIRREO. Aku ingin makan ramyun buatanmu. Aku akan menunggumu. Jika kau peduli pada janinmu ini maka pulanglah sekarang!” Ancamnya.
“ MWO? NEO MICHEOSSEO? Apakah kau sedang mengancamku? Yeobbseo? Yeobsseo? Aish jinja, yeoja babo ini membuatku gila. Mengapa dia memutuskan teleponnya? Padahal aku belum selesai bicara.” Kataku sambil melihat ponselku sendiri.

“ Wae?” Tanya Leeteuk.
“ Ji Won menyuruhku pulang sekarang. Dia menyuruhku memasak ramyun untuknya. Apakah dia tidak salah mengatakannya? Aku ini tidak bisa memasak. Ryeowook bisakah kau memasakan ramyun untuknya?” Tanyaku.
“ SHIRREO. Aku lelah sekali.” Tolak Ryeowook.
“ Aish pelit sekali. Aku pulang sekarang.” Kataku lalu meninggalkan mereka.
“ Aish jinja, anak itu pergi begitu saja. Padahal aku belum mengijinkannya. Yak, Kyu kembalilah!” Teriak Leeteuk namun aku tetap pergi meninggalkan mereka.

Aku sengaja mampir ke restoran untuk membeli ramyun. Setibanya di apartemen, benar saja dia menungguku sambil menonton TV. Aku memberikan ramyun itu padanya namun dia menolaknya bahkan membuangnya ke tempat sampah.
“ MWO? NEO MICHEOSSEO? Aku sengaja pulang dan membelikan ramyun ini untukmu. Geunde, kau malah membuangnya begitu saja.” Kataku tak terima.
“ Meskipun kau membelikan ramyun 100 bungkus untukku, aku tidak akan pernah memakannya. Aku ingin makan ramyun buatanmu. Palli! Masakan ramyun untukku!” Titahnya sambil mendorongku ke dapur.
“ Geunde, aku tidak bisa memasak. Apa kau yakin masih menginginkan ramyun buatanku?” Tanyaku kembali.
“ Nde, palli!” Katanya sambil duduk.

Dengan terpaksa, aku menuruti keinginannya. Aku browsing melalui ponselku cara untuk memasak ramyun. Aku mempersiapkan bahan yang dibutuhkan sesuai dengan resep di internet lalu aku memasak sesuai dengan petunjuk itu. Akhirnya aku selesai membuatnya. Aku memberikan ramyun itu padanya. ku lihat wajahnya senang sekali ketika melihat ramyun itu. Dia memakan ramyun itu. Namun setelah dia menelannya. Dia memberikan ramyun itu padaku.
“ Oppa, makanlah! Aku ingin kau menghabiskan ramyun ini!” Titahnya.
“ MWO? Mengapa aku yang harus menghabiskannya? Bukankah kau ingin makan ramyun buatanku?” Tanyaku tak mengerti.
“ Aku sudah kenyang. Kau harus menghabiskan ramyun ini. Jika tidak, aku akan pulang ke rumahmu.” Ancamnya.
“ MWO? Mengapa harus rumahku? Mengapa tidak rumahmu saja? Tak bisakah kau tak mengancamku satu hari saja?” Tanyaku tak terima lalu aku memakan ramyun itu.
“ AISH JINJA. Pantas saja kau tak ingin memakannya. Rasanya sangat hambar seperti ini.” Kataku setelah menelan ramyun itu.
“ Kau harus menghabiskannya!” Ancamnya sambil menatap tajam padaku.
“ Araseo.” Kataku dengan pasrah sambil melihat kearahnya yang sedang menertawaiku.

“ Apakah ini yang dinamakan kekerasan dalam rumah tangga? Geunde, mengapa harus aku yang menjadi korbannya? Dimana-mana sang istrilah yang menjadi korbannya bukan sang suami. Dia selalu ngidam hal yang aneh akhir-akhir ini.” Pikirku sambil memakan ramyun itu.

FLASHBACK!!!

“ Oppa, ireona! Palli!” Katanya sambil membangunkanku.
“ Wae? Aku lelah sekali. Aku masih mengantuk.” Kataku masih memejamkan mata.
“ Aku ingin pergi ke rumahmu. Aku ingin bertemu dengan neo omma dan Ahra onnie.” Katanya.
“ Geunde, ini masih jam 2 a.m. Besok saja, nde.” Kataku sambil melihat kearah jam dinding.
“ Shirreo. Jika kau tak ingin mengantarkanku, aku bisa pergi menggunakan taksi.” Tolaknya sambil beranjak dari ranjang menuju lemari.

“ Aish jinja, yeoja babo. Tak bisakah dia menunggu besok. Mengapa dia selalu menyiksaku seperti ini?” Pikirku dengan kesal.

“ Araseo. Aku akan mengantarkanmu.” Kataku dengan pasrah dan ku lihat dia senang bukan main.

Akhirnya kami tiba di rumahku. Aku menekan bel pintu beberapa kali namun tak ada yang membuka pintu. Aku mulai kesal hingga aku terus menekan bel itu.
“ Apakah kau lihat? Mereka pasti sudah tidur. Kajja! Kita pulang.” Kataku dengan kesal.
“ Shirreo.” Tolaknya sambil menekan bel itu.
“ Kyunie, Ji Won. Mengapa kalian berkunjung ke rumah di pagi buta seperti ini? Apakah kalian tak tahu sekarang adalah jam tidur?” Tanya Ahra tak terima.
“ Mianhae, noona. Ji Won ingin pergi kemari. Padahal aku sudah bilang padanya agar berkunjung besok. Geunde, dia tetap keras kepala ingin pergi kemari bahkan dia mengancamku.” Kataku.
“ Onnie, aku ingin tidur disini.” Katanya kepada Ahra noona lalu masuk ke rumah.
“ Ada apa dengannya?” Bisik Ahra noona padaku.
“ Molla. Dia selalu meminta padaku hal yang aneh-aneh hingga aku lelah dibuat olehnya.” Bisikku.
“ Mungkin dia sedang ngidam sekarang. Kau harus melakukan apa yang dia inginkan. Jika kau tak ingin membuatnya marah, araseo!” Kata Ahra noona.
“ Araseo.” Kataku dengan pasrah.

Akhirnya aku bisa tidur dengan nyenyak setelah dia tidur dengan pulasnya. Tak lama aku memejamkan mata, Ji Won membangunkanku lagi dan merengek padaku.





TBC

Bacalah part sebelumnya dengan mengklik link dibawah ini!

Part 1 Part 2 Part 3 Part 4 Part 5 Part 6 Part 7 Part 8 Part 9 Part 10 Part 11 Part 12 Part 13 Part 14 Part 15 Part 16 Part 17 Part 18

Tidak ada komentar: