[Special
Edition Love is Feeling] Ji Won’s Diary Part 4
Title : [Special Edition Love is
Feeling] Ji Won’s Diary Part 4
Author : Cavela
Length : Series
Genre : Romance and Sad
Main
Cast : Kim Myung Soo aka L Infinite
and Kim Ji Won
Other Cast : Cho Kyuhyun, Kim Yerim, Kim Ryeowook, Beige, Kim Heechul, Im
Yoona, Leeteuk aka Seongseonim Park,
Hyuna, Gayoon, Yoo Seung Ho, Jung Yong Hwa, Lee Hyukjae aka Eunhyuk, Song
Eunji, Han Ji Min, Kang In aka Seongseonim, Park Shi Ho, Hwang Jung Eum, Lee Da
Hee, Lee Jun Ki, Song Hye Kyo, Han Ga In, Park Shin Hye, Yoon Eun Hye, Jessica
Jung, Moon Chae Won, Kang So Ra, Goo Hye Sun, Lee Sunkyu aka Sunny, Lee Hong
Ki, Shindong, Kim Bum, Kim Gyeong, Song Ye Jin, Park Si Yeon, Jung So Min, Kim Jae Joong, Seo In Guk,
Kwon Yuri, Kim Sae Ron, Tuan Kim, Nyonya Kim, Micky Yoochun, Choi Sulli, Kim So
Eun, Lee Joon, member Infinite, member Super Junior, member Girls Generation
Pada tanggal 6 Mei 2013 tepat pukul 5.00 a.m, kelas kami
mengadakan praktikum kembali. Pada saat itu Myung Soo mendiamkanku tanpa sebab.
Apakah alasan dia memdiamkanku seperti ini? Apakah karena masalahku dengan Jung
Eum atau masalahku dengannya ataukah ada masalah lain? Pertanyaan itu selalu
berputar dipikiranku. Padahal untuk masalahku dengan Jung Eum, aku lebih
memilih untuk mengabaikannya. Aku berusaha untuk mendekatinya di bus. Namun,
dia malah menghindariku. Apakah dia marah padaku? Namun, apa alasan yang
menyebabkan dia seperti itu?
Pada tanggal 7 Mei 2013, kami masih melakukan praktikum
disana. Tepat pukul 4.00 a.m, kami sedang beristirahat di hotel. Aku sengaja
mengunjungi kamar hotelnya untuk menanyakan alasan itu padanya. Aku sempat
kesal padanya karena dia tidak bisa diam ketika kami sedang bicara hal yang
serius. Akhirnya dia mengatakan padaku agar tidak campur dalam urusan
keluarganya. Aku sempat bertanya pada diriku sendiri. Aku tak pernah sama
sekali mempunyai niat untuk ikut campur urusan keluarganya bahkan aku sama
sekali tidak mengetahui tentang keluarganya itu. Yang ku tahu hanya adik
perempuannya. Adik perempuannya itu selalu berusaha untuk menghubungiku.
Padahal akun media sosialnya telah diblokir oleh Myung Soo sendiri. Sedangkan
aku hanya menyaksikannya saja. Aku sempat bingung karena dalam inbox akun media
sosialku ada message dari adik perempuannya melalui akun media sosial temannya
dan aku tak pernah membaca message itu? Apakah Myung Soo yang membacanya?
Entahlah, aku pun tak mengetahuinya. Mulai dari itu, aku mulai membalas setiap
message dari adiknya itu. Terlihat jelas bahwa adiknya itu ingin mengetahui
hubunganku dengan Myung Soo. Dia berpura-pura sebagai pacar Myung Soo. Aku
mulai menanggapi messagenya. Namun, aku tetap menyembunyikan hubunganku dengan
Myung Soo. Jika aku terus menanggapinya, mungkin Myung Soo akan lebih marah
padaku hingga aku berhenti untuk menanggapi message dari adiknya itu. Meskipun
aku sudah mengetahui alasannya, namun hubungan kami belum membaik.
Pada tanggal 8 Mei 2013 tepat pukul 7.00 p.m, saudaraku datang mengunjungiku. Saudaraku ingin bertemu dengan Myung Soo. Aku pun memanggil Myung Soo dan menyuruhnya untuk keluar karena saudaraku ingin bertemu dengannya. Aku sempat menahan tawaku ketika dia berlarian bahkan meminjam pakaian untuk dikenakan pada temannya. Akhirnya mereka berkenalan. Saat itu saudaraku membawa temannya. Saudaraku bermaksud untuk mengajak kami jalan-jalan karena ada motor temannya yang bisa kami gunakan. Kami menyetujuinya. Namun, hal tak diduga terjadi. Ternyata kami harus melakukan briefing dan menganalisis data yang telah kami dapatkan. Akhirnya dengan terpaksa aku membatalkan rencana kami tadi. Aku sangat kecewa sekali karena itu adalah kesempatan kami untuk bersama. Namun, tugas mengharuskan kami untuk membatalkannya. Aku hanya bisa pasrah dengan itu. Meskipun kami tidak pergi jalan-jalan, namun kami menghabiskan waktu bersama hingga tengah malam didepan kamar hotelnya. Saat itu aku sangat senang sekali karena hubungan kami mulai membaik lagi.
Pada tanggal 9 Mei 2013 tepat pukul 11.00 a.m, kami berada di
lokasi praktikum selanjutnya. Setelah selesai melakukan observasi lokasi itu,
kami diberi kebebasan untuk beristirahat selama satu jam. Aku mencari Myung Soo
di sekitar lokasi itu sambil jalan bersama Hong Ki. Tak lupa aku dan Hong Ki
foto bersama. Setelah selesai foto bersama Hong Ki, aku melihat Myung Soo
sedang melihat kami. Aku tersenyum dan menghampirinya lalu mengajaknya foto
bersama. Namun, dia menolak ajakanku. Aku sempat berpikir. Apakah dia masih
marah padaku atau dia merasa lelah hingga menolak ajakanku itu? Entahlah, dia
yang lebih mengetahuinya. Setelah itu, ku lihat temannya menghampirinya lalu
aku putuskan untuk pergi bersama Hong Ki lagi. Tepat pukul 3.00 p.m, lokasi
praktikum terakhir kami adalah pantai. Setelah selesai melakukan praktikum,
kami diberi kebebasan lagi untuk beristirahat. Aku menelepon Myung Soo untuk
memanfaatkan kesempatan ini. Namun, aku baru menyadari bahwa pulsa ponselku
habis. Aku menelusuri pantai bersama Hong Ki. Akhirnya aku menemukan Myung Soo
bersama temannya. Aku berpamitan pada Hong Ki lalu menghampiri Myung Soo. Aku
mengajaknya untuk berfoto kembali. Namun lagi-lagi, dia menolaknya. Aku terus
membujuknya. Namun, tak berhasil. Akhirnya aku pasrah dan memutuskan untuk
pergi. Ketika aku akan pergi, dia mengajakku untuk berfoto. Aku pun tersenyum
lalu menghampirinya. Setelah menghampirinya, ternyata dia hanya mempermainkanku
saja. Aku pun kesal lalu meninggalkannya. Namun, dia menyusul dan menahan
tanganku. Di sepanjang jalan, kami hanya diam saja. Aku membelalakan mataku
ketika melihat pria yang lebih muda dariku. Bagiku pria itu
terlihat tampan walaupun umurnya lebih muda dariku. Sepertinya Myung Soo
menyadari akan tatapanku itu lalu dia merangkulku. Ketika dia merangkulku, aku
sangat senang sekali. Apakah itu tandanya dia sedang cemburu? Semoga dia
benar-benar cemburu. Namun, dia melepaskan tangannya dariku ketika ada
mahasiswa lain yang melihat kami. Dengan refleks, kami malah bertengkar lalu
memisahkan diri. Mengapa bisa terjadi seperti itu? Apakah karena kami tak biasa
menunjukan hubungan kami didepan umum seperti itu terlebih lagi didepan
mahasiswa lainnya? Padahal aku mengharapkan bahwa kami bersama hingga duduk
berdua di bus.
Pada tanggal 15 Mei 2013 tepat pukul 8.00 p.m, aku berniat
untuk melihat akun media sosial Myung Soo. Aku membelalakan mataku karena aku
baru mengetahui bahwa dalam akun media sosial itu kami sudah tidak berteman
lagi. Apakah Myung Soo sengaja menghapus pertemanan kami? Apakah aku mempunyai
kesalahan padanya lagi hingga dia berbuat seperti itu padaku? Aku pun mengirim
message kepadanya dan menanyakan hal itu. Namun, dia mengelaknya. Aku masih
tidak mengerti dengan semua ini karena yang ku tahu hanya Myung Soo yang
mengetahui password akun media sosialku. Apakah Myung Soo berbohong padaku? Apakah
dia dengan perlahan-lahan ingin berpisah denganku? Aku berharap bukan kau yang
melakukan hal ini, Myung Soo. Aku sengaja membiarkan kami tidak berteman dalam
akun media sosial karena aku ingin menyelidiki pelaku sebenarnya.
Pada tanggal 9 Juni 2013 tepat pukul 7.00 a.m, kelas kami
mengadakan outbond. Semenjak kejadian aku dan Myung Soo tidak berteman dalam
akun media sosial, kami saling terdiam bahkan tak berhubungan sama sekali. Aku
mengikuti outbond itu dengan senang hati. Setelah selesai, aku pulang bersama Gyeong. Gyeong mengatakan padaku bahwa dia
sempat bicara dengan Myung Soo. Gyeong mengatakan bahwa bukan Myung Soo yang
menghapus pertemanan kami dalam akun media sosial. Seung Ho mengatakan pada
Gyeong, mungkin Myung Soo mendiamkanku berlarut-larut karena Myung Soo merasa
jenuh padaku. Gyeong pun menanyakan hal itu pada Myung Soo. Myung Soo
menanggapinya dengan tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Aku tahu bahwa
bukan Myung Soo yang menghapus pertemanan kami dalam akun media sosial. Aku
sangat mempercayaimu, Myung Soo. Namun, aku harus menyalahkannya untuk
menyelidiki pelaku sebenarnya. Aku sangat kecewa padamu, Myung Soo. Apakah kau
benar-benar merasa jenuh denganku? Apakah perkataan Seung Ho benar? Tak pernah
terpikirkan olehku bahwa kau akan merasa jenuh padaku. Padahal kau lebih sering
mendiamkanku dan tak sedetikpun aku merasa jenuh dengan tindakanmu itu. Apa
yang harus ku lakukan agar kau seperti dulu, Myung Soo? Bahkan aku telah
memberikan semua yang kau inginkan termasuk menyentuh tubuhku karena aku tak
ingin kehilanganmu. Sebenarnya aku tak ingin bertengkar denganmu karena masalah
ini. Jadi lebih baik kali ini aku mengabaikan masalah ini lagi.
Pada tanggal 18 Juni 2013 tepat pukul 12.00 p.m, aku masih
belum tidur. Aku selalu memperhatikan ponselku berharap bahwa Myung Soo akan
meneleponku. Namun harapanku itu sia-sia. Dia sama sekali tak menghubungiku.
Apakah dia lupa bahwa tepat pukul 12.00 p.m adalah waktu awal ulang tahunku
ke-19. Aku sangat kecewa sekali padamu, Myung Soo.
Pada tanggal 19 Juni 2013, aku berada di kampus. Mahasiswa
lainnya mengucapkan selamat ulang tahun padaku. Aku masih menunggu Myung Soo
untuk mengucapkannya. Dari awal kuliah hingga kuliah berakhir, dia sama sekali
tak menghampiriku. Dia selalu bersama dengan temannya. Apakah dia melupakan
hari ini? Padahal jelas-jelas aku telah melingkari kalender di apartemennya
tepat tanggal 19 Juni adalah hari ulang tahunku. Aku masih menunggu dia
menghubungiku hingga pukul 12.00 p.m. Namun nihil, dia sama sekali tak
menghubungiku. Sebenarnya ada apa denganmu, Myung Soo? Mengapa kau tega
melupakan hari ulang tahunku? Padahal kau pernah mengatakan padaku bahwa kau
akan memberiku hadiah boneka besar tepat pada hari ulang tahunku. Lagi-lagi aku
harus kecewa padamu, Myung Soo.
Pada tanggal 27 Juni 2013 tepat pukul 2.40 p.m, kuliah telah
berakhir. Awalnya aku akan pulang, namun ku urungkan karena aku ingin
menanyakan suatu alasan pada Myung Soo. Aku pun meneleponnya dan menanyakan
keberadaannya. Setelah mengetahui keberadaannya, aku kembali ke kampus. Aku
melihatnya sedang bersama temannya. Aku pun menghampiri dan mengajaknya untuk
bicara berdua. Aku memancingnya dengan beberapa pertanyaan. Aku tidak menyangka
ketika mendengar jawabannya. Dia benar-benar lupa dengan hari ulang tahunku.
Ingin rasanya aku menanyakan hadiah yang akan dia berikan padaku sesuai dengan
janjinya. Namun, ku urungkan karena aku yakin dia pasti lupa dengan semua
janjinya itu bahkan dia lupa dengan hari ulang tahunku. Bila aku stress atau
memiliki banyak pikiran maka kepalaku akan tiba-tiba sakit. Kebetulan saat itu
aku membawa obat yang biasa ku minum. Dia melihatku minum obat itu dan
menanyakan penyakitku. Namun, aku mengabaikannya karena aku terlanjur kesal
padanya. Aku menyuruhnya untuk minta maaf padaku. Ketika dia meminta maaf
padaku, sebenarnya ingin sekali aku tertawa melihat caranya minta maaf padaku. Namun,
aku menahannya karena aku takut dia akan tersinggung. Aku menyuruhnya minta
maaf sebanyak tiga kali dan benar saja dia melakukannya. Namun, raut wajahnya
terlihat jelas seperti terpaksa dan itu membuatku ingin tertawa. Sebenarnya aku
ingin mengajaknya pergi jalan-jalan. Namun, dia mengatakan padaku bahwa dia
akan pergi bersama temannya. Dengan terpaksa aku harus menelan sendiri
keinginanku itu untuk pergi bersamanya. Aku hanya menganggukan kepalaku ketika
mendengarnya lalu kami berpamitan.
Pada tanggal 5 Juli 2013 tepat pukul 3.00 p.m, aku pergi ke
apartemen Myung Soo. Aku berniat untuk mengajaknya pergi bersamaku lebih
tepatnya aku ingin memperkenalkannya pada semua temanku. Aku ingin membuktikan
pada temanku bahwa aku sudah tidak lajang lagi. Namun, aku tidak mengatakan
niatku yang sebenarnya pada Myung Soo karena aku sudah terlanjur taruhan dengan
temanku. Bila Myung Soo datang bersamaku maka mereka akan membayar semua
tagihan untuk biaya menginapku disana. Namun bila Myung Soo tidak datang maka
aku harus minum soju (minuman memabukkan) dan membayar sebagian tagihan biaya
menginap mereka. Bagiku taruhan itu tidak adil karena aku merasa sangat rugi.
Namun, aku tidak mempunyai pilihan lain selain membujuk Myung Soo agar ikut
bersamaku. Aku sangat lelah sekali membujuknya karena dia terlihat ragu-ragu
selain itu dia mempunyai jadwal tour pada hari yang sama. Kali ini aku tak
ingin mengalah padanya karena aku tak ingin kalah taruhan. Aku sangat berharap
padamu, Myung Soo. Aku harap kau mengerti kondisiku ini. Meskipun aku tidak
mengatakan alasan yang sebenarnya.
Pada tanggal 6 Juli 2013 tepat pukul 8.00 a.m, aku menelepon
Myung Soo beberapa kali. Namun nihil, dia sama sekali tak menjawab panggilan
telepon dariku. Padahal aku telah tiba didepan apartemennya bersama temanku.
Aku tak berani mengetuk pintunya lagi karena aku takut dia masih tidur. Aku
masih trauma dengan kejadian dimana Myung Soo berkata kasar padaku. Aku
menyuruh temanku untuk menunggu beberapa menit lagi. Namun, temanku terlihat kesal
hingga akhirnya kami pergi dari sana menuju pantai. Di sepanjang perjalanan,
aku selalu memikirkan Myung Soo. Mengapa dia tega melakukan hal itu padaku? Namun,
aku tidak boleh egois. Mungkin acara tour itu lebih penting dibandingkan dengan
acaraku. Aku merasa iri dengan temanku karena mereka pergi bersama pacarnya.
Sedangkan aku hanya pergi seorang diri menggunakan motorku. Tepat pukul 11.00
p.m adalah puncak acara kami. Mereka membicarakan tentang taruhan itu. Aku
telah berusaha membela diri agar mereka membatalkan taruhan itu. Namun nihil,
taruhan tetap ada. Akhirnya aku mengeluarkan semua uang yang ada didompetku
untuk membayar sebagian tagihan biaya menginap mereka. Setelah itu, mereka
memegang botol soju (minuman memabukkan) dan memberikannya padaku. Aku
membelalakan mataku tak percaya bahwa mereka benar-benar menyuruhku untuk
mabuk. Mereka pun menuangkan soju (minuman memabukkan) kedalam gelas kecil dan
memberikannya padaku. Aku hanya bisa menelan air liurku sendiri sebelum
meminumnya. Ketika aku akan meminumnya, tiba-tiba Soo Hyun mengambil gelas itu
dan meneguknya dengan sekali teguk. Aku sontak terkejut dibuatnya. Semua
temanku memarahi Soo Hyun. Namun Soo Hyun mengabaikannya dan minum semua soju (minuman
memabukkan) itu hingga habis. Aku menghela nafasku dan merasa lega sekali
karena aku tidak meminum soju (minuman memabukkan). Terima kasih, Soo Hyun.
Bila Soo Hyun tidak ada disini, mungkin aku sudah meminumnya. Setelah itu, ku
lihat mereka yang ada disana sedang berpacaran dengan pasangan masing-masing.
Aku merasa iri sekali pada mereka. Seandainya kau ada disini, Myung Soo. Aku
pasti merasa senang sekali karena kita bisa menghabiskan waktu bersama sambil
melihat pantai. Membayangkannya saja sudah membuatku tersenyum sendiri. Apalagi
bila semua itu benar terjadi. Betapa senangnya diriku ini.
Pada tanggal 11 Juli 2013 tepat pukul 3.00 p.m, aku terkejut
bukan main ketika membaca message dari Myung Soo melalui akun media sosialku.
Ada seseorang yang membajak akun media sosialku dan mengirimkannya pada Myung
Soo. Aku telah mengetahui siapa pelaku sebenarnya. Aku tak menyangka bahwa Soo
Hyun mengatakan hal itu pada Myung Soo. Meskipun dalam message itu Soo Hyun
sedikit berbohong. Aku mengerti betul niat baik dari Soo Hyun. Namun aku sangat
kecewa sekali pada Soo Hyun karena dia ikut campur dalam hubunganku dengan
Myung Soo. Akhirnya aku membalas message itu dan menyuruh Soo Hyun untuk
menghentikan aksinya itu. Tepat pukul 9.00 p.m, aku bertemu dengan Soo Hyun di
tempat biasa kami sering bertemu. Aku menanyakan alasan dia melakukan hal itu.
Dia mengatakan padaku bahwa dia merasa kasihan padaku karena menurutnya Myung
Soo telah menyia-yiakanku begitu saja. Aku hanya menanggapinya dengan
tersenyum. Namun, hal tak diduga terjadi. Soo Hyun mengatakan padaku bahwa dia
menyukaiku. Padahal kami tahu betul bahwa kami telah memiliki pasangan
masing-masing. Namun, dia tetap mengatakan perasaannya padaku. Pada detik itu
juga, aku langsung menolaknya. Aku mengatakan padanya bahwa aku sangat
menyayanginya tapi hanya sebagai kakak tidak lebih dari itu. Orang yang ku
cintai adalah Myung Soo. Aku tak pernah menyangka bahwa dia menyalahartikan
kebaikanku selama ini. Aku harap kau mengerti, Soo Hyun. Namun yang sempat ku
bingungkan adalah Myung Soo. Mengapa dia sama sekali tidak meminta penjelasan
dariku? Apakah baginya masalah itu tidak terlalu penting? Apakah perkataan
Gayoon itu benar bahwa dia hanya merasa kasihan padaku? Aku sama sekali tak
bisa menebak pikiranmu, Myung Soo.
Pada tanggal 15 Juli 2013 tepat pukul 11.00 a.m, aku terkejut
bukan main ketika mendengar perkataan dari Sulli. Sulli mengatakan padaku bahwa
dia pernah menguping pembicaraan antara Yerim, Hyuna, Gayoon dan Beige ketika
aku mempunyai masalah dengan Hyuna dulu. Mereka mengatakan bahwa Myung Soo
menyesal telah berpacaran denganku. Myung Soo sangat menyesal karena aku
mempunyai sifat yang buruk. Myung Soo mengatakan seandainya dia mengetahui
sifat burukku lebih dulu, mungkin dia tak akan berpacaran denganku dan dia
mungkin akan memilih berpacaran dengan Yerim dibandingkan denganku. Aku
tersenyum miris ketika mendengar perkataan dari Sulli. Aku jadi teringatkan
dengan perkataan Gayoon waktu itu. Gayoon mengatakan padaku bahwa Myung Soo
berpacaran denganku karena merasa kasihan padaku. Aku terlalu baik bagi Myung
Soo. Setelah itu tepat pukul 4.00 p.m, aku bertemu dengan Shin Hye. Shin Hye
mengatakan bahwa Myung Soo sebenarnya ingin putus denganku. Shin Hye
mengetahuinya dari Yong Hwa karena mereka sedang berpacaran. Berkali-kali aku
harus tersenyum miris setelah mendengar perkataan dari Sulli dan Shin Hye. Aku
tak menyangka bahwa aku mendengar berita itu pada hari yang sama dan sontak
membuatku kecewa dalam seketika. Sebenarnya aku tak ingin percaya dengan
perkataan mereka. Namun bila dipikir-pikir untuk apa mereka berbohong padaku.
Mereka tak mendapatkan keuntungan apapun bila mereka bohong padaku. Myung Soo,
apakah yang mereka bicarakan padaku adalah benar? Mengapa kau harus mengatakan
pada Gayoon, Hyuna, Yerim, Beige, dan Yong Hwa? Apakah kau ingin membuatku malu
dihadapan mereka? Apakah kau malu untuk mengakui pada mereka bahwa sebenarnya
kau menyukaiku? Semua pertanyaan itu aku kirimkan padanya melalui message pada
akun media sosial karena jika aku menanyakan langsung padanya, mungkin aku tak
akan sanggup untuk mendengarnya bila kemungkinan semua itu adalah benar.
Pada tanggal 22 Juli 2013 tepat pukul 8.00 p.m, aku
mengunjungi apartemen Myung Soo bersama temanku karena aku meneleponnya
beberapa kali namun dia tak menjawab panggilan telepon dariku bahkan dia tak
mengirim message padaku. Aku menyuruh temanku untuk menungguku diluar. Ketika
aku tiba didepan apartemennya, aku melihat sepatu dan helmnya berada diluar.
Apakah dia baru pulang kerja? Aku mengetahui dari temannya bahwa selama libur
Myung Soo sibuk bekerja. Bagiku Myung Soo adalah pria paling menarik
yang pernah ku temui. Pertama dia terlihat seperti pria idaman karena
dia meluangkan waktunya untuk bekerja dibandingkan dengan bermalas-malasan
ketika sedang liburan sehingga aku tak perlu mengkhawatirkannya bila suatu saat
nanti dia menjadi suamiku karena sepertinya dia adalah pria yang
bertanggung jawab. Kedua, dia adalah pria teraneh karena dia berani
menyentuh tubuhku bagian daerah terlarang sebelum mencuri ciuman pertamaku.
Terakhir, dia adalah pria yang sulit untuk ditebak pikirannya buktinya
hingga sekarang aku masih belum memahaminya. Selama satu minggu ini, aku telah
memikirkan semuanya. Aku memutuskan untuk “Break”
dengannya karena aku tak ingin kehilangan dia seutuhnya. Mungkin aku
terlihat egois namun aku mempunyai alasan sendiri. Alasan aku melakukan hal itu
adalah untuk menyelidiki semua perkataan yang dikatakan oleh Gayoon, Sulli dan
Shin Hye. Namun, aku tak mengatakan alasan sebenarnya itu pada Myung Soo. Ketika
aku masuk ke apartemennya, ku lihat dia terkejut. Aku menghampirinya dan ku
lihat matanya merah sekali. Apakah dia sedang tidur? Sepertinya aku datang
tidak pada waktu yang tepat. Namun aku lebih terkejut lagi ketika melihat
wajahnya. Wajahnya terlihat pucat. Aku menanyakan padanya. Apakah kau sudah
makan? Apakah kau sedang sakit? Namun dia mengabaikan pertanyaanku dan menanyakan
alasanku menemuinya. Jujur, aku hampir lupa dengan tujuanku sebenarnya karena
terlalu mengkhawatirkan kondisinya. Aku masih menunggu penjelasan darinya
mengenai perkataan dari Gayoon, Sulli dan Shin Hye? Namun dia sama sekali tak
memberi penjelasan dariku. Dia menanyakan padaku. Apakah aku belum pulang dari
kampus? Aku menjawab bahwa aku kemari bersama temanku dan dia sedang menungguku
diluar. Akhirnya aku mengatakan kata “Break”
padanya. Jujur, saat itu aku ingin menangis. Namun, aku menahannya karena
setelah ini kami tidak bisa berhubungan lagi seperti biasanya. Sebenarnya aku
tak ingin mengembalikan pakaian couple yang dia berikan padaku dan foto kami.
Namun, aku takut break ini tidak
berhasil bila aku masih menyimpan semua barang itu. Akhirnya aku memberikan
semua barang itu padanya. Aku berniat untuk mengambil kembali semua barang itu
setelah hubungan kami membaik dan penyelidikanku telah selesai. Namun, aku
masih menyimpan satu barang pemberian darinya dan softfile foto kami yang ku
miliki di laptopku. Barang itu adalah sebuah tali kecil. Aku mengaitkan tali
itu pada ponselku agar aku merasa bahwa Myung Soo selalu ada didekatku. Ketika
aku menyentuh tali itu maka aku akan merasakan sentuhan darinya. Setelah itu,
aku pamit dan pergi dari apartemennya. Ketika aku sedang memakai sandalku, dia
mengatakan padaku agar aku berhati-hati. Mengapa kau harus mengatakan hal itu
padaku, Myung Soo? Apakah kau tak tahu bahwa aku ingin menangis saat itu?
Ketika mendengar perkataanmu itu membuatku hatiku terasa sakit. Apakah kau tahu
Myung Soo bahwa hari ini adalah hari jadi kita ke-9 bulan? Bila aku sedang
mengandung, mungkin sebentar lagi aku akan melahirkan. Namun kondisi ini sangat
berbeda. Kita harus “Break” tepat
pada hari jadi kita ke-9 bulan. Maafkan aku, Myung Soo. Maafkan aku, bila aku
mempermainkan hubungan kita seperti ini namun aku mohon percayalah padaku. Bila
penyelidikanku ini selesai maka aku akan memintamu untuk kembali padaku dan memperbaiki
hubungan kita ini. Semua ini aku lakukan untuk membuktikan issue itu. Bagiku
kata “Break” bukanlah akhir dari
segalanya karena aku tak mungkin melanggar prinsipku sendiri bahwa aku tak akan
pernah mengatakan kata “Putus”, aku
tak ingin menyesal nantinya. Maafkan aku, Myung Soo. Aku harap kau mengerti dengan
kondisiku saat ini. Aku benar-benar bingung dengan semua ini. Akhirnya aku
pulang bersama temanku dan menitipkan ponselku padanya. Di sepanjang
perjalanan, aku menangis tersedu-sedu. Aku tak menyangka bahwa aku akan
melakukan hal itu pada Myung Soo. Saat itu temanku tiada hentinya menenangkanku
bahkan sempat memarahiku karena membuatnya malu di sepanjang jalan. Kami pun
singgah di café sebentar untuk menunggu hatiku lebih tenang dan berhenti
menangis sebelum pulang ke rumah karena aku tak ingin orang tuaku melihatku
menangis.
Pada tanggal 20 Agustus 2013 tepat pukul 12.00 p.m, aku
terbangun dari tidurku karena mendengar suara alarm dari ponselku. Ketika aku
melihat ponselku, aku membelalakan mataku. Pada tanggal 20 Agustus adalah ulang
tahun Myung Soo. Ingin rasanya aku mengucapkan kata selama ulang tahun padanya.
Namun, ku urungkan niatku ketika mengingat kejadian hari ulang tahunku. Dia
telah melupakan hari ulang tahunku. Akhirnya aku memilih untuk mendoakannya
saja. Jujur, setelah aku mengatakan kata “Break”
padanya, kami benar-benar tidak berhubungan lagi bahkan saling mengirim message
pun tidak. Myung Soo, aku harap kau tidak menyalahartikan kondisi ini. Aku
sangat merindukanmu, Myung Soo.
Pada tanggal 11 September 2013 tepat pukul 11.00 a.m, aku
mengirim message pada Myung Soo. Aku benar-benar merindukannya dan aku sudah
tidak tahan lagi bila kami tidak berhubungan seperti ini. Aku terlanjur
mencintainya. Aku sudah bertekad untuk memperbaiki hubungan kami. Meskipun
penyelidikanku masih dalam proses. Akhirnya kami bertemu dan bicara. Aku masih
menanyakan pertanyaan yang sama mengenai perkataan dari Gayoon, Sulli dan Shin
Hye? Apakah semua perkataan itu adalah benar? Dia malah bertanya padaku siapa
yang bicara seperti itu. Aku tak mungkin mengatakan siapa orangnya karena aku
tak ingin mereka terlibat lebih jauh. Yang ingin ku dengar adalah penjelasan
darinya baru aku melanjutkan penyelidikanku kembali. Setelah itu, dia
mengatakan padaku bahwa aku harus memilih lebih percaya padanya atau mereka.
Jujur saja bukan itu yang ingin ku dengar darinya. Hal itu sama saja dengan aku
yang harus menjawabnya sendiri. Aku pun berpikir untuk mengabaikan pembicaraan
itu dengannya karena aku yang harus menjawabnya sendiri dan tentunya
pertanyaanku itu terjawab setelah penyelidikanku selesai. Akhirnya aku
mengatakan permintaanku untuk memperbaiki hubungan kami padanya. Aku berharap
bahwa dia akan mengatakan “Ya”. Namun nihil, dia malah menolaknya. Aku terkejut
bukan main ketika mendengarnya. Apakah itu berarti dia telah menolakku untuk
memperbaiki hubungan kami kembali? Apakah dia menyalahartikan “Break” sama dengan “Putus”? Seharusnya aku memberitahu alasanku meminta “Break” padanya dulu. Ada apa denganmu,
Myung Soo? Apakah kau sudah benar-benar melupakanku? Apakah kau benar-benar
tidak menyukaiku lagi? Padahal aku sangat merindukanmu terutama sentuhanmu. Dia
mengatakan padaku bahwa memperbaiki hubungan kami kembali baginya sangat
mustahil. Ketika mendengar perkataannya itu membuat hatiku sangat sakit dan aku
ingin menangis saat itu. Namun, aku menahannya karena aku tak ingin terlihat
lemah dihadapannya. Bahkan aku sempat merendahkan harga diriku sendiri. Dengan
refleks, aku menawarinya sebagai my
partner sex. Namun, dia menolaknya dan mengatakan bahwa kami sudah tidak
mempunyai hubungan apa-apa lagi selain hanya teman. Ternyata aku benar-benar
sudah gila karenanya. Lalu dia meninggalkanku begitu saja. Sebelum dia
benar-benar meninggalkanku, aku masih melihatnya dengan ekor mataku bahwa dia
melihatku sebentar lalu pergi begitu saja. Saat itu tubuhku terasa sangat lemas
sekali. Namun, aku berusaha untuk pergi dari sana. Ketika tiba di rumah, aku
langsung bergegas masuk ke kamar dan menangis pelan agar orang tuaku tak
mengetahuinya. Apakah kali ini hubunganku telah berakhir dengannya? Aku masih
tidak bisa menerima kenyataannya ini. Aku hanya mengatakan “Break” bukan “Putus”. Apakah dia telah melupakan prinsip yang kita miliki? Aku
tak mungkin melanggar prinsipku sendiri. Setelah itu, aku sempat berpikir untuk
mengikuti keinginan Myung Soo. Walaupun pada akhirnya aku yang menyesali
pilihanku itu. Meskipun kau telah mengatakan hal teramat tragis padaku, namun
aku masih mengharapkanmu untuk kembali padaku, Myung Soo. Aku teramat bahkan
terlanjur mencintaimu, Myung Soo. Apakah kau tak bisa merasakan perasaanku itu,
Myung Soo? Aku mohon padamu. Jangan tinggalkan aku seperti ini disaat aku
benar-benar menyayangimu!
TBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar