Selasa, 20 Oktober 2015

[SERIES] Love Light Part 5

[SERIES] Love Light Part 5
Title                 : Love Light Part 5
Author             : Cavela
Length             : Series
Genre              : Romance, School Life, Married Life, and Yadong
Main Cast        : Kim Myungsoo and Na Hae Ryeong aka Haeryung
Other Cast       : Lee Jonghyun, Jung Yonghwa, Kang Minhyuk, Nam Woohyun, Lee Sungyeol, Park Jiyeon, Kim Ji Won, Krystal Jung



Preview

Setibanya di kampus, Haeryung melepaskan sabuk pengamannya. Saat Haeryung akan keluar dari mobil, tiba-tiba Myungsoo menahan tangannya. Haeryung mengernyitkan keningnya tak mengerti, namun Myungsoo mendekatkan wajah mereka lalu mengecup bibirnya. Haeryung pun keluar dari mobil sambil melambaikan tangannya kearah mobil Myungsoo. Saat mobil Myungsoo melaju, tiba-tiba Haeryung membelalakan matanya ketika melihat Jonghyun tersenyum padanya dari arah berseberangan. Jonghyun menghampiri lalu merangkul Haeryung. Haeryung terlihat risih dengan perlakuan Jonghyun. Namun, Haeryung tidak dapat menolaknya. Jonghyun membawa Haeryung ke café favorit mereka.


“ Sudah lama kita tidak berkunjung ke café ini. Apakah kau ingat? Café ini adalah tempat aku menyatakan perasaanku padamu. Wajahmu terlihat bahagia sekali waktu itu. Kau mengambil bunga mawar merah yang ada di tanganku sebagai tanda bahwa kau menerima cintaku.” Ujar Jonghyun sambil tersenyum.
“ Saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk bernostalgia. Apa yang ingin kau katakan padaku?” Tanya Haeryung.
“ Sikapmu benar-benar telah berubah padaku, chagi. Sikapmu tidak semanis dulu. Apa keputusanmu?” Tanya Jonghyun sedangkan Haeryung menggigit bibir bawahnya sambil memegang ujung roknya dengan erat.

Next

Sementara itu, Myungsoo tiba di ruangan kantornya. Myungsoo membaca beberapa berkas lalu menandatanganinya. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Myungsoo menyuruh masuk pada orang yang mengetuk pintu ruangannya. Myungsoo mengangkat kepalanya lalu menyuruh sekretarisnya untuk membacakan jadwal kerjanya. Myungsoo menyuruh sekretarisnya mencari berkas untuk rapat siang nanti. Sedangkan Myungsoo fokus menghafalkan bahan untuk persentasinya.
“ Sajangnim, berkas untuk rapat tidak ada. Saya sudah mencarinya di seluruh ruangan ini bahkan tas kerja anda.” Ujar sekretaris Jung.
“ MWO? Apakah aku lupa membawanya? Ottokke? Chankaman!” Panik Myungsoo sambil mencari berkas itu kembali di dalam tas kerjanya.
“ Sebaiknya sajangnim menghafal kembali. Saya akan mengambilnya di apartemen anda.” Ujar sekretaris Jung.
“ Aniyo. Aku akan mengambilnya. Aku akan kembali lagi sebelum rapat nanti. Hubungi aku, araseo!” Titah Myungsoo sambil mengedipkan sebelah matanya lalu meninggalkan sekretaris Jung yang masih berdiam diri dengan mulut setengah terbuka.
“ Aku akan mati secara perlahan-lahan jika memiliki direktur setampan dirinya. Beruntung sekali yeoja yang menjadi istrinya itu.” Gumam sekretaris Jung sambil menyadarkan dirinya sendiri.

Myungsoo mengendarai mobilnya menuju apartemen. Setibanya di apartemen, Myungsoo bergegas mencari berkas itu di ruangan kerjanya. Namun, Myungsoo tidak menemukannya. Akhirnya Myungsoo masuk ke kamarnya lalu mencari berkas itu. Myungsoo menemukan berkasnya di laci meja dekat ranjangnya. Saat mengambil berkasnya, tanpa sengaja mata Myungsoo melihat sebuah amplop cokelat disana. Myungsoo teringatkan pada amplop yang disembunyikan oleh Haeryung kemarin lusa. Myungsoo pun mengambil lalu membuka amplop itu. Myungsoo terkejut bukan main ketika melihat isi amplop itu adalah surat perceraian dan teringatkan pembicaraan mereka kemarin lusa.

FLASHBACK !!!

“ Myungsoo-ya, bagaimana kalau kita lari dari kota ini saja?” Tanya Haeryung sedangkan Myungsoo sedikit terkejut mendengar pertanyaannya itu.
“ Bussunsuriya?” Tanya Myungsoo sambil menatap Haeryung.
“ Seandainya ada kondisi dimana kau harus memilih antara diriku dengan keluargamu, maka apa yang akan kau pilih?” Tanya Haeryung.
“ Ku rasa IQ milikmu benar-benar rendah. Bukankah sudah jelas bahwa jawabannya adalah aku memilih kalian.” Ujar Myungsoo sambil tertawa.
“ Yak, aku serius. Bagaimana jika perusahaan keluargamu terancam bangkut, namun bisa teratasi dengan cara kau menceraikanku? Geunde. Jika kau tidak menceraikanku, maka perusahaan keluarga kita terancam bangkrut. Apa yang akan kau lakukan? Apakah kau akan menceraikanku?” Tanya Haeryung lalu Myungsoo menghentikan tawanya dan menatap raut wajah Haeryung untuk mencari maksud pembicaraan Haeryung.
“ Aku tidak akan menceraikanmu dan mencari cara agar perusahaan kita tidak bangkrut. Apakah kau menyembunyikan sesuatu dariku?” Tanya Myungsoo sambil menuntun Haeryung agar duduk.
“ Jeongmalyo? Apakah kau mencintaiku?” Tanya Haeryung sambil menatap Myungsoo.
“ Mengapa kau selalu menanyakan hal itu padaku? Bukankah jawabannya sudah jelas bahwa aku sangat mencintaimu. Aku jatuh cinta padamu untuk kedua kalinya, Haeryung-ya. Bahkan aku telah memutuskan semua yeoja yang ku kencani demi dirimu.” Ujar Myungsoo sambil membelai wajah Haeryung.

FLASHBACK END !!!

“ Ige mwoya? Apa yang Haeryung sembunyikan dariku? Apakah dia berencana untuk menceraikanku? Sebenarnya apa yang terjadi dengan perusahaan keluargaku dan keluarganya? Mengapa pernikahan kami terdengar seperti taruhan untuk kedua perusahaan itu? Aku harus mencari tahu semua ini.” Pikir Myungsoo sambil menyimpan amplop itu kembali lalu pergi ke kantornya.

Sementara itu, Ji Won memotret Jonghyun dan Haeryung yang terlihat bersama di café. Sesekali Jonghyun melihat kearah Ji Won sambil mengeluarkan smirknya. Ji Won mengeluarkan smirknya sambil menganggukkan kepalanya lalu memposisikan kameranya. Ji Won mulai memotret mereka mulai dari Jonghyun memegang tangan bahkan mencium tangan Haeryung. Ji Won mengikuti mereka hingga keluar dari café menuju apartemen Jonghyun. Jonghyun mendorong tubuh Haeryung ke dinding lalu mencium bibir Haeryung dengan paksa. Ji Won tersenyum puas melihat hasil potretnya lalu pergi meninggalkan mereka. Haeryung hanya menerima perlakuan Jonghyun dengan pasrah dan tanpa membalasnya. Akhirnya Jonghyun melepaskan ciumannya lalu menarik tangan Haeryung agar masuk ke apartemennya.
“ Sudah lama kau tidak menginjakkan kakimu di apartemenku. Aku akan mengambilkan minuman favoritmu. Duduklah!” Titah Jonghyun lalu pergi ke dapur sedangkan Haeryung menelusuri ruang tamu yang penuh dengan foto antara dirinya dengan Jonghyun. Haeryung menatap foto itu tak percaya. Tiba-tiba Jonghyun datang sambil membawa dua gelas dan satu botol wine.
“ Neo micheosseo? Ini masih siang. Mengapa kau membawakan wine?” Gerutu Haeryung.
“ Sikapmu terhadap wine tidak berubah sama sekali. Geunde, mengapa kau merubah sikapmu terhadapku? Aku tahu bahwa keputusan yang kau buat tadi sangatlah menyakitkan bagimu. Minumlah! Aku lebih baik melihat wajah mabukmu dibandingkan wajahmu saat ini.” Ujar Jonghyun sambil memberikan gelas wine pada Haeryung.
“ Apakah kau tahu bahwa ancamanmu itu benar-benar membuatku gila?” Tanya Haeryung sambil meneguk minumannya lalu memberikan gelas itu pada Jonghyun.
“ Arra. Kau telah membuat keputusan yang tepat. Aku akan segera melamarmu. Aku tidak akan melepaskanmu.” Ujar Jonghyun sambil menuangkan wine ke gelas milik Haeryung.
“ Tepatilah janjimu untuk melepaskan Myungsoo dan perusahaan keluarganya!” Ujar Haeryung lalu meneguk wine miliknya.
“ Aku akan menepati janjiku setelah kau menepati janjimu, chagi. Akhirilah hubungan kalian secepat mungkin! Aku tak sabar ingin menikahimu.” Kata Jonghyun sambil tersenyum manis.
“ Araseo. Aku harus pulang sekarang.” Pamit Haeryung sambil melangkahkan kakinya. Namun, Jonghyun memegang tangan lalu menarik tangan Haeryung ke dalam pelukannya. Jonghyun memeluk Haeryung sangat erat. Haeryung berusaha melepaskan dirinya. Namun semakin Haeryung mendorong tubuh Jonghyun, maka semakin erat Jonghyun memeluknya. Jonghyun melonggarkan pelukannya lalu menatap wajah Haeryung.
“ Kau adalah milikku.” Gumam Jonghyun.

Jonghyun mendekatkan wajahnya ke wajah Haeryung dengan perlahan-lahan lalu mencium bibirnya. Jonghyun melumat bibir Haeryung dengan ganas bahkan mengigit bibir bawah Haeryung agar membalas lumatannya. Tanpa memejamkan matanya, Haeryung membalas tiap lumatan yang diberikan Jonghyun. Tanpa melepaskan ciumannya, Jonghyun mendorong tubuh Haeryung perlahan-lahan ke dinding. Jonghyun melepaskan ciuman mereka lalu beralih menciumi leher Haeryung.
“ Aku tidak bisa menahannya lagi.” Bisik Jonghyun sambil menjilati telinga Haeryung.
“ Jeongmal mianhae, Myungsoo-ya.” Pikir Haeryung sambil menahan tangisnya.

Haeryung hanya bisa pasrah dengan tindakan Jonghyun yang menginginkan tubuhnya. Jonghyun mencium bibir Haeryung kembali. Tangan Jonghyun menelusup pada kemeja yang dikenakan oleh Haeryung. Jonghyun mengelus-elus punggung Haeryung lalu melepaskan pengait bra milik Haeryung. Tanpa melepaskan ciumannya, Jonghyun menuntun Haeryung menuju kamarnya. Setibanya di kamar, Jonghyun membaringkan tubuh Haeryung dengan perlahan-lahan lalu melepaskan ciumannya. Haeryung terlihat kehabisan nafas, sedangkan Jonghyun menatap Haeryung dengan kagum. Jonghyun membuka kancing kemeja Haeryung satu persatu sambil menatap tubuh Haeryung dengan hasrat yang membara. Haeryung yang mengerti akan tatapan Jonghyun memalingkan wajahnya. Jonghyun mengernyitkan keningnya ketika melihat banyak kissmark di sekitar payudara Haeryung.
“ Apakah Myungsoo mencumbumu kemarin? Mengapa banyak kissmark di sekitar payudaramu?” Tanya Jonghyun sambil membuka celana Haeryung.
“ Nde. Bahkan dia tidak hanya mencumbuku, geunde bercinta.” Ujar Haeryung sambil mengeluarkan smirknya. Jonghyun terlihat kesal setelah mendengar jawaban Haeryung. Jonghyun memasukkan tiga jari sekaligus pada miss V Haeryung lalu mengoyak-oyaknya. Haeryung menahan rasa sakitnya dengan menggigit bibirnya sendiri hingga berdarah.
“ Mengapa kau hanya diam saja? Seharusnya kau mendesah karena nikmat. Apakah kau tidak menikmatinya? Apakah sentuhanku tidak membuatmu horny? Apakah aku perlu memasukan satu jariku lagi agar kau mendesah?” Geram Jonghyun.
“ Andwe. Appo. Geumane!” Tolak Haeryung.
“ Aku tidak bisa menghentikannya. Aku harus menghapus jejak Myungsoo di tubuhmu.” Tolak Jonghyun.

Jonghyun memilin, menjilati, bahkan menggigit payudara Haeryung dengan kasar. Beberapa kissmark tercipta dengan jelas di sekitar payudara Haeryung. Haeryung menahan desahannya sambil menggigit bibir bawahnya. Terlihat jelas rasa kecewa di wajah Haeryung. Jonghyun melumat bibir Haeryung tanpa menghentikan kegiatan jari tangannya di miss V Haeryung. Haeryung pun mengeluarkan orgasme pertamanya. Detik itu juga, Jonghyun melepaskan jari tangannya lalu mempersiapkan juniornya masuk ke miss V Haeryung. Jonghyun mendorong juniornya dengan perlahan-lahan. Haeryung menahan rasa sakitnya dengan memegang erat ujung bantalnya. Jonghyun mulai menggerakkan tubuhnya. Jonghyun menggenjot miss V Haeryung dengan cepat tanpa mempedulikan Haeryung yang sedang menahan sakitnya.
“ Apakah kau sering bercinta dengan Myungsoo? Mengapa sangat mudah sekali memasuki tubuhmu?” Tanya Jonghyun disela genjotannya.
“ Nde. Wae? Apakah kau kecewa karena kau bukan namja pertama yang memasuki tubuhku? Tanya Haeryung sambil mengeluarkan smirknya.
“ Sebenarnya apa hubunganmu dengannya? Bukankah aku adalah kekasihmu? Bahkan kau tidak pernah mengijinkanku untuk bercinta denganmu. Kau hanya mengijinkanku bercumbu saja. Mendesahlah, jebal!” Geram Jonghyun sambil mempercepat genjotannya.
“ Kau memang kekasihku. Geunde, namja yang ku cintai adalah Myungsoo. Jangan harap! Aku tidak akan mendesah untukmu. Aku hanya akan mendesah untuk Myungsoo.” Tolak Haeryung.

Jonghyun semakin geram terhadap Haeryung, sedangkan Haeryung menatap nanar pada Jonghyun. Jonghyun menggenjot miss V Haeryung dengan kasar. Haeryung merasa orgasme keduanya akan keluar, sedangkan Jonghyun terus menggenjot miss V Haeryung. Jonghyun merasa miss V Haeryung mulai berkedut. Jonghyun menggenjot miss V Haeryung dengan cepat seolah-olah tidak ingin melewatkan kenikmatan yang dirasakannya. Jonghyun dan Haeryung telah mencapai klimaksnya bahkan mengeluarkan cairan dan sperma bersamaan. Jonghyun menjatuhkan tubuhnya di atas tubuh Haeryung dengan nafas terengah-engah tanpa melepaskan kontak tubuhnya. Haeryung mengatur nafasnya sambil memejamkan matanya karena lelah. Jonghyun mengecup bibir Haeryung lalu berbaring disamping dan memeluk Haeryung.

Myungsoo melihat jam tangannya sambil masuk ke apartemennya. Myungsoo mengernyitkan keningnya karena Haeryung tidak ada di apartemennya. Myungsoo mencari Haeryung di sekitar kompleks apartemennya sambil menelepon ponsel Haeryung. Namun nihil, Myungsoo tidak menemukan Haeryung bahkan Haeryung tidak menjawab panggilan telepon darinya. Myungsoo merasa lelah lalu duduk di kursi taman sambil menatap langit.
“ Kau ada dimana, Haeryung-ya? Apakah terjadi sesuatu padamu? Mengapa kau tidak menjawab telepon dariku?” Lirih Myungsoo menatap ponselnya.

Haeryung terbangun dari tidurnya. Haeryung mengerjapkan kedua matanya beberapa kali hingga detik berikutnya matanya membulat dengan sempurna. Haeryung bergegas beranjak dari ranjang sambil mengambil pakaiannya yang berserakkan lalu memakainya. Haeryung melihat dirinya di cermin lalu merapikan penampilannya. Saat Haeryung akan keluar dari kamar, tanpa sengaja matanya melihat kearah Jonghyun. Haeryung sedikit terkejut ketika melihat Jonghyun sedang menatap tajam padanya.
“ Oedigga?” Tanya Jonghyun sambil mendekati Haeryung.
“ Aku harus pergi. Myungsoo pasti sedang mengkhawatirkanku sekarang.” Ujar Haeryung sambil mengambil tas miliknya.
“ APAKAH HANYA ADA MYUNGSOO DIPIKIRANMU SAAT INI? APAKAH KAU TIDAK MEMIKIRKAN PERASAANKU? KAU SELALU MENINGGALKANKU BAHKAN KAU MENGEJAR MYUNGSOO SECARA TERANG-TERANGAN DI DEPAN MATAKU SENDIRI.” Teriak Jonghyun.
“ Bukankah aku sudah mengatakannya padamu bahwa namja yang ku cintai adalah Myungsoo? Aku bersedia menikah denganmu karena aku tidak ingin melihat Myungsoo menderita. Aku tidak ingin berdebat denganmu lebih lama lagi. Aku ingin bertemu Myungsoo. Annyeonghi-gyeseyo, Lee Jonghyun-ssi.” Pamit Haeryung sedangkan Jonghyun memanggil Haeryung, namun Haeryung mengabaikannya bahkan mempercepat langkahnya.

Myungsoo berjalan dengan lemas menuju apartemennya, sedangkan Haeryung baru turun dari taksi yang dinaikinya. Haeryung melihat Myungsoo sedang berjalan di depannya. Tanpa banyak bicara, Haeryung berlari lalu memeluk Myungsoo dari belakang. Myungsoo sedikit terkejut lalu membalikkan tubuhnya untuk memastikan orang yang memeluknya. Ternyata orang itu adalah Haeryung. Myungsoo membalas pelukan dan tersenyum. Saat Myungsoo ingin melihat wajah Haeryung, Haeryung terlihat enggan menunjukkan wajahnya malah semakin mengeratkan pelukannya. Tanpa melepaskan pelukannya, Myungsoo menuntun Haeryung hingga masuk ke apartemen. Setibanya di apartemen, Haeryung bergegas masuk ke kamarnya hingga mengabaikan Myungsoo yang memanggilnya. Myungsoo menyusul Haeryung ke kamar, namun Haeryung bergegas masuk ke kamar mandi. Myungsoo pun memutuskan untuk membuat susu hangat. Haeryung keluar dari kamar mandi dan sedikit terkejut melihat tatapan sedih dari wajah Myungsoo.
“ Mengapa kau pulang terlambat sekali? Mengapa kau tidak menjawab panggilan telepon dariku? Apakah kau tahu? Aku sangat mengkhawatirkanmu.” Tanya Myungsoo sambil memberikan susu hangat untuk Haeryung.
“ Mianhae. Aku tidak mendengar panggilan telepon darimu.” Sesal Haeryung sambil tersenyum lalu meminum susu hangatnya.
“ Waegeure? Apakah terjadi sesuatu padamu?” Tanya Myungsoo sambil membelai wajah Haeryung.
“ Aniyo. Aku sangat lelah. Aku ingin tidur.” Elak Haeryung lalu berbaring di ranjang dan memejamkan matanya.
“ Aku harap kau tidak menyembunyikan sesuatu dariku. Jika kau mempunyai masalah, maka bicarakan denganku. Kita bisa mencari solusinya bersama-sama. Aku harap kau tidak bertindak gegabah.” Ujar Myungsoo lalu berbaring disamping Haeryung.

Setelah mendengar perkataan Myungsoo, Haeryung memunggungi tubuh Myungsoo. Haeryung menangis tanpa mengeluarkan suaranya. Tanpa Haeryung ketahui, Myungsoo melihat tubuh Haeryung bergetar pelan. Myungsoo tahu bahwa Haeryung sedang menangis. Myungsoo memeluk tubuh Haeryung dari belakang tanpa bertanya apapun. Myungsoo bermaksud memberikan waktu pada Haeryung untuk berpikir. Akhirnya mereka tertidur setelah berlarut-larut dalam diam.

Myungsoo POV

Suara alarm ponselku membuatku terbangun dari tidurku. Tanpa membuka mataku, aku mencari-cari keberadaan Haeryung di sampingku dengan tanganku. Aku merasa Haeryung tidak ada di sampingku. Detik itu juga, aku membuka mataku lalu keluar dari kamar. Aku menyadarkan punggungku ke dinding ketika melihat Haeryung sedang memasak bersama pembantu rumah tanggaku. Aku kembali masuk ke kamar lalu bergegas mandi. Saat keluar dari kamar mandi, ku lihat Haeryung sedang memilihkan pakaian kerja untukku.
“ Aku tidak berangkat ke kantor hari ini. Aku akan pergi ke kampus.” Ujarku sambil menghampirinya.
“ Aish jinja, mengapa kau tidak mengatakannya dari tadi? Aku sedari tadi kebingungan memilih pakaian yang tepat untukmu. Apakah kau ingin mengenakan pakaian formal atau pakaian santai?” Tanyanya sambil menunjukan beberapa pakaian padaku.
“ Pakaian santai saja.” Ujarku sambil tersenyum.
“ Aku menunggumu di ruang makan, nde.” Ujarnya sambil memberikan pakaianku lalu keluar dari kamar.
“ Mengapa dia tidak membahas surat perceraian itu? Sampai kapan dia akan menyembunyikannya?” Pikirku sambil mengenakan pakaianku.

Aku keluar dari kamarku. Ku lihat dia sedang menata makanan di atas meja. Dia menyuruhku duduk sambil tersenyum. Aku masih menunggunya bicara tentang surat perceraian itu. Namun, dia malah menceritakan tentang kuliahnya. Aku menanggapinya dengan tersenyum sambil mengacak-acak sebagian rambutnya. Kini aku mengantarnya ke kampusnya. Saat dia turun dari mobilku, aku merasa ada yang mengawasi kami. Aku pun melihat ke sekelilingku. Namun, aku tidak melihat siapapun disana. Aku mencium keningnya lalu masuk ke mobil. Ku lihat dia melambaikan tangannya melalui kaca spion mobilku. Tiba-tiba ada seorang namja dibelakangnya. Aku tidak mengenali namja itu karena menggunakan topi. Detik itu juga, aku menghentikan mobilku. Ku lihat mereka bicara lalu pergi. Aku ingin sekali mengikuti mereka. Namun, aku tidak mungkin membolos lagi. Akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke kampusku.

Tanpa terasa jam mata kuliahku telah berakhir. Aku sedang bersama Woohyun dan Sungyeol di kantin. Tiba-tiba seorang yeoja cantik duduk di depanku. Yeoja itu adalah mantan kekasih gelapku, Kim Ji Won. Dia ingin bicara berdua denganku. Aku pun menyuruh Woohyun dan Sungyeol meninggalkan kami. Ku lihat dia mengeluarkan amplop berwarna cokelat dari tas miliknya. Aku mengernyitkan keningku karena aku harus melihat amplop berwarna cokelat beberapa hari ini. Saat aku akan mengambil amplop itu, dia menariknya sambil tersenyum manis.
“ Tidak semudah itu untuk melihat isi amplop ini, Kim Myungsoo-ssi.” Ujarnya.
“ Apa yang kau inginkan?” Tanyaku.
“ Torawa!” Ajaknya. Aku pun mengikutinya dari belakang. Dia membawaku ke atap gedung kampusku. Dia menghentikan langkahnya. Hal itu sontak menghentikan langkahku. Aku menatapnya penuh tanya. Namun, dia menghampiriku dengan perlahan-lahan. Dia menempelkan telunjuk tangannya pada bibirku lalu menelusurinya.
“ Apa yang kau inginkan sebenarnya?” Tanyaku sambil memegang jari tangannya.
“ Neomu bogosipeo, Myungsoo-ya. Aku akan memberikan amplop ini dengan satu syarat.” Ujarnya sambil tersenyum.
“ Mwoya?” Tanyaku.
“ Cium aku!” Titahnya.
“ Neo micheosseo. Apakah kau lupa bahwa hubungan kita telah berakhir? Sebaiknya kau lupakan aku dan mencari namja lain!” Ujarku sambil beranjak pergi.
“ KAU AKAN MENYESAL JIKA TIDAK MELIHAT ISI AMPLOP INI! ISI AMPLOP INI BERHUBUNGAN DENGAN HAERYUNG.” Teriaknya. 

Aku menghentikan langkahku ketika mendengar nama Haeryung. Aku membalikkan tubuhku lalu menghampirinya. Aku melihat amplop yang di pegangnya. Tanpa berpikir panjang lagi, aku memegang wajahnya dengan kedua tanganku lalu mencium bibirnya. Awalnya aku hanya menempelkan bibirku saja. Namun, dia mengalungkan lengannya pada leherku dan melumat bibirku. Aku pun membalas tiap lumatannya. Aku tak ingin dia berubah pikiran karena aku gagal memuaskannya. Aku mengigit bibir bawahnya lalu memainkan lidah kami. Aku melepaskan ciumanku lalu beralih ke lehernya. Dia menjenjangkan lehernya sambil memelukku erat. Aku mengambil amplop itu dari tangannya perlahan-lahan tanpa menghentikan ciumanku di lehernya. Aku membelalakan mataku ketika melihat foto Haeryung dan Jonghyun sedang berciuman. Yang membuatku lebih terkejut lagi adalah melihat surat undangan pernikahan Haeryung dan Jonghyun.
“ Ige mwoya? Darimana kau mendapatkan semua ini?” Tanyaku tak percaya.
“ Jonghyun memberikannya padaku. Aku tidak menyangka bahwa Haeryung mencampakkanmu seperti ini. Apakah kau akan menghadiri pernikahan mereka?” Tanyanya sambil mengelus-elus dadaku.

Aku mendorong pelan tubuh Ji Won lalu pergi meninggalkannya. Aku menuruni tangga dengan tergesa-gesa. Ku dengar Woohyun dan Sungyeol memanggil namaku. Namun, aku mengabaikan mereka lalu melajukan mobilku dengan kecepatan penuh. Kini aku berada di kampus Haeryung. Aku menanyakan kelas Haeryung pada mahasiswi yang ada di sekitar sana. Saat aku sedang berjalan, tanpa sengaja mataku melihat Haeryung sedang duduk bersama namja di taman. Aku menghampiri mereka lalu bersembunyi dibalik pohon. Aku mendengar mereka membicarakan pernikahan. Aku sangat yakin namja itu adalah Jonghyun. Aku tidak sanggup lagi mendengar pembicaraan mereka. Aku keluar dari tempat persembunyianku lalu memukul wajah Jonghyun. Ku lihat Haeryung sedikit terkejut dan berusaha menghentikan kami. Namun, aku tetap memukul wajah Jonghyun hingga babak-belur. Begitu pun dengan Jonghyun tiada hentinya memukul wajahku. Aku menghentikan pukulanku. Saat melihat Haeryung memegang kakiku sambil menangis. Aku menghempaskan tubuh Jonghyun ke tanah lalu menarik tangan Haeryung.

Di sepanjang jalan, aku dan Haeryung terdiam. Entahlah melihatnya memohon seperti tadi membuat hatiku sakit. Dia rela memegang kakiku demi namja lain. Sebenarnya apa yang dia sembunyikan dariku. Akhirnya kami tiba di apartemen, aku menghempaskan tubuhnya ke sofa lalu melemparkan amplop itu tepat pada wajahnya. Dia mengambil amplop itu lalu membukanya. Dia sedikit terkejut lalu beberapa detik kemudian dia mengeluarkan smirknya.
“ Apakah kau marah karena isi amplop ini? Apakah kau lupa bahwa kita menikah tanpa dasar cinta? Bahkan aku tidak pernah mengatakan cinta padamu saat kita sedang bercinta. Aku bercinta denganmu karena salah satu isi kontrak yang kita setujui. Apakah aku salah ingin menikah dengan namja yang ku cintai?” Tanyanya sambil mengeluarkan smirknya.
“ Mengapa kau lakukan ini padaku, Haeryung-ya?” Tanyaku tak percaya.
“ Aku akan menikah dengannya bulan depan. Tandatangani surat perceraian ini!” Titahnya sambil beranjak pergi.

Aku tidak bisa menahan emosiku lagi. Ku pegang kedua bahunya sambil menatap tajam wajahnya. Tanpa melepaskan tanganku, dia berjalan mundur hingga terhimpit di dinding. Aku mencari kebohongan di matanya. Namun hal itu tidak ku temukan. Aku menarik lehernya dengan tangan kiriku lalu melumat bibirnya dengan ganas, sedangkan tangan kananku memegang tangan kanannya dengan erat. Dia membuatku geram karena tidak membalas lumatanku. Aku menggigit bibir bawahnya dengan kasar hingga merasakan bibirnya bergetar. Detik itu juga, dia membalas lumatanku bahkan membuka mulutnya lalu memainkan lidah kami. Aku membuka mataku untuk melihat wajahnya. Ku lihat dia memejamkan matanya seolah-olah menikmatinya. Tanpa melepaskan ciumanku, aku menghimpitnya ke dinding lalu membuka kancing kemejanya satu per satu. Dia melepaskan ciuman kami dengan nafas terengah-engah. Aku beralih menjilati telinganya. Saat aku akan menciumi lehernya, aku melihat banyak kissmark di lehernya. Padahal kami tidak bercinta selama tiga hari ini.
“ Apakah ini perbuatan namja itu?” Bisikku sambil menekan kissmark itu sangat dalam dengan tanganku.
“ Bukankah jawabannya sudah jelas? Sepertinya aku tak perlu menjawab pertanyaanmu.” Ujarnya sambil mengeluarkan smirknya.
“ Kau benar-benar membuatku marah.” Geramku.

Aku menciumi bahkan menggigit lehernya untuk menghilangkan kissmark itu. Ku dengar dia merintih kesakitan. Namun aku mengabaikannya. Aku ingin menghilangkan jejak Jonghyun dari tubuhnya. Aku benar-benar merasa dikhianati oleh mereka. Setelah melihat darah mengalir di lehernya, aku beralih menciumi bibirnya dengan ganas kearah kiri hingga kanan. Aku membuka pakaian dan bra miliknya lalu meremas payudaranya dengan kasar. Aku benar-benar terjebak oleh amarahku sendiri. Aku sangat menginginkannya. Aku ingin memasuki tubuhnya sekarang juga. Tanpa melepaskan ciumanku, aku membuka ikat pinggang dan celanaku. Aku mengangkat kaki kirinya dengan tangan kiriku, sedangkan tangan kananku menuntun juniorku masuk ke miss V miliknya. Juniorku berhasil masuk dengan sekali hentakan. Dia melepaskan ciuman kami sambil merintih kesakitan. Aku hanya mengeluarkan smirkku melihatnya seperti itu lalu menggenjot miss V miliknya dengan cepat. Aku merasakan percintaan ini begitu kejam untuknya. Tanpa melakukan pemanasan, aku langsung melakukan intinya. Aku tak bisa memungkuri rasa sakitnya atas perbuatanku. Rasa sakitnya terlihat jelas pada wajahnya. Namun, aku tidak bisa menahan rasa kecewa dan amarahku terhadapnya.

Aku terus menggenjot miss V miliknya. Dia terlihat tidak sanggup menopang tubuhnya lagi. Dia memeluk tubuhku dengan kepalanya bersandar pada bahuku. Aku tidak mendengar desahan dari mulutnya. Yang ku dengar hanyalah rintihan kesakitannya. Entah mengapa menyiksanya seperti ini, membuatku terpuaskan bahkan juniorku dan miss V miliknya klimaks bersamaan. Aku mengeluarkan spermaku di dalam rahimnya bersamaan dengan cairannya. Aku mengangkat tubuhnya menuju sofa. Aku menyuruhnya berjongkok dihadapanku, sedangkan aku duduk di sofa. Aku memegang kepalanya dengan tangan kananku lalu mengarahkannya pada juniorku. Dia menatap juniorku yang penuh cairan dan sperma dengan jijik. Aku pun memegang juniorku dengan tangan kiriku lalu memasukannya pada mulutnya. Ku lihat dia membelalakan matanya tak percaya atas perbuatanku. Namun aku mengabaikannya. Aku mendorong kepalanya agar mengulum juniorku dengan benar. Tanpa membantahku, dia mengulum juniorku. Ingin rasanya aku mendesah atas kulumannya. Namun aku menahannya demi harga diriku. Aku merasakan juniorku berkedut dengan hebatnya. Detik itu juga, spermaku keluar untuk kedua kalinya di dalam mulutnya.
“ Telan spermaku, nappeun yeoja!” Titahku, namun dia hanya diam saja. Aku meraih tengkuknya lalu mencium bibirnya. Dia mendorong tubuhku agar melepaskan ciumanku. Namun aku semakin memeluk tubuhnya dengan erat sambil memperdalam ciumanku. Akhirnya dia menelan spermaku, sedangkan aku membantunya membersihkan sisa spermaku yang ada di mulutnya dengan ciumanku. Aku melepaskan ciuman kami lalu menarik tangannya agar duduk di pangkuanku. Aku melihat wajahnya yang lelah, peluh, dan tanpa senyuman manis yang menghiasi wajah cantik. Namun hasratku terlalu tinggi. Aku ingin memiliki tubuhnya untuk terakhir kalinya. Aku memasukkan juniorku sekali hentakan lalu menggerakkan pinggulnya dengan cepat. Aku terus menggenjotnya, meskipun aku mengetahui bahwa dia sedang berusaha menahan rasa sakitnya. Dia tidak mendesah sama sekali dari awal kami bercinta. Dia selalu menggigit bibir bawahnya. Tanpa melepas genjotanku, aku menggigit payudaranya dengan kasar hingga menjadi bengkak. Aku merasa miss V miliknya berkedut hingga memanjakan juniorku yang berada di dalamnya. Aku terus mempercepat genjotanku sambil menikmati miss V miliknya yang semakin menghimpit juniorku. Akhirnya aku mencapai klimaksku untuk ketiga kalinya. Spermaku keluar membanjiri rahimnya.

Aku tak ingin percintaan ini berakhir begitu saja. Tanpa melepaskan kontak tubuh kami, aku mengangkatnya menuju ranjang lalu membaringkannya. Aku menggenjot miss V miliknya lagi dengan cepat. Aku sempat merasa heran padanya karena dia tidak mengeluh bahkan menyuruhku untuk menghentikannya. Tanpa sadar, aku telah mencapai klimaksku untuk kelima kalinya. Ku lihat dia memejamkan matanya sambil mengatur nafasnya. Aku mengeluarkan juniorku dari miss V miliknya. Dia tertidur dengan cepatnya. Aku melihat tubuhnya yang penuh luka akibat perbuatanku. Lehernya berdarah, bibirnya bengkak, tangannya membiru, puting payudaranya bengkak, bahkan miss V miliknya pun bengkak. Aku tak pernah menyiksa pasanganku saat bercinta seperti ini. Aku menangis dalam diam menyesali perbuatanku itu. Aku menyelimuti tubuhnya yang telanjang lalu mencium keningnya dengan lembut dan tidur sambil memeluknya.

Author POV

Haeryung terbangun dari tidurnya sambil mengerjapkan matanya beberapa kali. Haeryung tidak melihat Myungsoo disampingnya. Myungsoo meninggalkannya sendirian setelah bercinta. Bercinta penuh penyiksaan seperti itu dialami oleh Haeryung untuk pertama kalinya. Ingin rasanya Haeryung menangis dan berteriak. Namun, apa daya. Semua ini adalah resiko yang harus ditanggung oleh Haeryung. Haeryung beranjak dari ranjangnya dengan menahan rasa sakit pada selangkangannya. Tanpa sengaja mata Haeryung melihat ke arah meja dan menemukan surat perceraian yang telah ditandatangani oleh Myungsoo. Haeryung memegang erat surat perceraian itu sambil menangis tersedu-sedu.

Selama dua jam Haeryung menangis, akhirnya Haeryung memutuskan untuk mandi. Saat membuka lemari, Haeryung membelalakan matanya tak percaya karena di dalam lemari hanya ada pakaiannya saja. Haeryung membuka pintu kamarnya perlahan-lahan. Sosok orang yang dilihat Haeryung hanyalah pembantu rumah tangganya.
“ Agasshi, sudah bangun? Apakah agasshi ingin sarapan sekarang?” Tanya pembantu itu.
“ Myungsoo oedigga, ahjumma?” Tanya Haeryung sambil duduk di kursinya.
“ Mollayo, agasshi. Saya tidak melihatnya dari tadi. Apakah kalian bertengkar?” Tanya pembantu itu.
“ Gomawo, ahjumma. Sebaiknya ahjumma datang ke apartemen saat aku menghubungi ahjumma. Aku ingin sendirian saat ini.” Titah Haeryung sambil masuk ke kamarnya sedangkan pembantu itu terlihat sedang berpikir.

Myungsoo pulang ke rumah kedua orang tuanya sambil membawa kopernya. Myungsoo merasa rumah sangat sepi. Myungsoo memanggil pembantu lalu menanyakan keberadaan orang tuanya. Ternyata kedua orang tuanya sedang melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri. Myungsoo merasa lega karena orang tuanya tidak akan menanyakan alasannya kembali ke rumah untuk saat ini. Saat masuk ke kamarnya, Myungsoo teringatkan pada Haeryung. Myungsoo mengingat pernah menggoda Haeryung bahkan hampir bercinta di kamarnya. Myungsoo tersenyum manis mengingat kenangan itu. Namun beberapa detik kemudian, Myungsoo mengeluarkan smirknya bahkan menitikkan air matanya tanpa mengeluarkan suara. Setelah mengganti pakaiannya, Myungsoo pergi ke kantornya. Selama di kantor, Myungsoo tidak bisa fokus pada pekerjaannya bahkan sekretaris Jung terlihat frustasi karena harus menghadiri rapat untuk menggantikan Myungsoo. Saat mendengarkan rapat pemegang saham, sekretaris Jung membelalakkan matanya tak percaya ketika mendengar berita tentang direkturnya. Setelah rapat berakhir, sekretaris Jung bergegas masuk ke ruangan Myungsoo tanpa mengetuk pintu dahulu. Myungsoo terlihat geram dengan perilaku kurang ajar sekretarisnya. Namun, Myungsoo mengurungkan niatnya untuk memarahi sekretarisnya ketika melihat raut wajah khawatir sekretarisnya.
“ Waeyo? Apakah terjadi sesuatu saat rapat sedang berlangsung?” Tanya Myungsoo.
“ Nde. Ini mengenai saham anda di perusahaan Hae San.” Ujar sekretaris Jung.
“ Perusahaan Hae San, bukankah itu perusahaan mertuaku? Apa yang terjadi?” Pikir Myungsoo sambil melihat sekretarisnya penuh tanya. Sekretaris Jung memberikan beberapa berkas pada Myungsoo. Myungsoo membacanya dengan seksama. Namun beberapa menit kemudian, Myungsoo melemparkan berkas itu sambil mengepalkan tangannya. “ Mengapa saham milikku menjadi milik Haeryung? Apakah tidak cukup dengan Haeryung mengkhianatiku bahkan mertuaku tega melakukan semua ini? Apakah presdir mengetahui semua ini?” Tanya Myungsoo pada sekretaris Jung.
“ Aniyo, sajangnim.” Ujar sekretaris Jung.
“ Geure! Aku ingin kau menyelidiki kasus ini secara diam-diam. Jangan sampai presdir mengetahuinya! Bagaimana pun aku harus mengambil kembali saham milikku. Meskipun aku harus memasukkan mertuaku sendiri ke penjara.” Titah Myungsoo.
“ Nde, sajangnim.” Ujar sekretaris Jung lalu keluar dari ruangan Myungsoo.
“ Semua ini benar-benar membuatku gila.” Teriak Myungsoo sambil mengacak-acak mejanya. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dan suara sekretaris Jung. Myungsoo menyuruh sekretaris Jung masuk ke ruangannya. Sekretaris Jung sedikit takut sekaligus terkejut ketika melihat kondisi ruangan direkturnya. “ Apalagi sekarang?” Tanya Myungsoo sambil menahan emosinya.
“ Ini ada surat panggilan dari pengadilan, sajangnim.” Ujar sekretaris Jung sambil meletakkan surat itu di meja lalu bergegas keluar dari ruangan Myungsoo. Myungsoo menatap nanar pada surat itu. Myungsoo membaca surat itu sambil menahan tangisnya lalu merobek surat itu.
“ Secepat inikah proses perceraian jaman sekarang. Padahal aku baru menandatangani surat perceraian itu tadi malam. Apakah kau benar-benar ingin bercerai denganku, Haeryung-ya? Aku sangat mencintaimu, Haeryung-ya. Mengapa kau tega melakukan ini padaku? Aku akan membalas perlakukanmu dan keluargamu terhadapku.” Geram Myungsoo sambil memukul mejanya.

Haeryung pulang ke rumahnya sambil membawa kopernya. Nyonya Na menyambut bahkan memeluk Haeryung. Nyonya Na dan Haeryung masuk ke rumah mereka. Saat mereka melewati ruang tamu, Tuan Na menyuruh Haeryung untuk duduk. Haeryung duduk sambil memberikan surat panggilan dari pengadilan pada Tuan Na. Tuan Na menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.
“ Kau memang anakku. Tidak sia-sia aku merawatmu selama ini. Sebaiknya kau bersiap-siap menghadiri sidang perceraianmu lalu menikah dengan Jonghyun.” Ujar Tuan Na lalu masuk ke ruangan kerjanya.

Haeryung tidak dapat menahan tangisnya lagi. Haeryung menangis tersedu-sedu, sedangkan Nyonya Na menenangkan Haeryung dalam pelukannya. Nyonya Na menuntun Haeryung menuju kamarnya lalu membaringkan Haeryung di ranjang. Nyonya Na terlihat tidak tega melihat anak satu-satunya menangis seperti itu. Dari Haeryung kecil hingga sekarang ini, Nyonya Na tidak pernah melihatnya menangis. Nyonya Na sangat mengetahui bahwa namja yang dicintai Haeryung bukanlah Jonghyun, melainkan Myungsoo. Nyonya Na merasa sedih karena tidak bisa mencegah tindakan Tuan Na yang terlalu serakah dan keras kepala. Nyonya Na hanya bisa berdoa yang terbaik untuk Haeryung.

Sementara itu, Jonghyun dan Ji Won sedang berada di apartemen Jonghyun lebih tepatnya kamar Jonghyun. Jonghyun menggunakan handuk kimononya sambil menghadap ke luar jendela, sedangkan Ji Won berbaring dengan tubuh telanjang yang tertutupi oleh selimut di ranjang sambil melihat kearah Jonghyun. Ji Won tersenyum sambil melilitkan selimut pada tubuhnya lalu berjalan kearah Jonghyun dan memeluk Jonghyun dari belakang. Jonghyun memegang tangan Ji Won yang melingkar di tubuhnya dengan lembut.
“ Aku telah memberikan foto saat kau mencium Haeryung dan surat undangan itu pada Myungsoo. Apakah kau senang? Rencana kita akan menuai hasilnya sebentar lagi. Aku tidak sabar ingin memiliki Myungsoo seutuhnya. Apa rencanamu selanjutnya?” Tanya Ji Won dibalik pelukannya.
“ Apakah kau sangat mencintai nappeun namja itu? Aku tidak menyangka dua yeoja yang ku tiduri mencintai namja yang sama.” Tanya Jonghyun sambil mengeluarkan smirknya, sedangkan Ji Won melepaskan pelukannya lalu berdiri di hadapan Jonghyun dengan wajah kesalnya.
“ Dia bukanlah nappeun namja. Kau lebih brengsek dibandingkan dirinya. Setidaknya dia tidak memaksa yeoja yang di tidurinya sepertimu.” Kesal Ji Won.
“ Mengapa kau kesal padaku? Bukankah kau sangat menikmati sentuhan dariku? Apakah kau lupa bahwa kau mendesah begitu sexy tadi. Aku senang memiliki partner sepertimu. Partner untuk mendapatkan kekasihku kembali dan my partner sex selama ini.” Goda Jonghyun sambil membelai wajah Ji Won.

Jonghyun memegang wajah Ji Won lalu melumat bibirnya dengan kasar. Ji Won memejamkan matanya sambil mengalungkan lengannya pada leher Jonghyun. Tanpa Ji Won sadari, selimut yang menutup tubuhnya lepas begitu saja. Jonghyun mengeratkan pelukannya untuk memperdalam ciuman mereka sambil mengelus-elus punggung Ji Won. Tanpa melepaskan ciumannya, Ji Won mengangkat kakinya ke pinggang Jonghyun. Jonghyun merasakan miss V Ji Won menyentuh juniornya dibalik handuknya. Jonghyun melepaskan ciumannya lalu menatap wajah Ji Won yang telah terangsang.



TBC

Bacalah part sebelumnya dengan mengklik link dibawah ini!


Tidak ada komentar: