[SERIES] Love Light Part 10
Title : Love Light Part 10
Author : Cavela
Length : Series
Genre : Romance, School Life, and
Married Life
Main
Cast : Kim Myungsoo and Na Hae
Ryeong aka Haeryung
Other Cast : Lee Jonghyun, Jung Yonghwa, Kang Minhyuk, Nam Woohyun, Lee
Sungyeol, Park Jiyeon, Kim Ji Won, Krystal Jung, Kim Soo Hyun aka Na
Soo Hyun, Lee Ji-eun aka IU, Kim Sunggyu, Park Seo Joon
Preview
“ Mengapa ciri-ciri yeoja yang
disebutkan oleh Seo Joon Hyung seperti ibuku, Haeryung? Siapakah Presdir Lee
Corp itu? Mengapa nama marganya seperti appa, Lee Jonghyun? Mengapa omma tidak
memberikan namaku dengan marga milik appa? Mengapa namaku memakai marga omma?
Mengapa aku merasa omma dan Myungsoo ahjussi memiliki hubungan? Terlihat
Myungsoo ahjussi selalu memandangi omma dengan tatapan rindunya. Apakah ada
kemungkinan omma adalah mantan istri Myungsoo ahjussi? Jika seperti itu, maka
aku anak siapa?” Pikir Soo Hyun.
Soo
Hyun memikirkan dugaannya itu hingga tak sadar berhenti di depan sebuah kamar.
Kamar itu terlihat sangat gelap dari luar. Soo Hyun pun tertarik untuk masuk ke
kamar itu. Tangan Soo Hyun memegang knop pintu dengan ragu. Saat hendak
membukanya, terdengar seseorang meneriaki namanya. Bahkan melarangnya untuk
membuka kamar itu. Soo Hyun yang terkejut membalikan tubuhnya. Sedangkan Seo
Joon dan IU sontak berdiri sambil membelalakan mata mereka.
Next
“
Geumane! Jangan pernah membuka kamar itu! Duduklah, Soo Hyun-ya!” Titah
Myungsoo.
“
Sajangnim Kim.” Lirih IU.
“
Hyung.” Sapa Seo Joon.
“
Yak! Mengapa kau membawa mereka kemari?” Tanya Myungsoo pada Seo Joon.
“
Jeongmal mianhae, hyung. Aku sangat panik tadi. Geunde, kau darimana saja?”
Tanya Seo Joon.
“
Bukan urusanmu.” Ujar Myungsoo pada Seo Joon. “ Yak! Apakah kalian berpacaran
tanpa sepengetahuanku? Mengapa bisa muncul skandal ini?” Tanya Myungsoo pada
Soo Hyun dan IU.
“
Aniyo, Sajangnim Kim. Sebenarnya kami sedang bertengkar saat itu. Kami tak tahu
kalau ada orang disana. Lagipula gedung terasa sangat sepi. Paparazzi itu
sangat pintar. Foto kami terlihat seperti berciuman dari belakang.” Jelas IU.
“
Araseo. Siapkan konferensi pers besok, Seo Joon. Kita akan menjelaskan skandal
ini.” Titah Myungsoo.
“
Nde, hyung.” Ujar Seo Joon.
“
Ah, tugas kalian besok adalah mengatakan bahwa kalian sedang berpacaran.
Lagipula menyangkal skandal ini akan berdampak buruk pada peluncuran album
kalian. Jika ku perhatian, kalian sangat serasi. Mulailah susun skenario untuk
besok! Bukankah kalian sangat pintar berakting? Aku mengandalkan kalian.” Jelas
Myungsoo sambil mengeluarkan smirknya.
“
MWO? NEO MICHEOSSEO?” Tanya Soo Hyun dan IU tak percaya bersama.
“
Apakah kau tahu, Sajangnim Kim? Ini namanya adalah kebohongan publik. Aku tak
ingin melakukannya.” Protes IU.
“
Kau tak bisa melakukan ini padaku, ahjussi. Apakah kau tak bisa memilihkan
yeoja lawan mainku? Dia bukanlah tipeku.” Protes Soo Hyun sambil melirik IU,
sedangkan IU menatap kesal pada Soo Hyun.
Myungsoo
memberikan kode mata pada Seo Joon. Agar Seo Joon mengatasi Soo Hyun dan IU.
Lalu meninggalkan mereka bertiga. Soo Hyun dan IU masih saling menatap kesal.
Seo Joon memegang keningnya melihat pertengkaran dua remaja di depannya itu.
Myungsoo masuk ke kamarnya. Sebelum menutup pintu kamarnya, Myungsoo menoleh ke
arah Soo Hyun, IU dan Seo Joon sesaat. Saat melihat Soo Hyun, Myungsoo
tersenyum miris sambil memegang dadanya yang terasa sakit.
-o0o-
Myungsoo,
Soo Hyun, dan IU telah berada di konferensi pers. Satu persatu pertanyaan
mengenai skandal Soo Hyun dan IU bermunculan. Myungsoo memperhatikan kedua
artis di perusahaannya itu. Terlihat IU duduk dengan tenang dan senyum
manisnya. Namun berbeda dengan Soo Hyun. Tangan Soo Hyun bergetar dan keningnya
berkeringat. Myungsoo menatap heran pada Soo Hyun. Karena Soo Hyun yang dikenal
Myungsoo selama ini adalah namja yang tak memiliki sopan santun.
“
Aku akan menjawab pertanyaan kalian. Soo Hyun dan IU memang berpacaran. Mereka
berpacaran sebelum Soo Hyun menjadi penyanyi di perusahaanku ini. Mereka telah
berpacaran selama 1 tahun. Ah, satu hal lagi. Perusahaanku tidak melarang para
artisnya untuk berpacaran. Mereka bebas berpacaran dengan siapapun. Asalkan
tidak mengganggu pekerjaannya. Jika skandal mereka mengakibatkan banyak
penggemar yang protes, maka itu bukan masalah perusahaanku. Geunde, itu adalah
masalah mereka. Perusahaanku hanya menginginkan para artis bekerja sesuai
dengan kontrak kerja mereka. Jika mereka tidak memenuhi kriteria kontrak kerja,
maka mereka harus keluar dari perusahaanku. Lagipula alasanku merilis album
duet mereka karena mereka memiliki bakat yang luar biasa. Alhasil album itu
sesuai dengan harapanku. Apakah kalian puas? Jika iya, maka kita akhiri
konferensi pers ini. Karena aku yakin sekali kalian tak memiliki pertanyaan
lain. Geureom, annyeonghi-gyeseyo.”
Myungsoo
membungkukan sebagian tubuhnya. Soo Hyun dan IU menganga tak percaya mendengar
penjelasan dari presdirnya itu. Kini Soo Hyun dan IU saling pandang. Myungsoo
meninggalkan ruangan konferensi pers. Seo Joon pun menghampiri Soo Hyun dan IU
agar mereka mengikutinya. Berita skandal Soo Hyun dan IU berpacaran berada di
peringkat pencarian di internet. Myungsoo menyandarkan tubuhnya di kursi. IU
berdecak kagum atas respon skandal palsunya itu. IU tak menyangka banyak yang
mendukung skandalnya. Sedangkan Soo Hyun menundukan kepalanya.
“
Apa yang kau pikirkan, Soo Hyun?” Tanya Myungsoo, sedangkan IU yang
mendengarnya melirik ke arah Soo Hyun. Namun, Soo Hyun masih terdiam. “ Ada apa
dengannya? Apakah kau tahu?” Tanya Myungsoo pada IU.
“
Molla. Aku bukanlah kekasihnya.” Elak IU.
“
Yeoja babo. Kau telah menjadi kekasihnya semenjak konferensi pers tadi
berlangsung.” Ujar Myungsoo.
Tiba-tiba
pintu ruangan Myungsoo terbuka. Myungsoo dan IU menoleh ke arah pintu,
sedangkan Soo Hyun masih menundukan kepalanya. Munculah sosok Jonghyun sambil
tersenyum. IU mengernyitkan keningnya tak mengerti. Sedangkan Myungsoo
mengepalkan tangannya sambil menatap tajam pada Jonghyun.
“
Apakah kau adalah yeojachingu Soo Hyun?” Tanya Jonghyun pada IU.
“
Mwo? Aniyo.” Elak IU.
“
Ah, jadi seperti itu. Konferensi tadi tak lain hanyalah sebuah akting. Bukankah
begitu, Myungsoo-ssi?” Sinis Jonghyun.
“
Itu bukan urusanmu.” Ujar Myungsoo dengan wajah datarnya.
“
Geure. Mari kita pulang, Soo Hyun-ya!” Ajak Joonghyun, sedangkan Soo Hyun baru
menyadari kehadiran Jonghyun.
“
Omma eodi?” Tanya Soo Hyun sambil menoleh ke arah belakang Jonghyun.
“
Dia sedang pergi.” Ujar Jonghyun.
“
Mianhae, appa. Aku akan tinggal di apartemenku. Aku harus melatih vokalku.”
Tolak Soo Hyun.
“
Araseo. Hubungi aku! Jika kau membutuhkan sesuatu.” Ujar Jonghyun.
“
Nde, appa.” Ujar Soo Hyun.
“
Geure. Annyeonghi-gyeseyo yeojachingu Soo Hyun dan Presdir Kim.” Pamit Jonghyun
sambil mengeluarkan smirknya lalu keluar dari ruangan Myungsoo.
“
Apakah dia adalah ayahmu? Mengapa kau tak mirip dengannya?” Celetuk IU pada Soo
Hyun.
Soo
Hyun menatap IU tak mengerti. Begitupun dengan Myungsoo. Soo Hyun melirik ke
arah Myungsoo. Diam-diam Soo Hyun menelusuri wajah Myungsoo mulai dari mata,
hidung, hingga bibirnya. Merasa diperhatikan, Myungsoo melihat kearah Soo Hyun.
Detik itu juga, Soo Hyun memalingkan wajahnya.
“
Ada yang ingin kau katakan padaku?” Tanya Myungsoo pada Soo Hyun.
"
Ani. Aku pergi." Pamit Soo Hyun sambil beranjak dari kursinya lalu keluar.
"
Kau boleh pergi." Ujar Myungsoo pada IU.
"
Ah, nde. Annyeonghi-gyeseyo." Pamit IU.
-o0o-
Myungsoo
pulang ke apartemennya. Saat membuka pintu apartemennya, betapa terkejutnya ia
melihat sepasang sepatu yeoja. Matanya menelusuri ruangan apartemennya berharap
menemukan yeoja itu. Namun ia tak menemukannya. Saat berjalan menuju
kamarnya, ia melihat pintu ruangan
sebelah kamarnya terbuka. Kakinya berjalan perlahan-lahan menuju ruangan itu.
Matanya menyipit ketika melihat sosok yeoja di ruangan itu yang
membelakanginya. Sosok yeoja yang tak asing baginya. Sosok yeoja yang begitu
dirindukannya. Sosok yeoja yang selalu membuatnya menangis sepanjang malam.
Sosok yeoja yang telah membuat hidupnya berantakan. Sosok yeoja yang membuatnya
jatuh bertekuk lutut tak berdaya.
"
Haeryung-ya."
"
Kau sudah pulang?"
"
Apa yang kau lakukan disini?"
"
Aku begitu merindukan kamarku ini. Bagaimana skandal anakku? Apakah semuanya
sudah selesai?"
"
Nde. Geunde. Mengapa kau tidak menemaninya?"
"
Dia sudah dewasa. Lagipula aku percaya padamu."
Sebenarnya
tujuan Haeryung bukanlah merindukan kamarnya, melainkan memastikan kondisi
tubuh Myungsoo. Setelah melihat Myungsoo dalam keadaan sehat, ia pamit pulang.
Myungsoo mengikuti Haeryung hingga depan pintu apartemennya. Saat Haeryung akan
membuka pintu, Myungsoo menarik tangannya hingga mereka berpelukan. Haeryung
terdiam, sedangkan Myungsoo memeluknya sangat erat.
"
Aku tahu. Kau datang kesana dan merawatku. Gomawo."
"
Aku tak melakukannya."
"
Gojitmal. Bukankah aku pernah mengatakannya padamu? Kau adalah satu-satunya
yeoja yang ku ajak kesana. Bahkan orang tuaku pun tak mengetahuinya."
Myungsoo
melepaskan pelukannya lalu memegang kedua bahu Haeryung dan menatapnya. Cukup
lama mereka saling menatap hingga Haeryung memalingkan wajahnya terlebih
dahulu. Namun, Myungsoo memegang dagu Haeryung. Tangan Myungsoo menuntun wajah
Haeryung agar menatapnya lagi. Mereka saling menatap lagi. Perasaan rindu dan
cinta terpancar melalui mata mereka. Tangan Myungsoo menelusuri bibir Haeryung
dengan jari telunjuknya. Sedangkan Haeryung memejamkan matanya menikmati tiap
sentuhan Myungsoo.
"
Mulutmu mungkin bisa berbohong. Tapi tidak dengan tubuhmu."
Myungsoo
mencium bibir Haeryung. Haeryung membuka matanya saking terkejutnya. Namun,
Haeryung merasa aneh. Myungsoo tidak melumat atau memainkan lidah mereka.
Myungsoo hanya menempelkan bibir mereka saja. Haeryung menutup matanya kembali
lalu melumat bibir Myungsoo dengan ganasnya. Kini Myungsoo membuka matanya
saking terkejut. Haeryung mengalungkan lengannya pada leher Myungsoo dan
menempelkan dada mereka. Myungsoo yang tergiur pun membalas lumatan Haeryung.
Haeryung mendorong pelan dada Myungsoo saat kehabisan nafas. Myungsoo pun
melepaskannya lalu beralih menciumi leher Haeryung. Haeryung tak sanggup lagi
untuk berdiri hingga memeluk Myungsoo untuk menopang tubuhnya. Tiba-tiba terdengar
suara bel pintu. Haeryung memberitahu Myungsoo. Namun, Myungsoo mengabaikannya
dan masih menciumi leher Haeryung. Haeryung menolehkan kepalanya untuk melihat
siapa yang datang. Betapa terkejutnya Haeryung melihat orang itu hingga
memegang wajah Myungsoo agar menatapnya.
"
Wae?"
"
Soo Hyun disini. Ottokke?"
"
Mwo? Mengapa anak itu kesini? Bukankah dia bilang akan pulang ke apartemennya?
Aish jinja, sembunyilah!"
Haeryung
menjadi panik bukan main hingga berlarian menuju kamar Myungsoo. " Jangan
di kamarku!" Larang Myungsoo.
"
Oedi?"
"
Di kamarmu, palli!"
Setelah
Haeryung masuk kamarnya, Myungsoo membuka pintu apartemennya. Soo Hyun
mengernyitkan keningnya ketika melihat bibir Myungsoo yang belepotan lipstik
merah. Tak hanya itu, Soo Hyun melihat kemeja Myungsoo yang kusut. Myungsoo
menyuruh Soo Hyun masuk ke apartemennya. Saat Soo Hyun masuk, lagi-lagi ia
memgernyitkan keningnya ketika melihat sepasang sepatu yeoja ada di depan
pintu.
"
Sepertinya kau kedatangan tamu. Dan sepertinya aku juga mengganggu kesenanganmu."
"
Mwo? Bussunsuriya?"
Soo
Hyun menunjuk ke arah bibirnya. Myungsoo mengikuti pergerakan Soo Hyun. Betapa
terkejutnya Myungsoo melihat noda lipstik merah di tangannya. Detik itu juga,
Myungsoo menghapusnya.
"
Dimana dia?"
"
Wae? Apakah kau ingin mencicipinya juga?"
"
Mwo? Neo michosseo? Aku tidak suka yeoja murahan."
"
Geunde, dia bukanlah yeoja murahan."
"
Nugu? Apakah mantan istrimu?"
"
Nde."
"
Aku ingin melihatnya."
"
Sayang sekali. Kau tak bisa menemuinya. Dia baru saja tidur. Dia sangat
kelelahan."
"
Nappeun namja. Seharusnya kau memintanya kembali padamu. Bukan hanya ingin
melakukan hal itu dengannya. Aish jinja. Beruntung bukan ibuku yang menjadi
mantan istrimu."
"
Aku memang berencana seperti itu awalnya. Geunde, suaminya telah menjemputnya
dan anaknya. Jadi, aku tak bisa berbuat apa-apa. Lagipula statusku hanyalah
mantan suami. Tidak lebih. Jika kami melakukan hal itu, berarti kami saling
mencintai. Geunde. Kami tak bisa bersatu karena anaknya begitu ingin tinggal
bersama ayahnya. Sudahlah! Apa tujuanmu kemari?"
"
Aku ingin menginap disini. Apakah kau tahu? Gara-gara kau membuat skandal itu,
kini banyak paparazzi disekitar apartemenku."
"
Bukankah skandal itu menguntungkanmu? Album kalian terjual sangat laris dan kau
mempunyai yeojachingu."
"
Aish jinja. Aku bukan nappeun namja sepertimu. Aku ingin tidur."
Soo
Hyun beranjak dari sofa lalu masuk ke kamar Myungsoo. Myungsoo masih duduk dan
termenung mengingat ucapan Soo Hyun. " Beruntung bukan ibuku yang menjadi
mantan istrimu." Tanpa Myungsoo ketahui, Soo Hyun mengintipnya dibalik
pintu kamar. Soo Hyun merasa bersalah atas ucapannya tadi. Namun, tak bisa
dipungkuri Soo Hyun takut. Soo Hyun takut jika benar ibunya adalah mantan istri
Myungsoo. Soo Hyun mulai berpikir seperti itu semenjak perubahan sikap ibunya.
Ibunya bisa tersenyum dan tertawa saat bersama Myungsoo. Namun, ibunya berubah
menjadi dingin saat bersama Jonghyun. Tak hanya itu, ucapan Seo Joon saat
menyebutkan ciri-ciri mantan istri Myungsoo terdengar seperti ciri-ciri ibunya.
Kini Soo Hyun pun terkejut mendengar ucapan Myungsoo bahwa Myungsoo dan mantan
istrinya tidak bisa bersatu karena anaknya ingin tinggal bersama ayahnya.
Ucapan Myungsoo seperti kisah hidupnya.
Myungsoo
beranjak dari sofa lalu berjalan menuju kamar Haeryung. Terlihat Haeryung
sedang tidur. Myungsoo duduk disamping ranjang sambil memperhatikan wajah
Haeryung. Perasaan damai terpancar dari wajah Haeryung. Myungsoo menggendong
dan membenarkan posisi tidur Haeryung. Tak lupa Myungsoo menyelimuti tubuh
Haeryung.
"
Tetaplah berada disisiku seperti ini, Haeryung-ya. Saranghae." Bisik
Myungsoo lalu mencium lembut kening Haeryung. Myungsoo keluar dari kamar lalu
berbaring di sofa dan tertidur.
-o0o-
Haeryung
terbangun dari tidurnya. Matanya melirik ke arah jam dinding. Terlihat jam
masih menunjukan pukul 4.00 a.m. Haeryung beranjak dari ranjangnya. Saat
membuka pintu, betapa terkejutnya Haeryung melihat Myungsoo tidur di sofa.
Haeryung mengambil selimutnya lalu menyelimuti tubuh Myungsoo. Tak lupa
Haeryung melihat Soo Hyun di kamar Myungsoo. Haeryung membenarkan selimut pada
tubuh Soo Hyun.
"
Sepertinya ikatan batin kalian semakin erat. Sangatlah wajar bagimu, nak. Untuk
mengunjungi dan meminta perlindungan pada ayahmu. Jeongmal mianhae. Karena omma
telah memisahkan kalian selama 18 tahun ini. Saranghae."
Setelah
membisikan perasaannya pada Soo Hyun sambil mengelus-elus kepalanya
perlahan-lahan, Haeryung keluar dari apartemen Myungsoo sambil tersenyum.
Namun, senyum itu hilang saat berada di depan rumah suaminya, Jonghyun.
"
Darimana saja kau?"
"
Bukan urusanmu."
Haeryung
pergi berlalu begitu saja menuju kamarnya. Namun, langkahnya terhenti mendengar
teriakan Jonghyun memanggil namanya.
"
KAU MENGABAIKANKU! BERHENTI, NA HAE RYEONG!"
Haeryung
membalikan tubuhnya menghadap Jonghyun sambil mengeluarkan smirknya. "
Wae?"
"
Sampai kapan kau bersikap seperti ini? Tak bisakah kita hidup seperti sepasang
suami istri lainnya?"
"
Apakah kau layak menjadi suamiku? Disaat kau menjalin hubungan dengan yeoja
lain." Sindir Haeryung, sedangkan Jonghyun terkejut mendengarnya. "
Wae? Apakah kau masih menganggapku yeoja babo? Aku tahu kau bermain api dengan
Ji Won. Wow, daebak. Kalian bekerjasama untuk menghancurkan rumah tanggaku. Aku
akan memberikan satu nasehat padamu. Janganlah memainkan perasaan yeoja! Apakah
kau yakin Ji Won tak memiliki perasaan terhadapmu? Apakah kau yakin Ji Won
masih mengincar Myungsoo?"
Melihat
Jonghyun terdiam membuat Haeryung tersenyum puas. Awalnya Haeryung hanya
menduga-duga saja. Tapi setelah melihat reaksi Jonghyun, membuat Haeryung
semakin yakin. Kali ini Haeryung benar-benar masuk ke kamarnya. Jonghyun masih
mencerna ucapan Haeryung dan Ji Won. Ji Won pernah mengatakan padanya bahwa Ji
Won mencintai namja lain.
"
Apakah namja itu adalah diriku? Bagaimana kalau benar? Mengapa harus diriku?
Aku harus menanyakan padanya."
Ji
Won baru saja pulang dari rumah sakit. Betapa bahagianya hati Ji Won saat
mendengar berita kehamilannya yang telah menginjak 2 bulan. Tiba-tiba terdengar
suara pintu apartemennya terbuka. Ji Won tak perlu bertanya lagi siapa yang
datang. Karena Ji Won tahu bahwa Jonghyun lah yang datang. Ayah dari janin yang
dikandungnya saat ini.
"
Kau datang."
"
Katakan padaku! Siapa namja yang kau cintai?"
Senyum
yang semula terukir pada bibir Ji Won perlahan-lahan hilang. Mendengar
pertanyaan Jonghyun seharusnya membuat hatinya bahagia. Namun, melihat raut
wajah Jonghyun membuatnya sedih. " Mengapa kau bertanya seperti itu?
Apakah kau sudah makan siang?" Tanya Ji Won untuk mengalihkan pembicaraan
mereka.
"
JAWAB AKU, KIM JI WON!"
"
Mengapa kau marah seperti ini? Apa salahku?"
Tanpa
sengaja Jonghyun melihat sebuah kertas di atas meja. Jonghyun mengambil kertas
itu. Betapa terkejutnya Jonghyun membaca surat kehamilan Ji Won. Jonghyun
menatap tak mengerti pada Ji Won. " Kau hamil?" Tanya Jonghyun.
"
Sebaiknya kau pergi dari sini!"
"
JAWAB AKU!"
"
Nde, aku hamil. Apakah kau puas?"
"
Siapa ayah janinmu?"
"
Mwo? Apakah aku tidak salah mendengarnya? Apakah kau pikir aku berhubungan
dengan namja lain selain dirimu?"
Jonghyun
terduduk dengan lemasnya. Tangannya menutupi wajah tampannya. Kini Jonghyun
dilanda rasa bingungnya. Jonghyun bahagia Haeryung telah berada disisinya.
Meskipun Jonghyun tahu bahwa Haeryung terpaksa tinggal bersamanya. Bagi
Jonghyun yang terpenting adalah memiliki Haeryung sepenuhnya. Kini Ji Won pun
mengandung darah dagingnya. Jonghyun benar-benar bingung dengan perasaannya
sendiri. Jujur, Jonghyun pun bahagia mendengar berita kehamilan Ji Won.
"
Sebaiknya kau istirahat saja!"
Ji
Won hendak pergi, namun Jonghyun memegang tangannya. Ji Won menatap tak
mengerti pada Jonghyun. Jonghyun mengangkat kepalanya lalu menatap sendu pada
Ji Won. " Duduklah disampingku! Temani aku!" Pinta Jonghyun. Ji Won
pun duduk disamping Jonghyun. Ji Won sedikit terkejut saat Jonghyun tiduran di
paha kakinya. Terlihat Jonghyun memejamkan matanya. Ji Won tersenyum sambil
mengelus-elus kepala Jonghyun.
Soo
Hyun terbangun dari tidurnya. Saat keluar dari kamarnya, Soo Hyun tak menemukan
Myungsoo di apartemennya. Tiba-tiba Soo Hyun merasa tertarik dengan kamar yang
ada disamping kamar Myungsoo. Langkah demi langkah Soo Hyun berjalan. Tangan
Soo Hyun terulur memegang kenop pintu. Saat hendak membukanya, terdengar suara langkah
kaki dari arah belakangnya.
"
Sepertinya kau begitu tertarik dengan kamar itu."
Soo
Hyun merasa malu karena ketahuan oleh Myungsoo. Dengan wajah polosnya, Soo Hyun
menoleh ke arah Myungsoo sambil tersenyum kaku. " Ahjussi, aku
lapar." Ujar Soo Hyun.
"
Aku sudah menyiapkannya di ruang makan. Kajja!"
Myungsoo
dan Soo Hyun pergi menuju ruang makan. Soo Hyun merasa takjub pada makanan yang
dihidangkan oleh Myungsoo. Myungsoo tersenyum melihat wajah Soo Hyun yang
begitu polos menurutnya. Myungsoo menyuruh Soo Hyun untuk bergegas memakannya.
Karena setelah ini mereka harus pergi ke agensi.
"
Jika kau ingin melarikan diri, maka pergilah ke apartemenmu atau pergi ke
apartemen Seo Joon! Mengapa kau selalu datang padaku tiap kali kau melarikan
diri? Apartemenku bukanlah tempat penampungan."
"
Araseo. Geunde, apakah kamar itu selalu terkunci?"
"
Sudah ku duga. Kau begitu penasaran dengan kamar itu. Nde, kamar itu selalu
terkunci. Kau akan terkejut setelah melihat isi kamar itu. Lagipula kau tak
bisa membukanya."
"
Wae?"
"
Karena kamar itu memakai password.
Hanya aku dan pemilik kamar itu yang mengetahui passwordnya."
"
Apakah pemilik kamar itu selalu kemari?"
"
Ani. Selama 18 tahun kamar itu tak pernah dikunjungi. Geunde, kemarin pemilik
kamar itu datang dan tidur disana."
" 18 tahun? Kemarin? Kemarin aku
melihat sepasang sepatu yeoja didepan pintu? Apakah pemilik kamar itu seorang
yeoja? Jika benar, maka yeoja itu adalah mantan istrinya. Aish jinja.
Seharusnya aku melihatnya kemarin agar aku tak penasaran."
"
Kau benar. Dia adalah yeoja kemarin."
Soo
Hyun terkejut bukan main mendengar ucapan Myungsoo. Myungsoo mengetahui isi
pikirannya. " Bagaimana kau bisa mengetahui pikiranku, ahjussi?"
"
Molla. Aku hanya menebaknya saja."
"
Apakah kau akan memberitahuku siapa yeoja itu?"
"
Ani. Kau pasti akan mengetahuinya suatu saat nanti. Bahkan kalian begitu dekat.
Kau pasti terkejut setelah mengetahuinya. Ah, aku harus pergi ke agensi
sekarang. Aku ada rapat. Hubungi Seo Joon! Untuk menjemputmu disini. Aku
pergi."
Myungsoo
keluar dari apartemennya meninggalkan Soo Hyun sendirian. Setelah memastikan
Myungsoo benar-benar telah pergi, Soo Hyun berjalan menuju kamar itu. Matanya
melihat tombol password untuk membuka
pintu kamar itu. Soo Hyun memperhatikan tombol password itu dengan teliti. Sebuah ide pun terlintas dalam
benaknya. Soo Hyun mencari sebuah lakban berwarna bening. Soo Hyun menempelkan
lakban itu tepat pada tombol password.
Setelah itu, Soo Hyun melepaskan lakban itu dan memperhatikan sidik jari yang
ada. Soo Hyun mengernyitkan keningnya tak mengerti.
"
Bukankah ini adalah tanggal ulang tahun omma?"
Soo
Hyun menekan tombol itu dengan hati-hati. Alhasil pintu pun terbuka. Soo Hyun
memegang kenop pintu. Tiba-tiba hatinya merasa ragu. Soo Hyun merasa aneh
dengan kombinasi password itu. Soo
Hyun memejamkan matanya, sedangkan tangannya membuka pintu perlahan-lahan.
Dengan sisa keberanian yang dimilikinya, Soo Hyun membuka matanya
perlahan-lahan. Soo Hyun terkejut bukan main melihat isi kamar itu. Terpasang
sebuah foto pernikahan yang begitu besar. Yang membuatnya lebih terkejut adalah
pasangan pengantin yang ada dalam foto itu. Foto pernikahan Myungsoo dengan
Haeryung. Selain itu, terpajang gaun pengantin yang begitu cantik. Dengan
perasaan terkejutnya, Soo Hyun berjalan perlahan-lahan menelusuri kamar itu.
Ada juga foto antara Myungsoo dengan Haeryung sewaktu kecil dan SMA dulu. Soo
Hyun tak bisa mengungkapkan rasa
keterkejutannya lagi. Yang ada dipikirannya hanyalah siapa ayah
kandungnya.
"
Ini tidak mungkin. Omma adalah mantan istri Myungsoo ahjussi. Lalu siapa ayah
kandungku? Ini tidak mungkin." Gumam Soo Hyun lalu keluar dari apartemen
Myungsoo.
Myungsoo
baru saja selesai rapat. Seo Joon yang melihat Myungsoo keluar bergegas
menghampirinya. Myungsoo mengernyitkan keningnya tak mengerti melihat Seo Joon
berlarian ke arahnya sambil memanggil namanya.
"
Wae?"
"
Apakah anda bersama Soo Hyun, sajangnim?"
"
Tadi pagi dia masih di apartemenku. Wae? Apakah dia melarikan diri lagi? Apakah
kau sudah menghubungi keluarganya?"
"
Aku sudah meneleponnya beberapa kali. Geunde, ponselnya tidak aktif. Aku pun
menelepon keluarganya. Geunde, tak ada yang menjawab panggilan telepon dariku.
Dan dia tak ada di apartemennya."
"
Aishhh. Bocah tengil itu. Apa ulahnya kali ini? Mengapa dia selalu membuatku
khawatir? Araseo. Sebaiknya kau cari dia sekarang! Aku akan menghubungi
keluarganya."
Seo
Joon menganggukkan kepalanya lalu pergi meninggalkan Myungsoo yang masih
memegang kepalanya. IU menyandarkan tubuhnya pada dinding dan melipat kedua
tangannya sambil menggelengkan kepalanya tak mengerti dengan sikap Soo Hyun
yang menurutnya sangat aneh. Tiba-tiba Myungsoo menatap tajam pada IU. IU
mengangkat sebelah alisnya tak mengerti.
"
Neo? Jika dia berada di apartemenmu, maka hubungi aku secepatnya!"
"
Mwo? Mengapa aku? Aku rasa dia tak mungkin ada di apartemenku."
"
Apakah kau lupa? Kalian sedang berpacaran. Jika dia tak ada di apartemenku atau
di rumahnya, maka dia ada di apartemenmu. Kau harus membawa dia menghadap
padaku. Jika tidak, maka kau akan tahu sendiri akibatnya."
Setelah
mengancam IU, Myungsoo pergi berlalu meninggalkan IU yang masih mencerna
ancaman Myungsoo. Sepanjang perjalanan pulang, IU selalu menggerutu. Tak
mungkin Soo Hyun melarikan diri ke apartemennya. Bahkan hubungan mereka hanya
pura-pura untuk meredakan skandal mereka. Setibanya di basement, IU menyuruh manajernya untuk pulang. Dirinya benar-benar
ingin istirahat dan tak ingin diganggu untuk sementara waktu. Manajernya
menganggukan kepalanya mengerti lalu meninggalkan IU. IU menekan password pintu apartemennya. Saat
membuka pintu, hal pertama yang dilihatnya adalah sepasang sepatu namja. Dengan
perasaan waspada, tangannya mengambil payung yang berada disamping pintu.
Kakinya melangkah perlahan-lahan memasuki apartemennya. Terlihat sosok namja
sedang duduk di lantai sambil menikmati ramyun. IU membelalakan matanya setelah
mengenali sosok namja itu. Payung yang dipegangnya terjatuh. Mendengar suara
benda jatuh, Soo Hyun menoleh ke arah belakangnya. Soo Hyun tersenyum manis
saat melihat reaksi IU melihatnya.
"
Ternyata sajangnim, benar." Gumam IU.
IU
mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Myungsoo. Soo Hyun yang melihatnya
bergegas mengambil ponsel IU dan menutup mulutnya dengan tangannya. "
Awalnya ku kira kau senang aku menginap di apartemenmu. Bukankah kita bisa
melakukan hal erotis dan menyenangkan yang sebelumnya sempat tertunda? Geunde,
kau malah akan menghubungi sajangnim. Jika sajangnim menjemputku, maka
kesempatanku untuk berduaan denganmu hilang. Apakah itu yang kau inginkan? Apakah
kau tak ingin bercumbu denganku? Bukankah itu yang dilakukan oleh sepasang
kekasih?" Bisik Soo Hyun tepat ditelinga IU.
IU
merasa tidak nyaman dengan posisinya. Soo Hyun memeluknya dari belakang. Tangan
kanan Soo Hyun memegang perutnya, sedangkan tangan kirinya menutup
mulutnya. Soo Hyun juga berbisik dan
meniup pelan telinganya hingga ia merasa geli. IU meminta Soo Hyun untuk
melepaskannya. Merasa tak mengerti, akhirnya Soo Hyun melepaskan tangannya dari
mulut IU. Namun, Soo Hyun masih memeluk IU dengan eratnya.
"
Pulanglah!"
"
Apakah kau mengusirku?"
"
Mereka mencarimu termasuk orang tuamu."
"
Orang tua? Orang tuaku yang mana? Yang ku tahu aku hanya mempunyai omma."
"
Apakah kau bertengkar dengan mereka?"
"
Ijinkan aku menginap disini beberapa hari! Jangan beritahu keberadaanku disini
termasuk sajangnim, jebal! Aku tak bisa memberitahumu saat ini. Geunde, suatu
saat nanti aku akan memberitahumu semuanya. Aku ingin sendiri untuk saat
ini."
IU
tak pernah melihat wajah Soo Hyun serapuh ini. Wajah angkuh Soo Hyun lah yang
selalu dilihatnya. " Araseo. Geunde, di apartemen ini hanya ada satu
kamar." Ujar IU.
"
Arra. Aku bisa tidur di sofa."
"
Ani. Kau bisa tidur bersamaku di kamarku. Aku tak bisa membiarkanmu kesakitan
karena tidur di sofa. Apalagi kau salah satu aset agensi. Aku tak ingin jadi
pihak yang disalahkan."
"
Ah, sepertinya bukan itu alasannya. Bilang saja kau ingin ku sentuh,
bukan?"
"
Aish jinja, namja yadong. Aku ingin mandi. Ah, buatkan ramyun untukku! Aku
sangat lapar."
"
Araseo, chagi."
IU
menatap tajam pada Soo Hyun, sedangkan Soo Hyun mengedipkan sebelah matanya
lalu pergi ke dapur. IU tersenyum melihat sikap Soo Hyun padanya. IU
mengelengkan kepalanya untuk menyadarkan dirinya. IU merasa tak boleh jatuh
cinta di masa karirnya sedang melonjak saat ini. Jika tidak, maka karirnya akan
hancur. IU pun bergegas masuk ke kamar mandi. Soo Hyun mulai memasak ramyun.
Entah apa yang ada dipikirannya. Tempat satu-satunya pelarian diri adalah
apartemen IU saat ini. Namun, cepat atau lambat Myungsoo pasti menemukannya.
Soo Hyun melihat IU keluar dari kamar mandi. Melihat IU seksi bukanlah pertama
kalinya baginya. Namun, melihat IU sehabis mandi terlihat sangat seksi baginya.
Terlebih lagi rambutnya yang basah dan wajahnya yang polos tanpa make up.
"
Apakah sudah makan?" Tanya IU.
Merasa
tak mendapatkan respon, IU mendekati Soo
Hyun sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk. " Jangan mendekat!"
Titah Soo Hyun.
"
Waeyo? Aku lapar."
"
Araseo. Duduklah! Sebentar lagi matang."
IU
duduk di kursinya dengan tak sabarnya. Aroma ramyun benar-benar membuat
perutnya berteriak bukan main. Soo Hyun menyiapkan ramyun di meja. IU makan
dengan lahapnya, sedangkan Soo Hyun hanya memperhatikannya saja. Merasa
diperhatikan, IU berhenti makan. Menatap Soo Hyun penuh tanya. Soo Hyun yang
melihat pola makan IU belepotan pun mengambil tisu dan membersihkan noda di
sudut bibir IU. IU merasa salah tingkah dan gugup bukan main.
"
Bagaimana kalau kita liburan saja?" Tanya Soo Hyun.
Sementara
itu baik Jonghyun, Haeryung, dan Myungsoo mencari keberadaan Soo Hyun. Haeryung
menelepon satu persatu teman Soo Hyun bahkan mendatangi rumah mereka, namun Soo
Hyun tak ada. Myungsoo menyuruh asistennya untuk melacak keberadaan Soo Hyun
baik melalui ponselnya maupun kartu kreditnya. Sedangkan Jonghyun menelusuri
jalan kota untuk mencari keberadaan Soo Hyun. Tiba-tiba ponsel Myungsoo
berdering. Myungsoo melirik ke arah ponselnya. Terlihat nama Haeryung tertera
pada layar ponselnya.
" Yeobseo."
" Apakah kau telah menemukan Soo
Hyun?"
" Apakah dia tak
menghubungimu?"
" Dia tak ada dimanapun.
Ottokke?"
" Oedigga?"
" Gangnam."
" Chankaman!. Aku akan
menjemputmu."
Myungsoo
melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Jonghyun menelepon Haeryung beberapa
kali, namun Haeryung tak menjawab telepon darinya. Haeryung berteduh di depan
restoran yang sudah tutup. Haeryung memeluk dirinya sendiri untuk menghangatkan
tubuhnya. Myungsoo menepikan mobilnya. Matanya melirik ke setiap arah berharap
menemukan Soo Hyun dan Haeryung. Namun, dirinya hanya menemukan Haeryung.
Tangannya mengambil payung lalu keluar dari mobil menghampiri Haeryung.
Haeryung melihat sepasang sepatu didepannya. Haeryung mengangkat kepalanya
untuk melihat siapa pemilik sepatu itu. Haeryung tersenyum dan berdiri.
"
Yeoja babo. Apakah dengan menyiksa dirimu sendiri, maka Soo Hyun akan
pulang?"
"
Bisakah kau memelukku, namja yadong? Aku kedinginan."
Myungsoo
tersenyum lalu memeluk Haeryung. Haeryung membalas pelukan Myungsoo dan
tersenyum. Tanpa mereka sadari, Jonghyun menyaksikan semuanya di dalam mobil.
Jonghyun tersenyum miris meratapi dirinya. Mengingat cintanya yang tulus tak
pernah terbalaskan. Bahkan dirinya terlanjur telah menyayangi Soo Hyun dan
menganggapnya seperti anak kandungnya sendiri.
"
Apakah semuanya telah berakhir, Haeryung-ya?" Lirih Jonghyun sambil terus
menatap Myungsoo dan Haeryung yang masih berpelukan.
TBC
Bacalah part sebelumnya dengan mengklik link dibawah ini!
PENGUMUMAN !!!
Jika readers memiliki sebuah cerita dan
ingin berbagi dengan readers lainnya, maka readers bisa mengirimkannya ke email
tree_cavela@rocketmail.com ini. Saya akan memposting cerita readers
dalam blog ini. Selamat bergabung! Thank You….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar