[Special
Edition Love is Feeling] Ji Won’s Diary Part 9
Title : [Special Edition Love is
Feeling] Ji Won’s Diary Part 9
Author : Cavela
Length : Series
Genre : Romance and Sad
Main
Cast : Kim Myung Soo aka L Infinite
and Kim Ji Won
Other Cast : Cho Kyuhyun, Kim Yerim, Kim Ryeowook, Beige, Kim Heechul, Im
Yoona, Leeteuk aka Seongseonim Park,
Hyuna, Gayoon, Yoo Seung Ho, Jung Yong Hwa, Lee Hyukjae aka Eunhyuk, Song
Eunji, Han Ji Min, Kang In aka Seongseonim, Park Shi Ho, Hwang Jung Eum, Lee Da
Hee, Lee Jun Ki, Song Hye Kyo, Han Ga In, Park Shin Hye, Yoon Eun Hye, Jessica
Jung, Moon Chae Won, Kang So Ra, Goo Hye Sun, Lee Sunkyu aka Sunny, Lee Hong
Ki, Shindong, Kim Bum, Kim Gyeong, Song Ye Jin, Park Si Yeon, Jung So Min, Kim Jae Joong, Seo In Guk,
Kwon Yuri, Kim Sae Ron, Tuan Kim, Nyonya Kim, Micky Yoochun, Choi Sulli, Kim So
Eun, Lee Joon, Tae Yang, Kim Haneul, Kang Min Hyuk, Kim Hyun Joong, Kim Tae
Woo, Kim Jae Joong, Shin Min Ah, Han Hyo Joo, Lee Taemin, Victoria Song, Choi
Minho, Wooyoung, Park Min Young, Jang Geun Suk, Song Jong Ki, Lee Jae Jin, Seulgi,
member Infinite, member Super Junior, member Girls Generation
Preview
Pada
tanggal 6 Oktober 2014 tepat pukul 11.00 a.m, mata kuliah yang ku ikuti telah
berakhir. Aku duduk bersama Gyeong di lobby untuk mengerjakan tugas. Saat aku
sedang berkutik dengan laptopku, tiba-tiba Gyeong mengatakan hal yang membuatku
terkejut bukan main. Gyeong mengatakan bahwa beberapa minggu yang lalu dia
sempat menguping pembicaraan mahasiswa pria di kelasku. Mahasiswa pria itu
sedang membicarakan tentangku. Mereka mengatakan bahwa apa yang telah Myung Soo
lakukan terhadapku? Mereka mengatakan hal itu seolah-olah kami telah melakukan
hal yang seharusnya tidak kami lakukan. Aku bertanya lagi pada Gyeong. Apakah
ada hal lain yang mereka bicarakan tentangku selain hal itu? Gyeong menjawab
bahwa mereka hanya mengatakan hal itu. Saat itu, aku terdiam. Gyeong juga
mengatakan agar aku lebih berhati-hati dalam
menunjukan ekspresi raut wajahku
ketika aku sedang menahan hasrat sentuhan. Menurut Gyeong ekspresi raut wajahku
mudah sekali untuk ditebak oleh mereka. Jujur, semenjak aku tidak berhubungan
dengan Myung Soo, aku selalu menahan hasrat sentuhan itu sendirian. Aku selalu
melampiaskan hasrat itu pada benda yang berada disekitarku. Bila aku sedang
berada di kelas, maka aku akan memainkan bolpoin dan menggesekkan bolpoin itu
ke tubuhku sendiri dengan perlahan-lahan seakan-akan menikmati sentuhan itu.
Sedangkan bila aku sedang berada di rumah, maka aku akan menonton video mesum agar
aku merasa lebih puas. Mengapa mereka selalu membicarakanku mengenai hal itu?
Apakah dimata mereka bahwa hubunganku dengan Myung Soo telah sejauh itu? Ini
adalah kedua kalinya mereka membicarakanku tentang hal yang sama. Untuk yang
pertama, aku mendengarnya secara langsung meskipun secara diam-diam. Untuk yang
kedua, aku mendengarnya dari Gyeong. Aku sangat mempercayai Gyeong dari awal karena hanya dia yang bisa ku
jadikan tempat curhat daripada mahasiswa lainnya. Apakah aku terlihat kotor
dimata mereka hingga mereka membicarakanku seperti ini? Apa yang harus ku
lakukan agar mereka berhenti membicarakanku tentang hal itu?
Next
Pada
tanggal 14 Oktober 2014 tepat pukul 12.30 a.m, aku sedang berkutik dengan
laptopku. Aku melihat Tae Woo, Geun Suk dan Jong Ki menghampiriku. Aku pun
melihat mereka. Geun Suk menanyakan tugas padaku. Aku pun menjawab
pertanyaannya itu. Namun berbeda dengan Geun Suk, Tae Woo dan Jong Ki malah
menggodaku. Tae Woo mengatakan bahwa Myung Soo masih menyimpan foto kami. Tae
Woo bertanya padaku. Apakah benar bahwa aku memakai pakaian kuning dalam foto
itu? Aku pun menjawab “Iya” sambil
tersenyum. Jong Ki bertanya padaku. Mengapa aku menyukai anime? Apakah aku
menyukai anime karena meniru Myung Soo yang menyukai anime? Aku pun mengelaknya.
Aku mengatakan bahwa aku memang menyukai anime sebelum mengenal Myung Soo
bahkan sejak SMP. Aku tidak meniru Myung Soo tapi Myung Soo lah yang meniruku
hingga dia menyukai anime. Jong Ki dan Tae Woo tersenyum penuh arti. Jong Ki
mengatakan padaku bahwa aku dan Myung Soo sepertinya jodoh karena hingga detik
ini kami masih lajang bahkan Myung Soo tidak pernah terlihat dengan wanita. Tae
Woo mengatakan bahwa Myung Soo lebih banyak diam di apartemennya dan dia keluar
hanya pada malam hari dimana dia harus berkumpul dengan clubnya. Aku menanggapi
mereka dengan menganggukkan kepalaku. Aku sempat berpikir. Mengapa mereka
mengatakan informasi tentang Myung Soo sedetail ini? Padahal aku tak pernah
memintanya pada mereka. Tapi bila aku memang berjodoh dengan Myung Soo maka aku
senang sekali karena memang itulah yang aku harapkan selama ini yaitu aku dan
Myung Soo bersatu kembali.
Pada
tanggal 22 Oktober 2014 tepat pukul 1.00 a.m, aku selalu memikirkan apa yang
akan ku lakukan selanjutnya. Selama tiga minggu lebih, aku tidak bertemu dengan
Myung Soo di kampus bahkan untuk sekedar berpapasan pun tidak. Aku sangat
merindukanmu, Myung Soo. Bila aku mengingat tanggal ini adalah tanggal dimana
aku telah berpisah dengan Myung Soo selama 1,3 tahun lebih tepatnya 15 bulan. Aku
berniat untuk menemuinya dan menceritakan semuanya. Aku tidak peduli lagi,
apakah dia akan kembali padaku atau tetap seperti sekarang ini. Aku ingin
meminta maaf padanya dengan tulus karena telah berburuk sangka padanya selama
ini. Mungkin hal ini terbilang terlambat namun aku harus melakukannya daripada
tidak sama sekali. Tepat pukul 5.30 p.m, mata kuliah antara kelasku dan kelas
Myung Soo telah berakhir. Aku menunggunya diluar gedung. Ku lihat semua
temannya berada diluar gedung tapi aku sama sekali tidak melihatnya. Aku pun
mengeluarkan ponselku dari tasku berniat untuk menghubunginya. Entah mengapa
saat mencari nomor ponselnya tanganku sangat gemetaran. Aku menghela nafasku
dan memasukkan kembali ponselku kedalam tas. Sepertinya aku belum siap untuk membicarakan
hal itu padanya. Aku pun memutuskan untuk pulang ke rumah. Setelah selesai
membantu pekerjaan orang tuaku, aku masuk ke kamar dan bergegas untuk tidur.
Namun saat itu, aku tidak bisa tidur. Aku mengambil ponselku dan melihat fotoku
bersama Myung Soo. Aku tersenyum sambil menangis ketika melihat foto itu.
Seandainya kami masih bersama, mungkin hari ini kita akan merayakan hari jadi
kami kedua tahun. Aku sangat merindukan moment saat kita masih berpacaran,
Myung Soo.
Pada
tanggal 23 Oktober 2014 tepat pukul 2.00 a.m, aku terbangun dari tidurku. Aku
bermimpi buruk. Aku memimpikan Myung Soo untuk pertama kalinya setelah dia
menolakku dua kali. Dalam mimpiku Myung Soo sedang menangis. Myung Soo
menghampiriku dan memintaku untuk menemaninya bertemu dengan orang tuanya.
Ketika tiba di rumahnya, aku terkejut bukan main ketika melihat ayahnya
terbaring di ranjang. Ku lihat wajah sedih ibunya dan kedua adiknya sambil
melihat kedatangan kami. Myung Soo melepaskan tangannya dari tanganku lalu
menghampiri ayahnya. Aku pun menghampiri ibunya dan memegang tangan ibunya
untuk menenangkannya. Tiba-tiba kedua adiknya menangis dengan keras. Aku
semakin bingung dengan apa yang terjadi. Myung Soo berteriak padaku agar aku
segera memanggil dokter. Saat itu, aku melihat ayahnya yang sedang menahan
kesakitan. Aku pun keluar dari kamar itu dan menelepon rumah sakit. Akhirnya
dokter datang. Dokter menyuruhku untuk keluar dari kamar itu. Sedangkan
keluarga Myung Soo masih didalam kamar. Aku mendengar suara ibunya berteriak dari
dalam kamar itu. Saat itu, aku menjadi panik dan berusaha untuk membuka pintu
kamar itu. Namun nihil, pintu kamar itu terkunci. Saat aku mendengar teriakkan
ibunya untuk kedua kalinya, aku pun terbangun dari tidurku. Aku menghapus
seluruh keringat yang ada pada wajahku. Aku bertanya-tanya pada diriku sendiri.
Mengapa aku memimpikan Myung Soo? Padahal sudah lama sekali aku tidak
memimpikannya. Mengapa aku harus memimpikan keluarga Myung Soo? Padahal aku
belum pernah bertemu dengan mereka. Namun, Myung Soo pernah memperlihatkan foto
keluarganya padaku ketika kami masih bersama dulu dan kini aku masih mengingat
wajah mereka. Apakah terjadi sesuatu pada, Myung Soo? Ataukah terjadi sesuatu
pada keluarganya? Aku tidak boleh berpikiran seperti itu. Semoga mereka
baik-baik saja. Aku memutuskan untuk membaca bahan persentasi karena aku tidak
bisa tidur lagi. Tepat pukul 6.55 a.m, aku tiba di kampus. Setelah menyimpan
tas milikku, aku pergi ke toilet. Setelah bercermin disana, aku pun keluar dari
toilet. Aku menghentikan langkahku ketika aku melihat Myung Soo datang dan
berjalan didepanku. Aku melihat wajahnya sangat pucat dan matanya yang terlihat
seperti kurang tidur. Setelah dia masuk ke kelasnya, aku pun masuk ke kelasku.
Pada saat itu, kelas kami berseberangan. Didalam kelas, aku selalu memikirkan
Myung Soo dari hal mengenai mimpiku hingga melihat wajahnya yang pucat. Tepat
pukul 3.30 p.m, aku berniat menanyakan tentang Myung Soo pada Tae Woo karena
mereka bertetangga. Namun, aku sempat berpikir. Bila terjadi sesuatu pada Myung
Soo tanpa aku bertanya pada Tae Woo pun, Tae Woo pasti akan memberitahuku.
Namun hingga detik ini, Tae Woo tidak bicara apapun mengenai Myung Soo bahkan dia
tidak menggodaku seperti biasanya. Aku teringatkan pada Geun Suk karena Myung
Soo dan Geun Suk bertetangga juga. Setelah keadaan kelas kosong, aku
menghampiri Geun Suk. Aku menanyakan keadaan Myung Soo padanya karena ku lihat
Myung Soo tadi pagi pucat sekali. Namun Geun Suk menertawaiku dan menyuruhku
untuk bertanya langsung pada Myung Soo saja. Aku pun menceritakan mimpiku pada
Geun Suk. Ku lihat Geun Suk terdiam ketika aku menceritakan mimpiku itu. Aku
semakin penasaran dengan Geun Suk. Aku pun mendesak Geun Suk untuk
memberitahuku. Namun nihil, Geun Suk tetap tidak memberitahuku karena dia telah
berjanji pada Myung Soo. Aku pun memohon padanya agar memberitahuku. Akhirnya
dia menyerah dan memberitahuku. Aku terkejut bukan main ketika mendengarnya.
Ternyata memang terjadi sesuatu pada keluarganya seperti pada mimpiku. Aku pun
berpamitan pada Geun Suk. Setelah itu, aku pergi ke toilet. Didalam toilet,
ingin sekali aku menelepon Myung Soo. Namun, ku urungkan niatku karena aku
bukanlah siapa-siapa baginya. Aku pun mulai menangis karena aku sama sekali
tidak berguna untuknya disaat dia sedang mengalami musibah. Aku sempat
berpikir. Mungkin Myung Soo membutuhkan waktu untuk sendiri dan menenangkan
dirinya karena bagaimanapun dia adalah anak pertama dalam keluarganya.
Seandainya aku masih bersamamu, mungkin aku akan meminjamkan tanganku ini untukmu
seperti dulu bahkan memelukmu dalam pelukanku agar kau bisa tenang, Myung Soo.
Aku berharap semoga masalah dalam keluargamu terselesaikan dengan baik, Myung
Soo.
Pada
tanggal 24 Oktober 2014 tepat pukul 1.00 a.m, aku sama sekali tidak bisa tidur
karena memikirkan Myung Soo. Aku berencana untuk datang ke apartemennya siang
hari. Namun, ku urungkan niatku itu. Aku sempat berpikir bahwa Myung Soo pasti
akan pulang ke rumah orang tuanya karena yang ku tahu jadwal mata kuliahnya
hari ini hanya ada satu dan itu juga pada pagi hari. Aku ingin mengirim message
padanya. Namun, aku urungkan niatku itu karena aku bukanlah siapa-siapa
baginya. Apa yang harus ku lakukan, Myung Soo? Aku sangat mengkhawatirkanmu,
Myung Soo? Aku berharap bahwa kau dan keluargamu dalam keadaan baik-baik saja.
Pada
tanggal 27 Oktober 2014 tepat pukul 3.00 p.m, aku datang ke apartemen Min Ah.
Setibanya disana, aku menceritakan mimpiku pada Min Ah. Jujur, pada saat itu
aku tidak tahu harus berbuat apa. Tepat pukul 3.30 p.m, diadakan evaluasi dalam
organisasi di jurusanku. Namun, aku tidak datang dalam evaluasi itu. Aku takut
akan bertemu dengan Myung Soo. aku takut bila melihat wajahnya maka aku semakin
khawatir padanya. Terakhir aku bertemu dengannya pada tanggal 23 Oktober 2014
dan saat itu wajahnya pucat sekali. Jujur, aku sangat mengkhawatirkan kondisi
Myung Soo. Entah apa yang merasukiku, terlintas sebuah ide dibenakku. Aku
berniat untuk memberikan makanan untuknya dan Min Ah menyetujuinya. Akhirnya
aku dan Min Ah pergi ke supermarket. Di supermarket, kami mendiskusikan makanan
dan minuman yang akan ku beli untuk Myung Soo. Disana, aku selalu memikirkan
makanan dan minuman yang Myung Soo sukai. Jujur, aku hampir sepenuhnya lupa
dengan semua itu. Namun, aku berusaha untuk mengingatnya. Terlintas sebuah
kenangan, dimana aku membelikan makanan yang Myung Soo pesan ketika dia sedang
sakit dulu. Setelah selesai, kami kembali ke apartemen Min Ah. Saat aku akan
menelepon Myung Soo, tiba-tiba Min Ah melarangku. Min Ah mengatakan bahwa Myung
Soo sedang ikut evaluasi organisasi. Aku pun mengurungkan niatku kembali. Kini
jam telah menunjukan pukul 7.00 p.m, aku memutuskan untuk menelepon Gyeong
karena kami pulang bersama. Namun, Gyeong malah menyuruhku untuk ikut evaluasi
organisasi. Saat itu, aku langsung menolaknya. Namun, Min Ah memaksaku untuk
ikut evaluasi itu. Akhirnya aku menyerah dan mengikuti keinginan mereka.
Setibanya di lobby, aku dan Min Ah bersembunyi karena kami malu sekali datang
terlambat untuk mengikuti evaluasi itu. Ku lihat Hyun Joong menghampiri kami.
Aku tidak merasa heran karena Min Ah pasti mengirim message pada Hyun Joong.
Saat itu, rasanya aku ingin pulang karena bosan. Seandainya aku tidak berangkat
kuliah bersama Gyeong, mungkin aku sudah berada di rumah. Ku lihat Gyeong datang
dan menghampiri kami. Gyeong mengatakan padaku bahwa kami akan pulang tepat
pukul 9.00 p.m. Aku membelalakan mataku tak percaya bahwa aku harus menunggu 2
jam lagi. Dengan terpaksa aku mengikuti mereka untuk evaluasi organisasi. Ku
lihat semua mata tertuju pada kami, aku pun merasa gugup saat itu hingga aku
mengeluarkan dan memainkan ponselku. Saat aku duduk dibelakang, aku baru
menyadari bahwa didepanku ada Yerim dan Myung Soo. Jujur, saat itu aku sangat
cemburu sekali. Apakah mereka sedekat itu? Mengapa aku tidak bisa dekat dengan
Myung Soo walaupun hanya sebagai teman? Mengapa aku dan Myung Soo terlihat
seperti musuh? Saat itu, aku rasanya ingin menangis. Aku baru menyadari bahwa
Eun Hye berada disampingku hingga kami
berbincang-bincang. Eun Hye mengatakan padaku bahwa ketika evaluasi sore
berlangsung, Myung Soo marah-marah dan membuka kemejanya. Aku membelalakan
mataku tak percaya. Seandainya aku mengikuti evaluasi sore itu, mungkin aku
melihat semua itu. Tepat pukul 9.00 p.m, akhirnya evaluasi itu berakhir. Aku, Gyeong,
dan Min Ah jalan bersama menuju apartemen Min Ah. Tanpa aku sadari, aku
berjalan disamping Myung Soo. Aku baru menyadarinya ketika Geun Suk menggoda
kami. Dengan refleks, aku dan Myung Soo memisahkan diri. Dari kejadian itu,
banyak mahasiswa yang menggoda kami diantaranya Gyeong, Min Ah, Geun Suk, Tae
Woo, Eunhyuk dan lainnya. Jujur, saat itu aku senang sekali bahkan senyum pada bibirku
terbit dalam kegelapan malam. Tanpa Myung Soo sadari, aku melihat wajahnya.
Saat aku melihat wajahnya, aku merasa sedih karena wajahnya masih terlihat
pucat. Aku ingin sekali bertanya padanya. Namun, aku menahannya dan memalingkan
wajahku lalu berjalan kembali menuju apartemen Min Ah. Setibanya di apartemen
Min Ah, aku menitipkan bingkisan makanan itu. Aku berencana untuk memberikan
padanya besok. Akhirnya aku dan Gyeong pulang bersama menuju rumah kami.
Pada
tanggal 28 Oktober 2014 tepat pukul 4.00 p.m, aku bergegas ke apartemen Min Ah
setelah selesai kuliah. Setibanya disana, aku istirahat dan minum. Tepat pukul
4.15 p.m, Min Ah menyuruhku untuk menelepon Myung Soo. Jujur, saat aku memegang
ponselku terlihat jelas tanganku gemetaran dan hal itu sontak membuat Min Ah
menertawakanku. Aku kesal pada Min Ah saat itu. Saat aku menelepon Myung Soo,
aku takut sekali. Aku takut bahwa Myung Soo tidak menjawab panggilan teleponku
dan benar saja ternyata dia tidak menjawabnya. Saat itu, aku sedih sekali dan berpikiran
bahwa Myung Soo tidak ingin berhubungan denganku lagi. Min Ah menyuruhku untuk
menelepon Myung Soo lagi. Namun, aku langsung menolaknya hingga akhirnya aku
memutuskan untuk menunggu 5 menit lagi. Lima menit telah berlalu, aku pun
menelepon Myung Soo kembali. Namun nihil, dia tidak menjawabnya lagi. Saat itu,
aku ingin menangis namun aku menahannya karena aku malu sekali bila aku
menangis dihadapan Min Ah. Aku meletakkan ponselku dan membereskan semua
barangku. Ketika melihat bingkisan makanan yang telah ku beli untuk Myung Soo,
aku menjadi bingung. Apakah aku harus membuang semua makanan itu? Aku pun
menyuruh Min Ah untuk membuangnya. Namun, Min Ah malah memarahiku. Dengan
terpaksa aku membawanya kembali. Saat aku akan pulang, aku bertemu dengan Geun
Suk. Geun Suk menyapaku dan aku hanya tersenyum saja. Saat itu, aku baru ingat
bahwa Geun Suk adalah tetangga Myung Soo. Aku pun memanggil Geun Suk dan
menitipkan bingkisan makanan itu padanya. Aku menceritakan pada Geun Suk bahwa
awalnya aku ingin memberikannya secara langsung pada Myung Soo tapi Myung Soo
tidak menjawab panggilan telepon dariku. Aku pun mengatakan terima kasih pada
Geun Suk karena dia berkenan membantuku untuk memberikan bingkisan makanan itu
pada Myung Soo. Sebelum aku benar-benar pulang, Geun Suk mengatakan padaku
bahwa aku terlalu baik untuk Myung Soo. Geun Suk bertanya padaku. Apakah aku
tidak merasa sakit hati karena aku dan Myung Soo telah putus namun aku masih
berbaik hati pada Myung Soo? Apakah tidak ada pria lain hingga aku terus
memperhatikan Myung Soo? Bagaimana bila Myung Soo telah memiliki wanita lain?
Apakah aku akan tetap baik dan perhatian pada Myung Soo seperti sekarang ini?
Aku menjawab pertanyaannya itu. Aku melakukan semua ini dengan tulus bahkan aku
tidak mempunyai niat lain kecuali aku ingin melihat wajahnya agar tidak pucat
lagi. Aku ingin melihat wajah Myung Soo yang tampan seperti biasanya bukan
wajahnya yang pucat seperti saat ini. Setelah itu aku tersenyum pada Geun Suk
lalu pulang. Tepat pukul 10.00 p.m, aku mengirim message pada Myung Soo. Aku
menjelaskan maksud dan tujuanku memberikan makanan itu padanya. Saat itu, aku
sama sekali tidak mengharapkan Myung Soo akan membalasnya. Namun, ternyata dia
membalas message itu. Saat itu, aku terkejut bukan main hingga aku kebingungan
kata-kata untuk membalas messagenya kembali. Aku tersenyum senang bukan main
hingga aku ingin pergi ke kamar kecil. Namun, nasib berkata lain. Saat aku akan
pergi ke kamar mandi, aku lupa bahwa aku harus menuruni tangga hingga akhirnya
aku terjatuh dan kepalaku terbentur tembok. Aku pun sangat malu karena kedua
orang tuaku menertawaiku. Ah, kepalaku sangat sakit dan ada benjolan kecil.
Pada
tanggal 29 Oktober 2014 tepat pukul 9.30 a.m, aku dan Gyeong telah berada di
kampus karena kami baru selesai melakukan observasi ke sekolah. Seperti biasa
aku mendownload serial drama favoritku. Ku lihat Geun Suk dan Tae Woo
menghampiri kami. Geun Suk mendiskusikan tugas kelompok dengan Gyeong. Setelah
itu, Geun Suk mengatakan padaku bahwa Myung Soo sedang sakit anemia. Ketika
mendengarnya aku tidak terkejut sama sekali namun aku hanya diam saja. Aku
sudah mengetahuinya ketika melihat wajah Myung Soo yang sangat pucat. Tepat
pukul 10.20, aku melihat Myung Soo bersama dengan Eunhyuk dan Kyuhyun. Saat
itu, aku ingin sekali melihat wajahnya. Namun, aku tidak berani untuk
melihatnya. Aku berkutik kembali dengan laptopku. Pikiranku benar-benar kacau
ketika aku mendengar suaranya. Tepat pukul 2.30 p.m, aku berbicara dengan Geun
Suk. Geun Suk menceritakan padaku bahwa kemarin dia telah menelepon Myung Soo
beberapa kali namun Myung Soo tidak menjawabnya. Tepat pukul 8.00 p.m, Tae Woo
mengatakan pada Geun Suk bahwa Myung Soo telah pulang ke apartemennya. Geun Suk
terkejut ketika mendengarnya karena saat itu sedang hujan. Tae Woo bertanya
pada Geun Suk tentang bingkisan yang dibawanya. Namun, Geun Suk tidak
memberitahu Tae Woo hingga Tae Woo mengikuti Geun Suk dari belakang. Setibanya
di apartemen Myung Soo, Geun Suk terkejut ketika mengetahui Seung Ho ada
disana. Saat melihat kebelakang Geun Suk lebih terkejut karena melihat Tae Woo.
Karena semuanya sudah melihat Geun Suk membawa bingkisan itu, akhirnya Geun Suk
memberikan bingkisan itu pada Myung Soo. Myung Soo bertanya pada Geun Suk. Geun
Suk pun menjawab pertanyaan Myung Soo. Tae Woo menyuruh Myung Soo untuk
meneleponku. Namun, Myung Soo menolaknya. Saat itu juga Myung Soo mengatakan
pada mereka bahwa dia sedang sakit anemia. Ketika mendengar cerita dari Geun
Suk, aku sangat malu sekali karena Seung Ho dan Tae Woo mengetahuinya. Aku
takut mereka akan berpikiran bahwa aku sedang berusaha untuk mendekati Myung
Soo. Padahal aku sama sekali tidak mempunyai pikiran itu. Aku melakukan semua
itu karena aku mengkhawatirkan Myung Soo. Selain melihat kondisi Myung Soo, aku
teringatkan pada arti mimpiku itu. Aku sangat heran sekali dengan semua ini.
Mengapa aku harus mendapatkan mimpi tentang keadaan keluarga Myung Soo bahkan
kondisi Myung Soo sendiri? Padahal aku bukanlah siapa-siapa bagi Myung Soo.
Mengapa harus aku yang mendapatkan amanah dari ibunya dalam mimpiku agar
menjaga Myung Soo? Mengapa harus aku? Mengapa tidak Myung Soo yang mendapatkan
mimpi itu? Mengapa aku harus memiliki hati yang baik seperti ini? Bisakah aku
memiliki hati yang jahat hingga aku bisa mengabaikan semua ini? Saat itu, aku
hanya bisa menghela nafasku dan melanjutkan mengerjakan tugas. Saat itu aku
baru menyadari bahwa aku benar-benar tulus menyukai Myung Soo. Meskipun Myung
Soo telah beberapa kali mengecewakanku bahkan dia menolakku sebanyak dua kali.
Seharusnya kau mengetahuinya bahwa aku akan menerimamu apa adanya, Myung Soo.
Meskipun kau adalah pria brengsek dan bajingan. Entah mengapa aku sama sekali
tidak bisa membencimu. Yang ku inginkan adalah aku dan dirimu sama-sama
memperbaiki kekurangan dan kesalahan kita dimasa lalu, Myung Soo.
Pada
tanggal 30 Oktober 2014 tepat pukul 1.00 p.m, Tae Woo berbisik padaku bahwa dia
menyuruhku untuk mengirim makanan pada Myung Soo lagi karena dengan begitu dia
bisa memakan makanan itu. Aku membelalakan mataku tak percaya ketika
mendengarnya. Aku ingin sekali membalas perkataan Tae Woo namun aku takut
mahasiswa lainnya mendengarnya. Akhirnya aku hanya tersenyum menanggapinya.
Setelah itu, aku dikejutkan lagi dengan Seung Ho yang tiba-tiba tersenyum
padaku. Aku mengerutkan keningku tak mengerti lalu aku berkutik dengan laptopku
kembali. Apakah karena ini Myung Soo memberikan makanan itu pada Tae Woo dan
Seung Ho hingga mereka tersenyum penuh arti seperti itu padaku? Bila benar,
maka aku benar-benar sangat malu. Aku selalu bertanya-tanya pada diriku
sendiri. Apakah Myung Soo memberikan semua makanan itu pada Seung Ho dan Tae
Woo? Apakah Myung Soo ikut memakan makanan itu? Aku sangat kecewa sekali
apabila Myung Soo sama sekali tidak memakan makanan itu. Aku harap semoga kau
lekas sembuh, Myung Soo.
Pada
tanggal 20 November 2014 tepat pukul 4.05 p.m, aku melihat Myung Soo di jalan
setelah tiga minggu aku tidak melihatnya sama sekali. Saat itu, aku baru saja
keluar dari apartemen Eun Hye dan Jessica. Aku mengganti lagu dalam list
ponselku yaitu “Park Jang Hyun & Park
Hyun Kyu- Love is”. Aku pun menekan lagu itu. Melodipun mengalun dengan
indahnya. Saat aku mengalihkan pandangan mataku, aku membelalakan mataku tak
percaya. Aku melihatnya berjalan didepanku. Namun, posisi kami sedang
berseberangan. Jantungku berdetak sangat cepat hingga tak kendali. Aku pun
menjadi salah tingkah. Akhirnya aku berusaha untuk menghindarinya karena aku
tak tahu harus bersikap seperti apa terhadapnya. Namun yang menjadi pertanyaan
bagiku. Apakah dia melihatku? Apakah dia menyadari gelagatku yang berusaha
untuk menghindarinya? Dari kejadian itu, aku sangat bersyukur karena bisa
melihat wajahnya yang sehat tidak seperti terakhir kali ketika aku melihat
wajahnya sangat pucat. Semoga kau selalu sehat, Myung Soo.
Pada
tanggal 21 November 2014 tepat pukul 5.10 p.m, aku bertemu dengan Geun Suk
setelah seminar. Kami pun bicara mengenai tugas. Setelah itu, dia mengatakan
padaku bahwa Myung Soo jarang sekali masuk kuliah. Aku mendengarkan setiap
ceritanya. Namun, aku sama sekali tidak menyangka bahwa dia menyuruhku untuk
bicara dengan Myung Soo. Dia berharap bahwa setelah aku bicara dengan Myung Soo
maka Myung Soo akan rajin masuk kuliah. Dia sudah menyerah untuk mengajak Myung
Soo bahkan teman-temannya pun menyerah. Aku ingin sekali menolak permintaan itu
karena posisiku disini bukan lagi kekasih Myung Soo melainkan mantan
kekasihnya. Apakah Myung Soo akan mendengarkanku? Entahlah, aku berharap bahwa
setelah aku bicara dengannya maka dia akan berubah meskipun secara
perlahan-lahan.
Pada
tanggal 23 November 2014 tepat pukul 6.30 p.m, aku datang ke apartemen Myung
Soo setelah kami saling mengirim message. Jujur, setelah memarkirkan motorku
lalu berjalan dibelakangnya terasa sangat canggung bagiku. Bagiku, ini adalah
pertama kalinya aku datang ke apartemen barunya. Apartemen itu terlihat sangat
luas dan banyak kamar. Akhirnya, aku tiba didepan kamarnya lalu masuk. Awalnya
aku masih bingung memulai pembicaraan kami. Namun, tanpa terasa kecanggungan
diantara kami hilang begitu saja. Kami bicara dengan santai bahkan tertawa.
Hari ini adalah pertama kalinya kami bicara saling menatap setelah kami
berpisah dulu dan hal itu membuatku sangat senang. Setelah itu, aku mengajaknya
makan. Namun, dia mengatakan bahwa tubuhnya dingin sekali dan malas keluar
bahkan dia menyuruhku untuk memegang tangannya. Namun, aku dengan spontan menolak
untuk memegang tangannya. Bila aku memegang tangannya maka detik itu juga aku
akan merasakan kembali hasrat saat dia menyentuh tubuhku dulu. Jujur, untuk
menghilangkan hasrat itu sangat sulit bahkan aku bisa melupakannya setelah
setahun. Meskipun bayang-bayang ketika dia menyentuh tubuhku masih teringat sangat
jelas. Akhirnya, aku pun keluar untuk membeli makan. Setelah itu, aku berjalan
untuk kembali ke apartemennya dan berpapasan dengannya. Dia bertanya padaku.
Mengapa lama sekali? Aku menjawab bahwa disana sangat banyak pembeli. Dia pun
memberikan kunci apartemennya padaku. Dia mengatakan bahwa dia ingin membeli
Juice. Aku hanya menganggukkan kepalanya sambil menahan tawaku. Padahal aku
sudah mengetahui bahwa toko Juice sedang tutup. Namun, aku membiarkannya pergi
begitu saja. Apakah dia ingin membeli Juice adalah sebuah alasan saja karena
dia mengkhawatirkanku keluar pada malam hari hanya untuk sekedar membeli makan?
Entahlah hanya dia yang bisa menjawab pertanyaan ini. Namun, aku sangat senang
sekali bila hal itu adalah benar bahwa dia masih mengkhawatirkanku. Aku tak
mungkin bisa melupakan kejadian hari ini begitu saja, Myung Soo.
TBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar