[Special
Edition Love is Feeling] Ji Won’s Diary Part 13
Title : [Special Edition Love is
Feeling] Ji Won’s Diary Part 13
Author : Cavela
Length : Series
Genre : Romance and Sad
Main
Cast : Kim Myung Soo aka L Infinite
and Kim Ji Won
Other Cast : Cho Kyuhyun, Kim Yerim, Kim Ryeowook, Beige, Kim Heechul, Im
Yoona, Leeteuk aka Seongseonim Park,
Hyuna, Gayoon, Yoo Seung Ho, Jung Yong Hwa, Lee Hyukjae aka Eunhyuk, Song
Eunji, Han Ji Min, Kang In aka Seongseonim, Park Shi Ho, Hwang Jung Eum, Lee Da
Hee, Lee Jun Ki, Song Hye Kyo, Han Ga In, Park Shin Hye, Yoon Eun Hye, Jessica
Jung, Moon Chae Won, Kang So Ra, Goo Hye Sun, Lee Sunkyu aka Sunny, Lee Hong
Ki, Shindong, Kim Bum, Kim Gyeong, Song Ye Jin, Park Si Yeon, Jung So Min, Kim Jae Joong, Seo In Guk,
Kwon Yuri, Kim Sae Ron, Tuan Kim, Nyonya Kim, Micky Yoochun, Choi Sulli, Kim So
Eun, Lee Joon, Tae Yang, Kim Haneul, Kang Min Hyuk, Kim Hyun Joong, Kim Tae
Woo, Shin Min Ah, Han Hyo Joo, Lee Taemin, Victoria Song, Choi Minho, Wooyoung,
Park Min Young, Jang Geun Suk, Song Jong Ki, Lee Jae Jin, Seulgi, member
Infinite, member Super Junior, member Girls Generation, Lee Min Ho, Yoon Bora,
Bae Suzy, Sung Si Kyung, Lee Jonghyun, Lee Sungmin, Cho Ah, Kim Woo Bin, Bang
Minah, Kim Taeyeon
Preview
Pada tanggal 13 Mei 2015 tepat pukul 05.00 a.m. Aku terbangun
dari tidurku. Aku bergegas mandi lalu membangunkan Eun Hye, Jessica dan Ji Min.
Aku bersiap-siap sambil merias diriku. Saat melihat tubuhku melalui cermin,
detik itu juga aku teringat dengan kejadian semalam bersama
Kyuhyun………………………………………………………………………………............................
Akhirnya So Ra dan dua orang dosen mengantarkanku kembali ke
hotel. Setibanya di hotel, aku berbaring di sofa. Salah satu dosen menyuapiku
makan. Sedangkan So Ra mengambilkan obatku di kamar. Aku sebisa mungkin menelan
makanan itu. Namun, aku tak sanggup. Akhirnya dosen itu berhenti menyuapiku
lalu menyuruhku untuk minum obat. Setelah minum obat, So Ra mengantarkanku
menuju kamarku. So Ra memapahku untuk menaiki tiap anak tangga satu demi satu.
Setibanya di kamar, aku berbaring di ranjang. Tiba-tiba dosen lainnya datang.
Dosen itu menyuruhku untuk mengganti pakaianku. Aku pun mengikuti perintahnya.
Saat keluar dari kamar mandi, aku tak menemukan dosen itu. Detik itu juga So Ra
menyuruhku istirahat dan meminta ijin dariku untuk pergi ke kamarnya. Aku hanya
menganggukan kepalaku lalu memejamkan mataku.
Next
Pada tanggal 14 Mei 2015 tepat pukul 05.00 a.m. Aku terbangun
dari tidurku lalu masuk ke kamar mandi. Saat hendak melepaskan pakaianku, aku
melihat sebuah gelang terpasang pada pergelangan tangan kananku. Aku sangat
mengenali gelang itu. Seingatku aku tak memakai gelang itu saat akan pergi
praktikum. Aku bergegas keluar dari kamar mandi. Mataku mencari sosok teman
sekamarku yang telah bangun dari tidurnya. Ku lihat Eun Hye sedang memainkan
ponselnya. Aku pun bertanya padanya.
“ Apakah Myungsoo memberikan gelang ini padamu, Eun Hye-ya?”
“ Ani. Geunde, Cho Ah.”
“ Mwo? Geunde, aku yakin gelang ini milik Myungsoo.”
“ Nde, gelang itu memang milik Myungsoo.”
“ Mwo? Bagaimana bisa? Ceritakan padaku, jebal!”
“ Saat kau sedang sakit semalam, Cho Ah menengok kondisimu kemari.
Dia terlihat mengkhawatirkan kondisimu. Dia takut kau tak bisa mengikuti
praktikum ini. Dia memberikan gelang itu padaku agar mengenakannya pada
pergelangan tanganmu. Dia mengatakan padaku bahwa gelang itu adalah milik
Myungsoo. Myungsoo juga menyuruhnya untuk memeriksa kondisi kakimu. Apakah
kakimu pucat atau tidak? Geunde, kau sedang mengenakan kaos kaki saat itu. Dia
pun tak jadi memeriksa kondisi kakimu karena dia tak ingin membangunkanmu.
Apakah kau senang Myungsoo sangat perhatian padamu?”
Aku menganggukkan kepalaku sambil tersenyum senang. Aku tak
menyangka Myungsoo akan bertindak seperti itu. Apakah ini tandanya Myungsoo
masih peduli padaku? Hanya memikirkan hal itu saja telah membuatku terbang ke
langit sambil menghirup udara yang begitu segar. Ku lihat Jessica bangun dari
tidurnya. Dia pun mengatakan sesuatu padaku.
“ Apakah kau tahu, Ji Won-ya? Saat Ji Min memberitahu kami
bahwa kau sedang sakit dan menghilang begitu saja, hampir semua anggota
praktikum berniat mencarimu termasuk kami. Saat kami akan beranjak mencarimu,
tiba-tiba Myungsoo datang sambil menanyakan apa yang terjadi. Woo Bin menjawab
pertanyaannya. Woo Bin memberitahunya bahwa kau sedang sakit dan menghilang.
Apakah kau tahu? Bagaimana raut wajahnya saat itu? Dia terdiam dan pandangan
matanya kosong lalu pergi meninggalkan kami begitu saja. Ku rasa dia
mengkhawatirkan kondisimu saat itu.”
“ Jeongmal? Apakah kalian tahu? Perasaanku bahagia bukan main
saat ini. Aku tak menyangka dia khawatir padaku. Geunde, apa maksudnya dia
memberikan gelang ini padaku? Apakah dia lupa bahwa aku memiliki gelang yang
sama dengannya. Aku menyimpan gelang itu di rumah karena aku tak ingin gelang
itu hilang.
Setelah mengetahui yang terjadi, aku bergegas mandi. Saat
mandi, mulutku tiada hentinya bersenandung merdu sambil tersenyum-senyum
sendiri. Aku keluar dari kamar mandi. Entah mengapa aku sangat malas merias
wajahku. Aku pun memilih berbaring di ranjang kembali sambil menunggu suara
teriakan Kyuhyun memanggil. Mataku tiada hentinya memandangi gelang itu. Tepat
pukul 7.00 a.m, aku bersama teman sekamarku keluar dari kamar menuju ruang
makan. Aku menatap makananku tanpa minat. Tiba-tiba Minah menghampiriku. Minah
mengatakan bahwa dosen memintaku untuk mendatanginya setelah makan. Aku pun
menganggukan kepalaku sambil tersenyum. Setelah makan, aku menghampiri dosen.
Ku lihat tak hanya dosen yang ada disana tapi pihak travel pun turut hadir. Aku
duduk diantara mereka. Mereka menanyakan kondisiku. Aku menjelaskan semuanya
pada mereka. Mereka melarangku untuk mengikuti praktikum kali ini. Aku terkejut
bukan main mendengarnya. Aku tak mungkin kembali ke Seoul. Aku telah membayar
mahal untuk mengikuti praktikum kali ini. Apalagi aku sangat ingin menelusuri
New Caledonia ini. Aku berusaha menyakinkan mereka bahwa aku sanggup mengikuti
praktikum kali ini. Selama 30 menit aku berusaha menyakinkan mereka, akhirnya
mereka mengijinkanku untuk mengikuti praktikum kali ini. Dosen menyuruhku untuk
minum obat. Aku berpamitan pada mereka lalu pergi ke ruang makan. Aku meminta
pada pelayan disana untuk mengambilkan air minum hangat untukku. Aku berdiri
sambil menunggu pelayan itu datang. Ku lihat Joong Ki sedang mengambil sarapan.
Saat hendak memalingkan wajahku, tiba-tiba Joong Ki bertanya padaku.
“ Apakah kau pura-pura sakit untuk mendapatkan perhatian dari
Myungsoo, Ji Won-ya?”
“ Bussunsuriya?”
“ Coba ku lihat wajahmu! Apakah kau benar-benar sakit atau
tidak?”
“ Lihatlah wajahku sepuasmu! Apakah kau yakin? Setelah ini
kau tak kan terpesona padaku.”
“ Itu tidak akan mungkin.”
Saat aku akan membalas perkataan Joong Ki, tiba-tiba pelayan
itu datang sambil memberikan air hangat untukku. Aku mengambil gelas air hangat
itu sambil mengucapkan terima kasih pada pelayan itu. Ku lihat Joong Ki
meninggalkanku begitu saja. Detik itu juga, aku baru menyadari bahwa Myungsoo
berada disamping Joong Ki. Aku bertanya dalam benakku. Apakah Myungsoo
mendengar semuanya? Apakah Myungsoo memiliki pikiran yang sama dengan Joong Ki?
Aku harap kau tak mempercayai semua itu, Myungsoo-ya. Karena aku benar-benar
sakit kali ini. Tak pernah telintas dalam benakku berpura-pura sakit untuk
mendapatkan perhatian darimu, Myungsoo-ya. Aku tak menyangka kau menunjukan
rasa pedulimu disaat seperti ini. Mataku mencari kursi kosong disekitar ruang
makan. Kebetulan kursi kosong itu berada di depan Hyuna, Gayoon, Yerim, dan
Beige. Aku duduk di depan mereka tanpa meminta ijin terlebih dahulu. Aku
meniupi air minumku karena air minumnya sangat panas. Hyuna bicara padaku.
“ Mengapa kau tidak mencampurkan air minum panas itu dengan
air minum dingin, Ji Won-ya?”
“ Apakah ada air minum dingin disini?”
“ Nde. Air minum dingin itu ada dibelakangmu.”
Kepalaku menoleh ke arah belakang dan benar saja air minum
dingin itu ada disana. Saat aku hendak beranjak dari kursi, tiba-tiba Kyuhyun
datang menghampiriku. Aku menatapnya tak mengerti. Dia menumpahkan sebagian air
minum panas yang ada di gelasku kedalam gelas lainnya. Tangannya terulur
mengambil air minum dingin miliknya, lalu menuangkannya pada gelas milikku. Aku
mengambil obat milikku lalu mengambil gelas itu dan meminum obatnya. Ku lirik
Kyuhyun masih berdiri disampingku.
“ Tangan Ji Won terlihat bergetar tadi saat minum. Apakah
sebegitu menyakitkankah?” Tanya Hyuna.
“ Aku juga ingin diperlakukan seperti Ji Won, Kyuhyun-ya.
Bisakah kau mengambilkanku air minum?” Pinta Gayoon.
“ Nde, Gayoon benar. Bisakah kau mengambilkan air minum
untukku juga?” Pinta Yerim.
Ku lihat Kyuhyun mengambil air minum. Mataku pun sempat
melirik ke arah Gayoon dan Yerim yang tersenyum penuh arti. Aku tak heran
melihat sikap mereka seperti itu. Yang ku tahu Gayoon sangat menyukai Kyuhyun,
meskipun dia sudah memiliki kekasih. Sedangkan Yerim, entahlah aku tak
mengetahui maksudnya bersikap seperti itu. Aku meletakan gelas minumku. Saat
hendak beranjak, Kyuhyun berdiri disampingku. Aku pun terduduk kembali.
“ Ini.” Ujar Kyuhyun sambil memberikan gelas air minum itu
pada Gayoon. Saat Gayoon hendak mengambilnya, Kyuhyun menarik kembali gelasnya.
“ Jika kau ingin minum, maka ambil sendiri air minumnya. Ini adalah minumanku.”
Lanjut Kyuhyun lalu meminum air itu dihadapan kami.
Kepalaku menoleh ke arah Gayoon dan Yerim. Ku lihat mereka
menatap tak percaya pada Kyuhyun. Aku berusaha menahan tawaku saat itu. Sikap
Kyuhyun terlalu kekanak-kanakan pada mereka. Detik itu juga, aku merasa sedih.
Mengapa bukan Myungsoo yang bersikap seperti itu? Mengapa Kyuhyun perhatian
padaku? Seharusnya Myungsoo yang menuangkan air minum itu untukku. Seharusnya
Myungsoo yang berdiri disampingku saat ini. Aku beranjak pergi dari sana. Aku
memilih duduk di sofa sambil istirahat sejenak. Aku menaiki bus untuk pergi ke
lokasi praktikum berikutnya. Aku duduk bersama So Ra. Sepanjang perjalanan, aku
tertidur karena efek dari obat yang ku minum. Saat kepalaku bersandar pada bahu
So Ra, So Ra selalu menyingkirkan kepalaku dari bahunya. Hal itu sontak
membuatku terbangun. Bus berhenti tepat disebuah minimarket. Semua anggota
turun dari bus untuk belanja. Aku melihat antrian di minimarket itu sangat
panjang. Aku pun menghampiri Ji Min untuk menitipkan makanan ringan yang ingin
ku beli. Dia pun bersedia. Saat aku ingin menitipkan minuman favoritku, dia
menolaknya. Dia tak ingin ketahuan oleh dosen saat membayar di kasir. Padahal
minuman itu hanya mengandung sedikit alkohol saja. Mataku menatap antrian itu.
Tanpa sengaja mataku melihat Myungsoo sedang mengantri. Aku pun menghampirinya
lalu berbisik padanya.
“ Bisakah aku menitip sesuatu? Aku malas mengantri.”
“ Apakah itu?”
“ Minuman itu. Bisakah aku menitipkan minuman itu padamu?”
“ Araseo.”
“ Kau baik sekali, Myungsoo-ya. Geure, aku akan mengambil 2
minuman itu sekaligus.”
“ Shirreo. Kau harus mengambil 1 saja. Jika kau mengambil 2,
maka sebaiknya kau menitipkannya pada orang lain saja.”
“ Pelit sekali. Araseo. Aku akan mengambil 1.”
Aku mengambil minuman itu dengan was-was. Aku takut akan
ketahuan oleh dosen. Setelah mengambil minuman itu, aku memberikannya pada
Myungsoo. Setelah itu, aku keluar dari minimarket. Saat berdiri di depan bus,
Ji Min menghampiriku sambil memberikan makanan ringan itu padaku. Aku memberikan
uang padanya. Ji Min menertawaiku karena aku gagal membeli minuman itu. Detik
itu juga, aku menepuk bahunya sambil berbisik penuh kemenangan. Aku mengatakan
padanya bahwa aku menitipkan minuman itu pada Myungsoo. Ji Min mengataiku bahwa
aku sudah gila. Aku hanya tertawa menanggapinya. Setelah semua anggota kembali
ke bus, kami melanjutkan perjalanan ke pelabuhan. Tepat pukul 10.30 a.m, kami
tiba di pelabuhan untuk menyebarangi pulau menggunakan kapal. Selama 2 jam kami
menyeberangi pulau, akhirnya kami tiba di pulau yang dituju. Kami menaiki bus
kembali. Aku duduk disamping So Ra lagi. selama perjalanan, aku selalu
tertidur. Namun, tidurku selalu terganggu karena So Ra selalu menyingkirkan
kepalaku dari bahunya. Mataku melirik ke arah belakang. Ku lihat Myungsoo
sedang tidur dan Jae Joong duduk disampingnya. Ku lihat ada sedikit ruang
untukku duduk ditengah-tengah antara Myungsoo dan Jae Joong. Aku beranjak dari
kursiku menuju mereka. Aku mencolek Jae Joong agar dia memberikan sedikit ruang
untukku duduk disana. Setelah duduk diantara mereka, aku tidur dengan
bersandarkan pada bahu Myungsoo. Tidur pada bahunya itu terasa sangat nyaman.
Entah berapa lama aku tertidur, Myungsoo menepuk pelan lenganku dan bicara
padaku.
“ Apakah kau tak ingin turun?”
“ Apakah kita sudah tiba di lokasi tujuan?”
“ Ani. Perjalanan masih jauh. Geunde, apakah kau tak ingin
pergi ke kamar mandi? Kita sedang berhenti di pom bensin.”
“ Ani. Aku masih mengantuk. Apakah kau ingin pergi ke kamar
mandi?”
“ Ani.”
“ Aku ingin melanjutkan tidurku.”
Aku menjawab pertanyaannya tanpa membuka mataku. Aku
membenarkan kepalaku pada bahunya. Aku pun melanjutkan tidurku kembali. Entah
berapa lama aku tertidur, aku mendengar suara pihak travel dan cahaya yang
menyinariku. Namun, aku masih memejamkan mataku.
“ Lihatlah! Mahasiswa jaman sekarang itu pasti memanfaatkan
kesempatan dalam kesempitan. Suasana gelap dalam bus mereka manfaatkan untuk
bermesraan bahkan berpelukan. Lihatlah mereka!”
Aku mendengarkan perkataan pihak travel itu. Apakah maksud perkataannya
itu mengarah padaku dan Myungsoo? Cahaya yang menyinari wajahku itu semakin
terang. Aku merasa kesal karena pihak travel itu menjailiku dengan mengarahkan
cahaya ponselnya ke arah kami. Terdengar suara tawa pihak travel itu. Aku pun
memutuskan untuk berpura-pura tidur. Tiba-tiba terdengar suara Jae Joong
bicara.
“ Kyuhyun-ya, bisakah kita bertukar tempat duduk? Disini
sangat panas.” Teriak Jae Joong.
“ Araseo.” Teriak Kyuhyun.
Aku merasakan kursi yang duduki oleh Jae Joong bergerak.
Detik itu juga, aku merasakan sebuah paha menyentuh pahaku. Aku rasa Kyuhyun
duduk disampingku. Apakah aku benar-benar sudah bangun? Apakah ini hanyalah
mimpi? Aku duduk diantara pangeran berkuda hitam dan putihku. Aku tak pernah
membayangkan akan duduk diantara Myungsoo dan Kyuhyun bersamaan seperti ini.
Jika ini sebuah mimpi, maka aku mohon jangan bangunkan aku dari tidurku ini.
Tiba-tiba terdengar suara Kyuhyun bicara.
“ Jae Joong-ya, aku tak ingin duduk disini. Kau benar. Disini
sangat panas. Aku ingin kembali ke kursiku. Pergilah!” Teriak Kyuhyun.
“ Shirreo.” Tolak Jae Joong.
Ku dengar Jae Joong tertawa. Sedangkan Kyuhyun masih bergumam
sendiri. Aku tak mengerti dengan mereka. Mengapa mereka mengatakan panas duduk
disampingku? Apakah karena tubuhku yang terasa panas? Ataukah ada alasan lain?
Saat hendak memindahkan posisi kepalaku, aku baru menyadari bahwa Myungsoo
sedang memelukku. Aku merasa kepalaku bukan berada pada bahunya lagi, melainkan
pada dada bidangnya. Sudut bibirku tersenyum bukan main. Tidur dalam pelukannya
seperti ini sudah lama tak ku rasakan. Pantas saja Kyuhyun dan Jae Joong
mengatakan duduk disampingku terasa sangat panas. Aku baru menyadari Myungsoo
memelukku dalam dekapannya.
“ Aku kira kau sedang tidur, Myungsoo.” Ujar Kyuhyun.
“ Ani. Aku tidak tidur sedari tadi.” Ujar Myungsoo.
Aku mendengar pembicaraan antara Myungsoo dan Kyuhyun tanpa
membuka mataku. Detik itu juga, Myungsoo mengeratkan pelukannya dan memegang
tangan kiriku dengan tangan kanannya. Aku tak tahu maksud semua ini. Apakah dia
ingin memastikan kondisiku? Ataukah ada alasan lain? Aku memilih melanjutkan
tidurku kembali. Namun, aku tak bisa tidur. Tiba-tiba aku merasakan sebuah
kepala bersandar pada bahu kiriku. Yang ku yakini kepala itu milik Kyuhyun. Apakah
ini yang dinamakan cinta segitiga? Myungsoo memelukku dengan erat sambil
memegang tangan kiriku, kepalaku bersandar pada dada bidang Myungsoo, sedangkan
kepala Kyuhyun bersandar pada bahu kiriku. Aku tak pernah membayangkan kejadian
ini. Tiba-tiba Myungsoo membangunkanku. Dia menyuruhku untuk pindah duduk di
kursi miliknya, sedangkan dia pindah di kursi milikku. Aku menuruti perintahnya
tanpa banyak tanya lagi. Sebenarnya apa yang ada dalam benakmu, Myungsoo-ya?
Mengapa kau menyuruhku pindah disaat aku menikmati semua ini? Saat aku hendak
beranjak untuk pindah, Kyuhyun terbangun. Aku sangat menyayangkan kesempatan
itu. Kesempatan saat Kyuhyun bersandar pada bahuku. Akhirnya aku bertukar
tempat duduk dengan Myungsoo. Ku lihat Kyuhyun tidur bersandar pada bahu
Myungsoo. Aku mendengus kesal karena seharusnya Kyuhyun bersandar pada bahuku.
Mataku mencari keberadaan Jae Joong. Ternyata Jae Joong duduk dengan So Ra. Ku
lihat Myungsoo tertidur. Aku pun menyandarkan kepalaku pada bahunya. Aku
tersenyum penuh arti. Bagiku kejadian ini terlihat sangat lucu. Kedua bahu
Myungsoo dijadikan sandaran oleh kepalaku dan Kyuhyun. Sebelum tidur, aku
menghirup aroma maskulin Myungsoo untuk ku ingat aromanya dalam benakku. Baru
beberapa menit aku tidur, tiba-tiba Myungsoo membangunkanku dan Kyuhyun. Myungsoo
menyuruhku pindah tempat duduk lagi. Kini aku duduk diantara Myungsoo dan
Kyuhyun lagi. Ku lihat Kyuhyun melanjutkan tidurnya, sedangkan Myungsoo mencari
sesuatu untuk menghangatkan tubuhnya. Ku akui AC dalam bus sangat dingin. Dan
Myungsoo tak mengenakan jaketnya. Dia duduk sambil melipat kakinya. Tanpa
banyak bicara lagi, aku menyandarkan kepalaku pada bahunya. Sedangkan tanganku
memegang kakinya untuk menghangatkannya. Tak seberapa lama, bus berhenti. Pihak
travel membangunkan kami karena kami sudah tiba di hotel. Aku turun dari bus
lalu mengambil makan malamku. Aku makan bersama sahabatku. Setelah makan, kami
berkumpul untuk pembagian kamar hotel. Kami dibagi menjadi 3 kelompok hotel
yang berbeda karena terbatasnya kamar di hotel tersebut. Saat pembagian
kelompok itu, lagi-lagi aku berada pada hotel yang sama dengan Myungsoo.
Meskipun berbeda kamar hotel. Kali ini aku sekamar dengan Eun Hye. Saat
perjalanan menuju hotel, aku memilih untuk duduk bersama So Ra. Akhirnya aku
tiba di depan kamar hotelku. Aku masuk ke kamar bersama Eun Hye. Kami pun tidur
di ranjang yang terpisah. Sebelum tidur, aku mengenang semua moment hari ini.
Aku tak kan melupakan pelukanmu dan sentuhan tanganmu, Myungsoo-ya. Malam ini
kau bersikap hangat padaku. Semoga mimpi indah. Saranghae Myungsoo-ya.
Pada tanggal 16 Mei 2015 tepat pukul 05.00 a.m. Aku terbangun
dari tidurku. Aku mengemasi barangku karena kami harus berpindah hotel lagi
sesuai dengan lokasi praktikum kali ini. Kali ini aku memutuskan untuk duduk
bersama So Ra di dalam bus. Setibanya di lokasi praktikum, aku bersama Jonghyun
melaksanakan tugas kami. Tiba-tiba ponselku bergetar. Aku membaca pesan yang
masuk. Pesan itu menyuruh kami untuk kembali ke bus. Aku menaiki bus lalu duduk
disamping So Ra. Keningku mengernyit karena hingga kini bus tak melaju juga.
Tiba-tiba Min Ho bicara padaku. Min Ho memintaku untuk bertukar tempat duduk
karena dia ingin duduk dekat kekasihnya, Song Hye Kyo. Min Ho juga mengatakan
bahwa asal tempat duduknya disamping Myungsoo. Aku pun menyetujuinya. Ku lihat
Kyuhyun menghitung anggota praktikum yang ada di dalam bus. Detik berikutnya,
Kyuhyun mengatakan Myungsoo belum kembali. Kyuhyun dan Jae Joong menyuruhku
untuk menelepon Myungsoo secara bersamaan. Aku mengajukan protes pada mereka. Mengapa
harus aku? Namun, mereka menjawab karena kau yang dekat dengannya. Akhirnya aku
meneleponnya. Aku menyuruhnya bergegas kembali ke bus karena bus akan melaju
menuju lokasi berikutnya. Tak lama aku mematikan panggilan teleponku, Myungsoo
datang lalu duduk di kursi miliknya. Min Ho pun menyuruhku untuk bertukar
tempat duduk. Dengan senang hati aku mengikuti keinginan Min Ho. Sepanjang
perjalanan, Myungsoo terdiam dan selalu memalingkan wajahnya ke arah luar kaca
bus. Aku memutuskan untuk berbincang dengan Taemin karena kebetulan Taemin
berada disampingku. Entah berapa lama aku berbincang dengan Taemin. Ku
sempatkan menoleh ke arah Myungsoo. Ku lihat Myungsoo sedang tidur. Aku pun
melanjutkan perbincanganku dengan Taemin. Ku lihat Jae Joong tidur dengan bersandarkan
pada kaca bus. Aku menatap miris padanya. Aku menyuruhnya memakai jaketku untuk
dijadikan bantal olehnya. Namun, dia menolaknya. Dia malah menyuruhku untuk
memperhatikan Myungsoo. Mataku melirik ke arah Myungsoo. Menurutku Myungsoo
baik-baik saja lalu apa yang harus ku perhatikan? Tiba-tiba Hyeyeon bicara
padaku.
“ Aku baru menyadari disini ada dirimu, Ji Won-ya. Dan kau
duduk disamping Myungsoo. Ah, aku ingin meminta maaf padamu. Kemarin aku tidur
bersandarkan pada bahu Myungsoo saat praktikum. Karena aku sangat lelah. Aku
harap kau memakluminya. Aku takut kau akan marah. Seharusnya aku meminta ijin terlebih
dahulu padamu.”
Aku menanggapi Hyeyeon dengan tersenyum. Aku bertanya-tanya
dalam benakku. Mengapa Hyeyeon bicara seperti itu? Apakah dia menganggapku dan
Myungsoo pacaran kembali? Apakah semua itu karena kedekatanku dengan Myungsoo?
Ah, aku tidak ingin memikirkannya. Aku mulai mengantuk. Aku memutuskan untuk
tidur. Tapi, Taemin selalu mengajakku bicara. Akhirnya aku memintanya untuk
berhenti karena aku benar-benar mengantuk. Aku pun bersandar pada bahu
Myungsoo. Ku akui bahwa aku memanfaatkan moment ini agar bisa bersama Myungsoo.
Aku tak ingin menjadi wanita munafik yang tak mengakuinya. Entah mengapa aku
ingin memindahkan kepalaku ke bahu Taemin. Aku ingin terlihat murni sedang
tidur. Padahal aku tak bisa tidur saat itu. Tanpa membuka mataku, aku
memindahkan kepalaku ke bahu Taemin. Bahu Taemin begitu nyaman bagiku. Akhirnya
aku tertidur di bahu Taemin. Tiba-tiba bus berhenti. Aku membuka mataku lalu
memperbaiki posisi dudukku. Kepalaku menoleh ke arah Myungsoo. Ku lihat dia
sudah bangun. Aku menjadi gelisah saat itu. Apakah Myungsoo melihatku tidur
bersandarkan pada bahu Taemin? Bodoh. Seharusnya aku tidak memikirkan cara agar
aku tidur dengan nyaman. Seharusnya aku tidur bersandarkan pada bahu Myungsoo.
Tapi, apa peduliku? Myungsoo terlihat tidak mempermasalahkannya. Saat bus
berhenti, kami beristirahat disana. Aku keluar dari bus untuk menikmati udara
segar bersama So Ra. Selama 15 menit berada di luar, aku memutuskan untuk naik
ke bus. Ku lihat Myungsoo masih duduk di kursinya. Aku pun duduk disampingnya
lalu minum. Aku menawarinya minum. Namun, dia menolaknya. Tiba-tiba Eunhyuk
muncul lalu mengajak Myungsoo untuk turun dari bus. Detik itu juga, dia turun
dari bus. Aku memainkan ponselku karena merasa bosan bukan main. Ku lihat semua
anggota masuk ke bus. Aku menawari Myungsoo. Apakah dia ingin duduk di kursi
miliknya atau milikku? Dia menjawab ingin duduk di kursi milikku saja. Akhirnya
aku duduk di kursi miliknya. Padahal aku ingin bicara dengan Taemin saat itu.
Duduk bersamanya saling diam itu benar-benar membuatku canggung. Aku menolehkan
kepalaku ke arah luar kaca bus sambil menikmati pemandangan di luar. Tiba-tiba
dia pindah duduk. Dia duduk disamping So Ra. Hal itu membuatku tercengang bukan
main. Namun, aku tak mempermasalahkan hal itu. Akhirnya aku bisa leluasa untuk
tidur. Aku pun berbaring diantara kursi milikku dengan kursi miliknya. Aku
merasa tidurku kali ini terasa nyenyak bukan main. Sepertinya yang ada dalam
otakku saat praktikum adalah cara bagaimana aku tidur dengan nyenyak. Karena
tidur adalah aktivitas favoritku disaat bepergian jauh. Ku akui bahwa aku tak
bisa menaiki bus atau mobil selama perjalanan jauh karena perutku terasa sangat
mual yang mengakibatkan muntah. Entah berapa lama aku tertidur, aku merasa bus
tiba-tiba berhenti. Apakah sudah tiba di lokasi tujuan? Aku masih memejamkan
mataku. Jujur, aku masih mengantuk saat itu. Taemin menepuk pelan tanganku
untuk membangunkanku. Detik itu juga, aku mengerjapkan mataku beberapa kali
lalu merapikan pakaianku. Aku mengambil beberapa barangku untuk tugas kali ini.
Tanpa banyak bicara, aku bergegas turun dari bus. Ku lihat Taeyeon menungguku,
aku bergegas menghampirinya. Kita mempelajari tugas berikutnya bersama-sama
sambil menunggu Jonghyun. Karena bus yang dinaiki Jonghyun belum datang. Kami
memutuskan untuk foto bersama disana sambil menunggu Jonghyun. Saat sedang
berfoto, ku lihat Joong Ki dan Myungsoo berjalan ke arah kami.
“ Apakah kau tidak ingin foto bersama Myungsoo, Ji Won-ya?”
Goda Joong Ki.
“ Shirreo.” Tolakku.
Saat menolaknya, ku lihat Myungsoo merangkul Joong Ki sambil
tersenyum. Senyum yang tak pernah dia tunjukan padaku lagi setelah hubungan
kami berakhir. Jujur, aku ingin sekali mengajaknya foto bersama. Namun, aku
takut dia akan menolaknya. Aku takut sikap acuhnya mempermalukanku didepan
Joong Ki dan Taeyeon. Aku tak ingin semua itu terjadi. Detik itu juga, aku
merasa sedih. Bahkan aku tidak memiliki keinginan untuk foto lagi. Aku bergegas
pergi dari tempat itu karena Myungsoo bersama temannya sedang berkumpul dekat
dengan tempatku berfoto dengan Taeyeon. Bus yang dinaiki oleh Jonghyun datang.
Aku bersama Jonghyun melaksanakan tugas kami kembali. Akhirnya tugas di lokasi
itu telah selesai. Aku menaiki bus. Ku lihat Myungsoo telah duduk di kursi
miliknya kembali. Aku pun duduk disampingnya. Aku mulai memberanikan diri
bertanya padanya. Namun, nadaku setengah berbisik karena Yerim dan Hye Kyo
duduk di depan kami. Aku tak ingin mereka mendengar pembicaraan kami.
“ Apa maksudmu menyuruhku untuk mengenakan gelang ini?”
“ Tidak ada maksud apapun.”
“ Arra. Geunde, apakah kau memberikan gelang ini padaku?
Ataukah hanya meminjamkannya?”
“ Hanya meminjamkannya.”
“ Araseo. Kapan aku harus mengembalikannya?”
“ Kapan-kapan saja.”
“ Araseo. Geunde, dimana minumanku? Aku tak sabar ingin
meminumnya.”
“ Ada di tas milikku. Sebaiknya kau jangan minum disini. Aku
akan memberikannya padamu nanti.”
Saat mendengar jawabannya yang begitu singkat, padat, dan
jelas membuat hatiku kecewa. Mengapa dia terdengar acuh seperti itu? Lalu apa
maksud dia menyuruh Cho Ah untuk mengenakan gelang ini padaku? Apa maksud dia
menyuruh Cho Ah memeriksa kondisi kakiku terlihat pucat atau tidak? Aku benar-benar
tak mengerti denganmu, Myungsoo-ya. Setelah itu, kami terdiam seribu bahasa.
Aku mulai bicara saat Taemin mengajakku bicara. Lagi-lagi Jae Joong mengataiku.
“ Kau benar-benar aneh, Ji Won-ya. Kau duduk disamping
Myungsoo, geunde kau malah bicara dengan Taemin. Seharusnya kau bicara dengan
Myungsoo, bukan Taemin.”
“ Apakah kau tidak lihat, Jae Joong? Myungsoo sedang tidur.
Lalu apa salahnya aku bicara dengan Taemin? Lagipula pembicaraan kami sungguh
menarik. Ah, apakah kau tertarik dengan pembicaraan kami?”
“ Ani. Lanjutkan saja pembicaraanmu dengan Taemin.”
Aku melanjutkan pembicaraanku dengan Taemin. Saat Jae Joong
bicara seperti itu, aku merasa tak nyaman duduk disamping Myungsoo. Semenjak
hari ini aku duduk dengannya, dia tak bicara padaku. Bahkan aku yang memulai
pembicaraan terlebih dahulu dengannya. Setiap pertanyaan yang ku lontarkan, dia
pasti menjawabnya dengan singkat. Saat itu, aku menjadi malas bicara dengannya.
Tepat pukul 7.00 pm, akhirnya kami tiba di hotel. Kali ini aku sekamar dengan Eun
Hye dan Ji Min. Sebelum turun dari bus, aku meminta minuman yang ku titipkan
padanya. Dia memberikan minuman itu padaku. Saat aku hendak membayar, dia
mengatakan tidak perlu. Aku pun berterima kasih padanya sambil tersenyum senang
lalu memasukan minuman itu pada tas milikku. Aku turun dari bus terlebih
dahulu. Setibanya di kamar, aku hanya sedikit makan karena aku tidak menyukai
menu makanannya. Setelah itu, aku meneguk minuman itu tepat dihadapan Eun Hye
dan Ji Min. Aku tak perlu mengkhawatirkan mereka karena mereka telah mengetahui
kebiasaanku ini. Mereka mengajakku keluar kamar untuk briefing. Namun, aku menolaknya karena kepalaku terasa pusing dan
aku sangat mengantuk. Aku pun memutuskan untuk tidur saja. Bagiku kisahku
bersama Myungsoo hari ini sedikit mengecewakan. Kisahku tidak seromantis pada
tanggal 14 Mei 2015. Namun, melihatnya tersenyum untuk pertama kalinya setelah
hubungan kami berakhir membuat jantungku berdegup dengan kencangnya. Meskipun
aku tak tahu. Apakah senyum itu untukku atau bukan?
Pada tanggal 17 Mei 2015 tepat pukul 00.30 a.m. Aku terbangun
dari tidurku. Ku lihat Eun Hye dan Ji Min tidur. Aku memainkan ponselku. Detik
itu juga, aku melihat banyak pesan dari Jonghyun. Jonghyun menyuruhku untuk
mengerjakan tugas bersama. Aku pun bergegas membalas pesannya. Namun, dia tak
membalasnya. Aku pun membaca pesannya kembali. Ternyata pesannya dikirim pada
tanggal 16 Mei 2015 tepat pukul 10.00 p.m. Aku baru menyadari pesan itu ada
saat aku sedang tidur. Tubuhku berbaring lagi di ranjang. Mataku terpejam
kembali. Aku harus tidur kembali. Namun, usahaku gagal. Aku tak bisa tidur
lagi. Entah keberanian darimana aku mengirim pesan pada Myungsoo.
“ Apakah kau sudah tidur?”
“ Ani. Wae?”
“ Bisakah kau menemaniku? Aku tak bisa tidur?”
“ Oedigga?”
“ Aku di depan kamarku No. 26.”
“ Araseo. Chankaman! Aku sedang bersama temanku.”
Aku menunggunya di teras kamarku. Namun, dia tidak
muncul-muncul. Aku melihat jam pada ponselku. Kini telah menunjukan pukul 01.00
a.m. Aku mendesah penuh gelisah. Mengapa kau lama sekali, Myungsoo-ya? Aku
menoleh ke sekelilingku berharap akan menemukannya. Namun, dia tak kunjung
datang. Aku mengambil ponselku untuk mengiriminya pesan lagi. Saat menggeser
layar ponselku, ku lihat panggilan tak terjawab darinya. Saat akan mengiriminya
pesan, dia sudah muncul di depanku. Dia mulai bicara padaku.
“ Apa yang ingin kau bicarakan denganku?”
“ Eobsseo. Aku menyuruhmu untuk menemaniku. Bukan ada hal
yang ingin ku bicarakan denganmu. Chankaman!”
Aku menarik tangannya agar lebih mendekat padaku. Detik itu
juga, aku baru menyadari tubuhnya bau alkohol. Dia bergegas melepaskan tanganku
lalu menutup mulutnya. Mataku menatapnya tak percaya.
“ Apakah kau sedang mabuk? Siapa yang mengajakmu mabuk?”
“ Tutuplah mulutmu! Bagaimana jika ada yang mendengarnya?”
“ Geunde, jawab pertanyaanku! Siapa yang mengajakmu mabuk?”
“ Aku tidak ditemani siapapun.”
“ Gojitmal.”
Dia masih berdiri sambil menghampiriku. Aku menyuruhnya untuk
membawa kursi diseberangku agar dia bisa duduk disampingku. Namun, dia memilih
duduk di lantai. Sedangkan aku duduk di kursi. Aku menundukan kepalaku agar
bisa menatap wajahnya. Ku lihat tatapan matanya mengarah pada dadaku. Detik itu
juga, aku baru menyadari bahwa aku hanya memakai tank top dilapisi dengan jaket. Namun, aku tidak meresletingkan
jaketku sehingga tank top yang ku
kenakan terlihat. Tangannya menarik kerah tank
top milikku. Mataku terbelalak bukan main. Bagaimana kalau ada yang
melihatnya? Dia mulai bicara yang aneh-aneh layaknya orang mabuk.
“ Aku kira kau tak mengenakan bra. Mengapa kau mengenakan
pakaian terbuka seperti ini?”
“ Penampilanku memang seperti ini saat tidur.”
“ Geunde, itu terlalu terbuka.”
“ Mengapa kau jadi mempermasalahkan pakaianku?”
Detik itu juga, aku meresletingkan jaketku hingga leherku.
Agar dia tak mengomeli penampilanku lagi. Dia menyuruhku untuk masuk ke kamar.
Namun, aku menolaknya karena aku belum mengantuk. Dia mengatakan bahwa dia
sangat mengantuk. Akhirnya dia meninggalkanku sendirian. Mataku terus
memperhatikan kepergiannya. Dia jalan sempoyongan. Ingin aku membantunya
berjalan. Namun, ku urungkan niatku itu. Aku menjadi sangat malas melihatnya
setelah dia mengomeli penampilanku tadi. Mataku menatap langit yang begitu
gelap. Tak ada satu pun bintang yang ku lihat. Tiba-tiba ponselku bergetar hebatnya.
Dia meneleponku. Aku mengernyitkan keningku tak mengerti. Ada apa ini? Mengapa
dia meneleponku? Saat aku hendak menjawabnya, ku lihat dia keluar dari kamarnya
sambil memakai selimut. Dia berjalan ke arahku lagi lalu duduk di lantai
depanku lagi. Aku bertanya-tanya dalam benakku. Apakah sikap konyol orang mabuk
seperti dirinya saat ini? Ini bukanlah pertama kalinya aku melihat tingkah laku
anehnya saat mabuk. Tapi ini pertama kalinya aku melihat dia mabuk di lokasi
praktikum. Aku memeluk lehernya dari arah belakang. Kepalaku bersandarkan pada
bahu belakangnya. Hidungku mencium aroma maskulin tubuhnya. Dia terus mengomeli
penampilanku. Namun, aku mengabaikannya. Merasa diabaikan, dia melepaskan
pelukanku. Dia menyuruhku untuk bergegas tidur. Namun, aku menolaknya lagi. Aku
pun bertanya padanya.
“ Mengapa kau kembali kesini?”
“ Molla.”
“ Jika kau terus marah seperti ini, sebaiknya kau kembali ke
kamarmu lalu tidur. Aku masih ingin disini.”
Aku merasa kesal bukan main padanya. Selama ini aku selalu
berimajinasi melakukan hal yang romantis bersamanya. Aku ingin dia memelukku,
menghangatkan tubuhku, membisikan kata romantis. Namun, dia merusak segalanya. Semua
itu hanya tinggal angan saja. Aku tak tahan menghadapi orang mabuk. Aku pun
mengusirnya secara halus. Dia beranjak dari duduknya. Dia mengeratkan
selimutnya. Tanpa sepatah kata dia pergi meninggalkanku lagi. Mataku menatap
sendu kepergiannya kali ini. Aku berharap dia kembali lagi lalu memintaku untuk
mengijinkannya menemaniku. Namun nihil selama 15 menit aku menunggunya, dia tak
kembali lagi. Ku lihat jam pada ponselku telah menunjukan pukul 02.30 a.m. Aku
pun masuk ke kamarku. Baru beberapa menit aku berbaring di ranjang, tiba-tiba
ada suara yang mengetuk pintu kamarku. Apakah itu Myungsoo? Apakah Myungsoo
kembali lagi? Aku bergegas beranjak dari ranjang sambil tersenyum. Aku
mengintip melalui jendela kamar. Namun, tak ada siapa pun di depan kamarku.
Tanganku terulur untuk membuka pintu kamar. Namun, aku mengurungkan niatku.
Tiba-tiba terlintas bayangan hantu dalam benakku. Aku kembali ke ranjang lalu
menutup tubuhku dengan selimut. Aku berusaha tidur sambil memejamkan mataku.
Akhirnya aku pun tertidur. Tepat pukul 05.30 a.m, Ji Min membangunkanku. Dia
menyuruhku untuk mandi. Aku bergegas mandi karena aku sudah terlambat. Aku
mengemasi semua barangku dengan tergesa-gesa. Setelah itu, aku pergi sendirian
ke ruang makan. Aku pergi sendirian karena Ji Min dan Eun Hye telah
meninggalkanku. Pihak travel menyimpan koperku ke dalam bagasi bus. Aku duduk
bersama So Ra. Aku berbicara dengan So Ra sambil melihat akun media sosialku.
Saat bus akan melaju, tiba-tiba Jae Joong teriak.
“ Myungsoo belum ada di bus. Kursinya masih kosong. Bisakah
kau menghubungi Myungsoo, Ji Won-ya?” Titah Jae Joong padaku.
“ Naega. Mengapa aku harus menghubunginya? Mengapa tidak kau
saja?” Tanyaku.
“ Kalian berisik sekali. Myungsoo pindah bus. Dia pindah ke
bus 1.” Ujar Kyuhyun.
“ Kali ini kau harus menjanda, Ji Won-ya. Aku harap kau tidak
kesepian.” Ujar Jae Joong.
“ Kau benar, Jae Joong. Aku sangat kesepian. Geunde, bisakah
aku duduk disana? Lagipula aku ingin duduk dibelakang, nde.” Pintaku.
“ Shirreo. Lagipula disini tak ada Myungsoo.” Ujar Jae Joong.
“ Wae? Apakah jika aku ingin duduk dibelakang, maka disana
harus ada Myungsoo? Aku tak mempermasalahkan hal itu. Yang jelas aku ingin
duduk dibelakang.” Tanyaku.
“ Shirreo. Sebaiknya kau duduk di kursimu, Ji Won-ya. Taemin,
kau halangi tempat duduk itu agar Ji Won tidak duduk disini.” Titah Jae Joong
pada Taemin.
“ Pelit sekali.” Ujarku.
Ku lihat Taemin benar-benar menghalangi tempat duduk itu. Jae
Joong tersenyum puas sambil menatapku. Aku duduk kembali di kursiku sambil
cemburut. Ada hal yang mengganjal dalam pikiranku. Mengapa Myungsoo pindah bus?
Yang terlintas dalam pikiranku, mungkin dia kesepian berada di bus 3. Karena
semua temannya berada di bus 1. Tanganku mengambil ponselku. Detik itu juga,
aku menanyakan alasannya pindah bus. Namun, dia tak membalas pesanku. Mungkin
tak ada lagi kisahku bersama Myungsoo hari ini karena dia pindah bus.
Setidaknya dia telah menemaniku semalam sebelum dia pindah bus. Meskipun dia
dalam keadaan mabuk. Mengingat hal itu membuatku tersenyum-senyum sendiri.
Pada tanggal 19 Mei 2015 tepat pukul 2.00 p.m, kami berada di
bandara. Aku dan Myungsoo berbeda pesawat. Ku lihat dia sedang mengantri untuk
masuk ke pesawat. Aku mengiriminya pesan. Pesan yang berisikan agar dia
berhati-hati. Lagi-lagi dia tak membalas pesanku. Mataku melirik ke arahnya.
Ternyata dia sedang melihat ke arahku. Untuk sesaat kami saling menatap. Dia
menatap sendu padaku.
“ Semoga kau baik-baik saja, Myungsoo-ya. Sampai bertemu lagi
di Seoul. Neomu bogosipeo.” Pikirku sambil menatapnya.
Entahlah apa arti tatapannya kali ini. Aku takut hanya aku
disini yang merasakan hal itu, sementara dirinya tak merasakannya. Akhirnya aku
memalingkan wajahku lalu menundukan kepalaku. Aku tak sanggup menatapnya
terlalu lama. Aku mendengar suara pesawat terbang. Detik itu juga, aku
mengangkat kepalaku. Mataku menatap kepergian pesawatnya yang semakin jauh dari
pandanganku. 30 menit kemudian, giliran pesawatku akan berangkat. Aku bergegas
masuk ke pesawat. Setelah duduk di kursiku, aku langsung tidur begitu saja.
Entah berapa lama aku tidur, Shin Hye membangunkanku karena kita telah tiba di
Seoul. Aku keluar dari pesawat lalu mengambil koperku. Saat di pintu keluar,
mataku mencari sosok ayahku. Setelah menemukannya, kami pulang ke rumah.
Setibanya di rumah, aku berbaring di ranjang sambil menatap layar ponselku.
Apakah kau sudah tiba di Seoul? Ataukah kau masih dalam perjalanan? Aku harap
kau baik-baik saja. Neomu bogosipeo, Myungsoo-ya.
TBC
Bacalah
part sebelumnya dengan mengklik link dibawah ini!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar