Senin, 09 November 2015

[Special Edition Love is Feeling] Ji Won’s Diary Part 14

[Special Edition Love is Feeling] Ji Won’s Diary Part 14
Title                 : [Special Edition Love is Feeling] Ji Won’s Diary Part 14
Author             : Cavela
Length             : Series
Genre              : Romance and Sad
Main Cast        : Kim Myung Soo aka L Infinite and Kim Ji Won
Other Cast       : Cho Kyuhyun, Kim Yerim, Kim Ryeowook, Beige, Kim Heechul, Im Yoona,  Leeteuk aka Seongseonim Park, Hyuna, Gayoon, Yoo Seung Ho, Jung Yong Hwa, Lee Hyukjae aka Eunhyuk, Song Eunji, Han Ji Min, Kang In aka Seongseonim, Park Shi Ho, Hwang Jung Eum, Lee Da Hee, Lee Jun Ki, Song Hye Kyo, Han Ga In, Park Shin Hye, Yoon Eun Hye, Jessica Jung, Moon Chae Won, Kang So Ra, Goo Hye Sun, Lee Sunkyu aka Sunny, Lee Hong Ki, Shindong, Kim Bum, Kim Gyeong, Song Ye Jin, Park Si Yeon, Jung So Min, Kim Jae Joong, Seo In Guk, Kwon Yuri, Kim Sae Ron, Tuan Kim, Nyonya Kim, Micky Yoochun, Choi Sulli, Kim So Eun, Lee Joon, Tae Yang, Kim Haneul, Kang Min Hyuk, Kim Hyun Joong, Kim Tae Woo, Shin Min Ah, Han Hyo Joo, Lee Taemin, Victoria Song, Choi Minho, Wooyoung, Park Min Young, Jang Geun Suk, Song Jong Ki, Lee Jae Jin, Seulgi, member Infinite, member Super Junior, member Girls Generation, Lee Min Ho, Yoon Bora, Bae Suzy, Sung Si Kyung, Lee Jonghyun, Lee Sungmin, Cho Ah, Kim Woo Bin, Bang Minah, Kim Taeyeon, Park Hyo Shin, Lee Seung Gi, Choi Sooyoung, Kim Hyeyeon, Jung Il Woo



Preview

Pada tanggal 19 Mei 2015 tepat pukul 2.00 p.m, kami berada di bandara. Aku dan Myungsoo berbeda pesawat. Ku lihat dia sedang mengantri untuk masuk ke pesawat. Aku mengiriminya pesan. Pesan yang berisikan agar dia berhati-hati. Lagi-lagi dia tak membalas pesanku. Mataku melirik ke arahnya. Ternyata dia sedang melihat ke arahku. Untuk sesaat kami saling menatap. Dia menatap sendu padaku.
“ Semoga kau baik-baik saja, Myungsoo-ya. Sampai bertemu lagi di Seoul. Neomu bogosipeo.” Pikirku sambil menatapnya.


Entahlah apa arti tatapannya kali ini. Aku takut hanya aku disini yang merasakan hal itu, sementara dirinya tak merasakannya. Akhirnya aku memalingkan wajahku lalu menundukan kepalaku. Aku tak sanggup menatapnya terlalu lama. Aku mendengar suara pesawat terbang. Detik itu juga, aku mengangkat kepalaku. Mataku menatap kepergian pesawatnya yang semakin jauh dari pandanganku. 30 menit kemudian, giliran pesawatku akan berangkat. Aku bergegas masuk ke pesawat. Setelah duduk di kursiku, aku langsung tidur begitu saja. Entah berapa lama aku tidur, Shin Hye membangunkanku karena kita telah tiba di Seoul. Aku keluar dari pesawat lalu mengambil koperku. Saat di pintu keluar, mataku mencari sosok ayahku. Setelah menemukannya, kami pulang ke rumah. Setibanya di rumah, aku berbaring di ranjang sambil menatap layar ponselku. Apakah kau sudah tiba di Seoul? Ataukah kau masih dalam perjalanan? Aku harap kau baik-baik saja. Neomu bogosipeo, Myungsoo-ya.

Next

Pada tanggal 28 Mei 2015 tepat pukul 8.00 p.m, aku mengirim pesan pada Myungsoo. Aku mengajaknya untuk main bersama. Dia meresponku dengan baik. Bahkan menanyakan lokasi tujuan main padaku. Saat aku memberitahunya bahwa aku ingin main ke pulau Nami. Dia membalasku dengan perkataan yang sulit ku artikan.
“ Chankaman! Sebenarnya apa yang kau inginkan?” Tanyanya.
“ Bukankah sudah jelas jawabannya aku ingin main bersamamu, Myungsoo-ya.” Ujarku.

Setelah membalasnya, dia tak membalas pesanku lagi. Aku benar-benar tak mengerti dengannya. Diawal dia membalas pesanku. Bahkan responnya begitu baik. Lalu apa maksudnya dia bertanya begitu padaku? Baru kali ini dia bicara kasar padaku setelah hubungan kami berakhir. Tanpa sadar, air mataku mengalir begitu saja. Apakah aku melakukan kesalahan lagi kali ini, Myungsoo-ya? Akhirnya aku memutuskan untuk tidur sambil berusaha melupakan hal ini.

Pada tanggal 29 Mei 2015 tepat pukul 1.00 p.m, aku pergi ke apartemen Min Ah. Awalnya kami akan mengerjakan tugas bersama-sama. Namun, aku malah bercerita kejadian pada tanggal 28 Mei 2015 padanya. Aku menangis tersedu-sedu saat menceritakannya. Min Ah mendengarkan ceritaku sambil menenangkanku. Dia menyuruhku untuk mengirim pesan pada Myungsoo. Aku pun mengikuti perintahnya.
“ Jika aku mengganggumu, maka aku minta maaf padamu. Jika kau ingin menolak rencana mainku, maka aku mohon bicaralah baik-baik. Aku pasti akan mengerti. Apakah kau tahu, Myungsoo-ya? Aku merasa sakit hati ketika membaca pesanmu kemarin malam terutama perkataan kasarmu itu.”

Setelah mengirim pesan itu, aku menangis lagi. Tanpa terpikirkan olehku sebelumnya, dia membalas pesanku. Dia meminta maaf padaku. Dia mengakui bahwa dia salah mengirim pesan. Dia tak hanya mengirim pesan itu 1 kali, melainkan 3 kali. Aku tersenyum saat membaca pesan itu. Tanganku menghapus air mataku dari wajahku. Aku menunjukan pesan dari Myungsoo pada Min Ah. Ku lihat Min Ah tersenyum padaku. Setelah itu, aku tak membalas pesannya. Bahkan aku tak meneruskan rencana mainku bersamanya. Entah mengapa aku takut kami akan bertengkar lagi, jika aku masih meneruskan rencana main itu. Aku harap ini terakhir kalinya kau bersikap kasar padaku, Myungsoo-ya.

Pada tanggal 6 Juni 2015 tepat pukul 1.00 p.m, aku pergi ke kampus untuk mengerjakan tugas akhir. Aku mengerjakan tugas itu bersama Si Kyung dan Min Ah. Aku menatap kesal pada layar ponselku karena Seung Ho tak kunjung datang. Tanpa sengaja mataku melihat Myungsoo datang. Apakah dia akan mengerjakan tugasnya disini juga? Apa yang harus ku lakukan? Aku berusaha bersikap acuh seperti biasanya. Aku mengerjakan tugas itu semampuku. Ku dengar dia berpamitan pada teman-temannya. Detik itu juga, aku merasa lega bukan main. Mataku sempat melirik ke arahnya. Aku memegang tanganku. Mataku menatap gelangnya yang masih ku kenakan. Kapan aku bisa mengembalikan gelang ini padamu? Mengapa kau tak meminta gelang ini dariku, Myungsoo-ya?

Pada tanggal 8 Mei 2015 tepat pukul 8.00 a.m, aku pergi ke kampus karena harus mempresentasikan tugas akhirku. Selain itu, aku terpilih sebagai perwakilan dari kelompokku. Meskipun aku kurang tidur karena mengerjakan tugas itu. Aku membaca hasil laporanku itu halaman demi halaman. Tepat pukul 9.30 a.m, aku melihat Myungsoo baru datang. Aku tak menyangka dia berani sekali datang terlambat. Akhirnya aku memutuskan untuk tidur sebelum maju untuk presentasi. Tiba-tiba Eun Hye membangunkanku karena sudah giliranku untuk tampil. Dengan setengah sadar, aku maju lalu duduk di kursi yang telah disediakan. Aku duduk diantara Jae Joong dan Jonghyun. Mereka tiada hentinya mengajakku bicara. Padahal kondisiku sangat mengantuk saat itu. Kini giliranku tiba. Sebelum memulai presentasi, aku sempat mendengar seseorang memanggil nama Myungsoo. Orang itu bermaksud memberitahu Myungsoo bahwa aku akan bicara di depan. Aku menyadarkan pikiranku kembali. Detik itu juga, aku mulai presentasi hasil laporanku. Entah berapa lama aku bicara, akhirnya presentasi laporanku telah selesai. Aku bergegas mengerjakan tugasku yang lain karena harus dikumpulkan pada hari yang sama juga. Saat akan mengumpulkan tugasku, ku lihat Myungsoo bersama teman-temannya berada di depanku. Aku melewati mereka tanpa menyapa sedikit pun. Padahal saat melewati mereka, jantungku benar-benar berdegup dengan kencangnya. Aku sangat gugup saat itu. Setelah mengumpulkan tugas itu, aku bermaksud untuk mengembalikan gelang itu pada Myungsoo. Namun, aku tak menemukannya dimanapun. Akhirnya aku mengurungkan niatku untuk mengembalikan gelang itu.

Pada tanggal 17 Juni 2015 tepat pukul 6.00 p.m, aku bermain bersama Bora. Kami pergi kuliner untuk menikmati makanan yang belum pernah kami makan. Aku menceritakan kisahku bersama Myungsoo saat praktikum bulan Mei 2015 yang lalu padanya. Dia mendengarkan semua ceritaku. Bahkan menyuruhku untuk mengembalikan gelang itu. Aku mengatakan padanya bahwa aku telah mengirim pesan pada Myungsoo bermaksud untuk mengembalikan gelang itu padanya. Namun, Myungsoo hanya membaca pesanku saja tanpa membalasnya. Bora yang mendengarnya menjadi kesal bukan main pada Myungsoo. Detik itu juga, dia menyuruhku untuk pergi ke apartemen Myungsoo saja. Akhirnya aku memutuskan untuk mengikuti sarannya. Setibanya di depan apartemen Myungsoo, aku melihat motornya. Aku mengetuk pintu kamarnya beberapa kali. Namun, dia tak membuka pintunya. Aku mengintip melalui jendela. Aku dapat melihat laptopnya menyala, namun aku tak melihat Myungsoo dimanapun. Bora menyuruhku untuk mengaitkan gelang itu pada motor Myungsoo saja. Aku menganggukan kepalaku lalu mengaitkan gelang itu pada motornya. Setelah itu, kami pergi ke tempat kuliner selanjutnya. Aku pulang ke rumah tepat pukul 10.00 p.m. Aku mengirim pesan pada Myungsoo bahwa aku mengaitkan gelang itu pada motornya. Tak lupa aku mengucapkan terima kasih padanya. Selain itu, aku mengirim pesan pada Joong Ki juga. Joong Ki membalas pesanku dan mengatakan baiklah padaku. Aku sangat menyayangkan hari ini karena tidak bisa bertemu dengan Myungsoo. Padahal aku ingin melihat wajahnya. Aku hanya bisa berharap gelang itu tidak hilang. Neomu bogosipeo, Myungsoo-ya.

Pada tanggal 18 Juni 2015 tepat pukul 9.00 a.m, aku terbangun dari tidurku. Tanganku terulur mengambil ponselku. Berharap Myungsoo membalas pesanku. Namun nihil, dia tak membalas pesanku. Dia hanya membaca pesanku saja. Apa yang ada dalam pikiranmu sebenarnya, Myungsoo-ya? Apakah membalas pesanku begitu sulit  bagimu? Hatiku benar-benar dilanda rasa kecewa kali ini.

Pada tanggal 19 Juni 2015 tepat pukul 9.00 a.m, aku terbangun dari tidurku. Tanganku terulur mengambil ponselku. Ku lihat banyak pesan yang mengucapkan selamat ulang tahun padaku. Hari ini adalah hari ulang tahunku. Aku membaca pesan demi pesan itu. Tak lupa aku membalas pesan mereka. Tiap detik, tiap menit, tiap jam aku menatap ponselku berharap Myungsoo mengirim pesan padaku. Namun nihil hingga pukul 10.00 p.m, dia tak mengirimiku pesan. Aku pun memutuskan untuk mengirim pesan padanya. Aku masih menunggunya membalas pesan dariku. Tanganku menggeser layar ponselku. Ku lihat dia sudah membaca pesan dariku. Tapi, mengapa dia tak membalas pesanku? Padahal aku hanya ingin dia mengucapkan selamat ulang tahun padaku. Hanya itu saja yang ku inginkan. Apakah membalas pesanku begitu sulit bagimu? Aku tak menyangka kau akan mengacuhkanku seperti ini. Aku kecewa padamu, Myungsoo-ya.

Pada tanggal 30 Juni 2015 tepat pukul 7.00 a.m, aku pergi ke kampus. Karena hari ini adalah hari dimana mahasiswa/i diberangkatkan ke kota terpencil untuk melakukan pengabdian pada masyarakat. Aku bertemu dengan tempat kelompokku dari berbagai jurusan lain. Akhirnya aku memiliki teman baru. Kami mendengarkan sambutan demi sambutan yang ada. Tepat pukul 12.00 a.m, acara pemberangkatan itu selesai. Aku pergi ke gedung fakultasku bersama So Ra. Kami menunggu Ji Min karena kami akan main bersama. Aku menceritakan kisahku dengan Myungsoo akhir-akhir ini pada So Ra. Tanpa ku duga, So Ra mengatakan hal yang membuat hatiku sakit. So Ra mengatakan alasan Myungsoo pindah bus karena Myungsoo merasa muak dengan kehadiranku. So Ra mengetahui alasan itu dari Hye Kyo. Detik itu juga, aku menatap lurus pandangan di depanku dengan tatapan kosong. Apakah benar kau mengatakan semua itu pada Hye Kyo, Myungsoo-ya? Apakah benar kau merasa muak dengan kehadiranku? Mengapa kau tak mengatakannya langsung padaku? Mengapa kau mengatakannya pada Hye Kyo? Apakah kau tahu? Kau telah mempermalukanku, Myungsoo-ya. Akhirnya Ji Min datang. Kami pergi ke apartemen Ji Min bersama-sama. Setibanya di apartemen Ji Min, kami mengadakan pesta bersama. Tiba-tiba sebuah pesan muncul pada layar ponselku. Ternyata pesan itu dari Gyeong. Gyeong menanyakan keberadaanku. Aku pun memberitahu keberadaanku padanya. 15 menit kemudian, Gyeong datang. Aku menyuruhnya untuk bergabung makan. Aku menceritakan semua yang baru ku dengar dari So Ra pada Ji Min dan Gyeong. Ji Min pun membenarkan cerita itu karena dia ikut mendengarkannya juga. Tiba-tiba Gyeong bercerita padaku. Saat itu Tae Woo sedang bersama Gyeong dan mahasiswa lainnya di kampus. Tae Woo membicarakan rasa tidak sukanya padaku di depan mahasiswa lain.
“ Gyeong, bukankah kau adalah sahabat Ji Won? Sebaiknya kau mengurung Ji Won saja. Jangan biarkan dia keluyuran di apartemen Myungsoo. Apakah kau tahu? Hal itu sangat menggangguku. Apalagi saat dia sedang bertengkar dengan Myungsoo. Dia meminta bantuan padaku. Aku benar-benar terganggu oleh semua itu. Padahal dia baru 2 kali datang ke apartemen kami.”

Aku tersenyum miris mendengar perkataan Tae Woo itu. Apa salahku pada Tae Woo sebenarnya? Aku sudah mengikuti perintah Myungsoo untuk tidak mengganggu Tae Woo dan Joong Ki lagi. Lalu mengapa Tae Woo masih mempermasalahkannya? Padahal aku sudah lama tak bicara pada Tae Woo. Selain itu, aku selalu membawa makanan untuknya saat datang ke apartemen Myungsoo. Bahkan aku membeli oleh-oleh untuknya setelah aku dan Myungsoo pulang dari jalan-jalan kami. Aku benar-benar tak mengerti jalan pikiran Tae Woo. Hari ini benar-benar membuatku sedih. Aku mendengar 2 kabar yang membuat hatiku sakit. Apakah benar Myungsoo merasa muak padaku? Apakah Tae Woo membenciku juga? Sebenarnya apa yang sudah ku lakukan sebelumnya? Mengapa mereka membenciku sekarang? Padahal aku telah menganggap Tae Woo sebagai temanku. Terlebih lagi aku masih mencintai Myungsoo. Semua ini membuatku benar-benar tak mengerti.

Pada tanggal 5 Juli 2015 tepat pukul 5.00 p.m, aku bertemu dengan Shi Hye di café. Aku menceritakan semua yang terjadi tanggal 30 Juni 2015 padanya. Hal yang tak pernah ku duga pun terjadi. Dia mengatakan padaku bahwa Myungsoo pernah membicarakan hal yang sama saat di kapal dulu. Saat itu Shin Hye duduk di depan, sedangkan dibelakangnya ada Hyeyeon, Sooyoung, dan Seung Ho. Mereka menanyakan alasan Myungsoo pindah bus. Jawaban yang dilontarkan oleh Myungsoo pun sama. Jawaban bahwa Myungsoo merasa muak dengan kehadiranku. Setelah mendengar cerita dari Shin Hye membuatku tidak ingin makan lagi. Hatiku terasa sakit. Mataku tergenangi oleh air. Mulutku terbungkam dengan rapatnya. Dadaku terasa sesak bukan main. Aku menahan semuanya. Aku tak ingin menangis didepan Shin Hye. Aku tak ingin terlihat lemah di depannya. Mengapa kau tega mengatakan semua itu, Myungsoo-ya? Apa salahku? Apakah kau tak bisa mengatakan semua hal itu padaku saja? Mengapa aku harus mengetahui semuanya dari orang lain? Apa yang kau inginkan sebenarnya, Myungsoo-ya? Entahlah bagaimana perasaanku sekarang terhadapmu. Antara rasa sayang dan kecewa telah bercampur menjadi satu. Aku sendiri tak mengetahui perasaanku saat ini. Lagi-lagi aku harus menangis karenamu, Myungsoo-ya.

Pada tanggal 20 Agustus 2015 tepat pukul 2.00 p.m, hari ini adalah hari ulang tahun Myungsoo. Aku merasa ragu untuk memberikan ucapan selamat padanya. Tiba-tiba Seung Gi bertanya padaku. Mengapa aku terlihat murung? Padahal hari ini ada kegiatan pengabdian pada masyarakat sekitar. Aku menceritakan kisahku dengan Myungsoo padanya. Dari awal aku bertemu dengan Myungsoo, berpacaran dengan Myungsoo, hingga hubungan kami berakhir. Dia mendengarkan ceritaku dengan baik. Dia memberikan kesimpulan padaku.
“ Apakah kau tahu, Ji Won-ya? Apakah masih belum begitu jelas maksud semua ini? Dia masih sayang padamu. Dia bukanlah tipe namja yang banyak membual. Dia lebih menunjukan semuanya dengan tindakannya. Kau seharusnya tak mempermasalahkan semua ini. Mungkin banyak faktor yang membuatnya bersikap seperti itu. Jika dia tidak menyayangimu, maka seharusnya dia acuh saja ketika kau sedang sakit. Apakah kau tahu? Mengapa dia masih melajang? Padahal hubungan kalian telah berakhir 2 tahun yang lalu. Sebenarnya sangat mudah sekali seorang namja ingin mendapatkan yeojachingu. Apalagi dia sangat tampan, bahkan dia memiliki banyak modal selain ketampanannya. Kau harus menyelidiki alasan dia masih melajang. Jika aku berada diposisinya saat itu, maka aku merasa sangat sakit hati padamu. Kau telah memutuskannya secara sepihak. Kau benar-benar yeoja babo karena bisa terpengaruh dengan issue itu. Dia pernah gagal dalam hubungan pertamanya. Dia baru bisa membuka hatinya setelah 1,5 tahun atau 18 bulan. Kini dia masih melajang setelah hubunganmu berakhir dengannya selama 2 tahun. Apakah kau tak merasa ada yang janggal disini? Dia tak bisa dengan mudahnya membuka hatinya. Aku tahu kau sedang menyesali semuanya saat ini. Sebaiknya kau tenangkan dirimu, Ji Won-ya! Berikan dia waktu untuk sendiri! Mulai sekarang jalani hidup kalian masing-masing! Jika kalian memang ditakdirkan untuk bersama, maka aku yakin suatu saat nanti kalian akan dipertemukan kembali. Jika kau ingin mengucapkan selamat ulang tahun padanya, maka ucapkan saja padanya! Geunde, kau harus siap menanggung resikonya. Antara dia meresponmu dengan baik atau tidak. Yang dapat ku simpulkan dari ceritamu adalah dia masih sayang padamu, Ji Won-ya.”

Setelah mendengar penjelasan Seung Gi, entah mengapa hatiku menjadi tenang. Sedikit demi sedikit aku mengetahui apa yang ada dipikiran Myungsoo. Sedikit demi sedikit aku merasakan sakit yang dirasakannya saat itu. Aku benar-benar menyesali semuanya sekarang. Apa yang harus ku lakukan sekarang? Tepat pukul 8.00 p.m, aku memberanikan diri untuk mengirim pesan padanya. Dalam pesan itu aku mengucapkan selamat ulang tahun padanya. 5 menit kemudian, dia membalas pesanku. Dia mengucapkan terimakasih padaku dan menanyakan siapa aku. Ternyata aku lupa mengetik namaku saat itu karena aku baru saja membeli nomor ponsel yang baru. Aku pun membalas pesannya dengan menyebutkan namaku. Tak lupa aku menanyakan kabarnya selama ini. Jujur, hampir 4 bulan aku tak bertemu dengannya. Aku sangat merindukannya. Namun, dia tak membalas pesanku lagi. Apakah dia benar-benar merasa muak padaku? Apakah dia membenciku sekarang? Memikirkan hal itu membuatku menangis. Aku menangis dalam diam sambil mengenangnya.

Pada tanggal 12 September 2015 tepat pukul 10.00 p.m, aku memberanikan diri mengirim pesan pada Myungsoo. Aku benar-benar penasaran dengan semua itu. Apakah benar dia bicara pada Hye Kyo atas rasa muaknya padaku? Apakah benar dia membenciku? Aku ingin mengetahui alasan semua itu. 10 menit kemudian, dia membalas pesanku. Dia mengelak semua pertanyaanku. Mataku terbelalak tak percaya ketika membaca pesan darinya. Selama ini dia tak pernah mengelak tuduhanku. Ini adalah pertama kalinya dia mengelak. Saat kami bertengkar, dia tak pernah mengelaknya. Dia lebih memilih diam. Dia selalu melontarkan pertanyaan yang harus ku jawab sendiri.
“ Terserah padamu! Apakah kau mempercayai mereka atau mempercayaiku?”

Dia selalu mengatakan hal itu disaat kami bertengkar. Namun, kali ini berbeda. Dia mengelaknya dengan tegas. Detik itu juga, aku tersenyum. Setidaknya aku tahu bahwa dia tidak mengatakan hal itu. Mungkin ini adalah salah satu cara Yerim bersama teman-temannya untuk membuatku bertengkar dengan Myungsoo. Karena Hye Kyo termasuk salah satu teman Yerim. Aku harap kau tak membohongiku, Myungsoo-ya. Semenjak hubungan kita berakhir, aku telah memutuskan untuk mempercayaimu sepenuhnya. Aku tak kan dengan mudahnya terpengaruh orang lain lagi. Tapi kasus ini sangat berbeda. Hatiku terasa sangat sakit ketika mendengarnya. Jantungku seakan-akan berhenti berdetak ketika mendengar kau merasa muak padaku. Aku takut bahwa semua itu benar. Tapi setelah kau mengelaknya, aku semakin mempercayaimu. Hingga detik ini pun aku masih mencintaimu, Myungsoo-ya.

Pada tanggal 26 September 2015 tepat pukul 11.00 p.m, aku mengirim pesan pada Myungsoo.
“ Tak terasa hampir 5 bulan kita tak bertemu. Neomu bogosipeo, Myungsoo-ya. Seandainya aku masih Ji Won yang dulu, mungkin aku akan bergegas pergi ke apartemenmu. Geunde, aku tak bisa.”

15 menit kemudian, dia membalas pesanku. Dalam pesan itu dia mengirim gambar senyum padaku. Aku tersenyum saat membacanya. Setelah itu, aku memutuskan untuk tidur. Semoga kau mimpi indah. Saranghae, Myungsoo-ya.

Pada tanggal 10 Oktober 2015 tepat pukul 7.00 p.m, aku berangkat bersama Gyeong menuju lokasi OSPEK angkatan 2015 menggunakan motorku. Untuk mencapai lokasi tersebut, aku dan Gyeong terjatuh dari motor karena jalannya berbatu. Setibanya di lokasi, kami dibantu oleh senior. Entahlah aku tak tahu senior itu angkatan berapa. Setelah memarkirkan motorku, tiba-tiba ada sebuah motor yang menghalangiku. Mataku tak bisa melihat pemilik motor itu karena pancaran lampu motornya yang mengenai mataku. Tapi aku sangat mengenali motor itu. Modifikasi pada motor itu terasa tak asing bagiku.
“ Mengapa motor ini terasa tak asing bagiku? Mengapa aku merasa sangat mengenali motor ini?” Gumamku. Sedikit demi sedikit mataku menelusuri motor itu. Mataku terhenti saat melihat sang pemilik motor membuka kaca helm miliknya, sehingga aku dapat melihatnya dengan jelas. Mataku terbelalak tak percaya ketika melihat sosok wajah Myungsoo dibalik helm yang dikenakannya.
“ Bagaimana mungkin kau tak mengenalinya, Ji Won-ya? Motor itu milik Myungsoo. Ekhhmm…” Celetuk Gyeong.

Detik itu juga, aku bergegas menyingkir dari hadapan Myungsoo. Aku merasa malu bukan main saat itu. Aku dan Gyeong berjalan kaki menuju tenda angkatan kami yaitu 2012. Saat itu tenda sudah terisi penuh. Tak ada ruang yang tersedia untuk kami di tenda. Kami berkumpul di luar bersama anggota lainnya. Tiba-tiba terdengar suara pria yang begitu kerasnya. Tapi aku tak mengetahui siapa pemilik suara itu karena keadaan disana sangat gelap.
“ Apakah kalian tahu? Disini ada yang mengenakan jaket pasangan.”
“ Nugu?”
“ Apakah kalian tak sadar? Disini ada seorang namja dan yeoja yang memakai jaket berwarna merah.”

Detik itu juga, aku baru menyadari bahwa wanita yang mereka bicarakan adalah diriku. Tapi aku tak mengetahui apakah Myungsoo mengenakan jaket berwarna merah juga. Tiba-tiba sebuah cahaya dari ponsel menyinari salah satu diantara pria itu. Cahaya itu berhenti tepat di depan Myungsoo. Mataku terpaku saat melihat warna jaket yang dikenakan olehnya. Ternyata kami mengenakan jaket yang berwarna sama. Apakah ini hanyalah kebetulan saja? Ataukah kita memang sudah terikat satu sama lain? Tiba-tiba terdengar suara pria lagi.
“ Ji Won eodigga? Kita harus melihat jaketnya.” Teriak pria itu sambil mengarahkan cahaya itu pada tiap orang yang ada disana. Cahaya itu berhenti tepat di depanku. Mataku menatap mereka tak mengerti. “ Kalian sudah melihatnya, bukan? Warna jaket mereka sama.” Teriaknya lagi.
“ Jadi, apakah aku harus melepaskan jaket ini?” Tantang Myungsoo.
“ Nde. Lepaslah jaketmu!” Sorak para mahasiswa pria lainnya.

Mataku menatap nanar saat Myungsoo benar-benar melepaskan jaketnya. Apakah maksud dari semua ini, Myungsoo-ya. Aku menundukan kepalaku sambil menahan tangisku. Hatiku terasa sakit saat itu. Udara disana sangat dingin hingga menusuk tubuhku. Ku lihat Myungsoo membuat api unggun disana. Seandainya dia tak ada disana, mungkin aku sudah berlari lalu duduk di depan api unggun. Entah berapa lama aku bicara dengan Gyeong dan Shin Hye, tak sengaja mataku melirik ke arah api unggun. Aku tak menemukan keberadaannya disana. Bibirku tersenyum sambil mengajak Gyeong dan Shin Hye untuk pindah duduk di depan api unggun. Aku tiduran disamping Gyeong untuk menghangatkan tubuhku.
“ Ada apa denganmu, Ji Won-ya? Mengapa tidurmu tidak bisa diam?” Tanya Seung Ho.
“ Disini sangat dingin, Seung Ho-ya.” Ujarku.
“ Myungsoo, Ji Won kedinginan disini.” Teriak Seung Ho, sedangkan aku yang mendengarnya terkejut bukan main. Aku tak pernah mengira Seung Ho akan mengatakannya pada Myungsoo.
“ Aku tak peduli.” Ujar Myungsoo.

Aku baru menyadari kehadiran Myungsoo saat itu. Hatiku benar-benar sakit mendengar ucapannya. Apakah kau harus mengucapkan rasa tak pedulimu di depanku, Myungsoo-ya? Seharusnya aku tak mengikuti acara OSPEK ini agar tak mendengar ucapannya yang begitu menyakitkan. Detik itu juga, aku menangis dalam diam. Beruntung aku membelakangi Seung Ho dan Myungsoo saat itu, sehingga mereka tak menyadari bahwa aku sedang menangis. Aku berusaha untuk tidur dengan memejamkan mataku. Tapi udara disana benar-benar dingin. Aku tak sanggup menahan rasa dinginnya. Tiba-tiba Gyeong menepuk tubuhku dengan pelan. Aku sadar saat itu. Aku ingin sekali membuka mataku. Namun, aku tak bisa. Aku tak bisa mengendalikan tubuhku sendiri. Terdengar suara Gyeong yang mengkhawatirkanku dan mengatakan tubuhku kejang-kejang. Aku merasa tak heran lagi. Aku tahu penyakitku pasti kambuh lagi disaat aku kedinginan seperti ini. Ku dengar dia meminta Si Kyung untuk melepaskan jaketnya. Detik itu juga, aku merasa tubuhku hangat. Bukan hanya itu saja. Ku dengar dia meminta Myungsoo untuk menyalakan api unggun lagi agar aku tak kedinginan. Entahlah apa yang Myungsoo lakukan karena aku tak bisa melihatnya saat itu. Mataku benar-benar terpejam.
“ Aku menyuruhmu untuk menyalakan api unggun dengan menggunakan batang kayu. Bukan dengan membakar sampah.” Protes Gyeong disela batuknya.
“ Biar saja! Yang terpenting saat ini adalah api unggunnya menyala. Lagipula mencari batang kayu disini sangat sulit.” Ujar Myungsoo.

Aku tersenyum mendengar jawaban dari Myungsoo. Jadi, Myungsoo lah yang menyalakan api unggun kembali. Aku benar-benar merasa sangat hangat saat itu. Gomawo, Myungsoo-ya.
“ Aku tak menyangka Myungsoo semangat sekali untuk menghangatkan Ji Won. Pergilah, Il Woo! Biarkan Myungsoo melihat kondisi cinta pertamanya.” Goda Seung Ho.

Aku terkejut bukan main mendengar Seung Ho menggoda kami kembali. Seandainya aku bisa menggerakan tubuhku, mungkin aku sudah memukul kepalanya agar tak menggoda kami lagi. Namun, aku tak bisa melakukannya. Entah berapa lama mataku terpejam, akhirnya aku bisa membuka mataku. Aku menyuruh Gyeong untuk mengambilkan obatku. Aku pun meminum obatku. Akhirnya aku tertidur kembali. Namun, aku tak bisa tidur dengan nyenyak karena mereka bicara berisik sekali. Aku memutuskan untuk bangun lalu duduk di depan api unggun. Aku mengembalikan jaket itu pada Si Kyung. Semua orang yang ada disekitar api unggun saling bicara. Hanya aku dan Myungsoo saja yang terdiam. Aku menundukan kepalaku. Aku tak berani mengangkat kepalaku karena Myungsoo duduk diseberangku. Jika aku mengangkat kepalaku, maka aku akan bertatapan langsung dengannya. Tiba-tiba Seung Ho duduk disampingku sambil mengatakan bahwa dia sangat kedinginan. Aku pun menggeser tempat dudukku. Aku menyuruhnya untuk duduk disampingku agar dekat dengan api unggun. Saat itu kami duduk bersampingan, bahkan paha kaki kami saling bersentuhan. Namun, aku tak mempermasalahkannya karena saat itu benar-benar sangat dingin. Aku pun memilih untuk mencabut rumput lalu melemparkannya ke api unggun agar tetap menyala. Saat melempar rumput itu, ku lihat sebuah tangan melempar rumput juga. Mataku menatap pemilik tangan itu. Ternyata pemilik tangan itu adalah Myungsoo. Detik itu juga, aku menundukan kepalaku kembali lalu melemparkan rumput lagi. Tanpa sengaja mataku melihat ke arah kakinya. Ternyata dia menggunakan sandal pasangan yang kami beli sewaktu jalan-jalan di Pulau Jeju. Tiba-tiba api unggun padam. Aku tak mengerti. Mengapa api unggun bisa padam? Padahal aku dan Myungsoo selalu melempari rumput agar api unggunnya tak padam.
“ Sebaiknya kau mencari batang kayu lagi, Myungsoo-ya. Atau kau membakar sampah saja agar api unggunnya menyala lagi.” Titah Seung Ho.
“ Aku sedang malas.” Tolak Myungsoo.
“ Seandainya Ji Won masih kedinginan pasti Myungsoo akan mencari batang kayu atau membakar sampah lagi agar api unggun tetap menyala.” Ujar Si Kyung.

Setelah mendengar pembicaraan singkat itu, aku mengangkat kepalaku. Mataku menatap Myungsoo sambil bertanya-tanya dalam benakku. Apakah semua itu benar? Hal yang tak ku duga sebelumnya terjadi. Dia bergegas berdiri lalu masuk ke tenda tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Mataku menatap nanar kepergiannya. Sebenci itukah kau padaku, Myungsoo-ya? Kini api unggun itu benar-benar padam. Aku mengantarkan Gyeong dan Shin Hye ke kamar mandi. Kami mengantri disana.
“ Ada apa denganmu, Ji Won-ya? Apakah kau tahu? Aku sangat mengkhawatirkanmu saat kau kejang-kejang seperti tadi. Aku tak bisa tidur karena kau kejang-kejang disampingku.” Tanya Gyeong.
“ Ji Won yang kedinginan, geunde Myungsoo yang sibuk mencari batang kayu untuk menyalakan api unggun hingga sampah pun dibakar olehnya. Aku menjadi batuk saat menghirup udaranya.” Ujar Shin Hye.
“ Apakah semua itu benar? Aku sangat terharu.” Ujarku sambil tersenyum.
“ Jangan terlalu percaya diri, Ji Won-ya! Mungkin saja Myungsoo kedinginan saat itu, makanya dia sibuk sendiri untuk menyalakan api unggun.” Ujar Gyeong.

Apa yang dikatakan oleh Gyeong ada benarnya juga. Aku jangan terlalu percaya diri. Mungkin saja Myungsoo melakukan semua itu karena rasa manusiawinya. Bagaimana perasaanmu terhadapku sebenarnya, Myungsoo-ya? Aku harus mendeskripsikan apa tentang perasaanmu terhadapku.



TBC

Bacalah part sebelumnya dengan mengklik link dibawah ini!


Tidak ada komentar: