[Special
Edition Love is Feeling] Ji Won’s Diary Part 15 END
Title : [Special Edition Love is
Feeling] Ji Won’s Diary Part 15 END
Author : Cavela
Length : Series
Genre : Sad
Main
Cast : Kim Myung Soo aka L Infinite
and Kim Ji Won
Other Cast : Cho Kyuhyun, Kim Yerim, Kim Ryeowook, Beige, Kim Heechul, Im
Yoona, Leeteuk aka Seongseonim Park,
Hyuna, Gayoon, Yoo Seung Ho, Jung Yong Hwa, Lee Hyukjae aka Eunhyuk, Song
Eunji, Han Ji Min, Kang In aka Seongseonim, Park Shi Ho, Hwang Jung Eum, Lee Da
Hee, Lee Jun Ki, Song Hye Kyo, Han Ga In, Park Shin Hye, Yoon Eun Hye, Jessica
Jung, Moon Chae Won, Kang So Ra, Goo Hye Sun, Lee Sunkyu aka Sunny, Lee Hong
Ki, Shindong, Kim Bum, Kim Gyeong, Song Ye Jin, Park Si Yeon, Jung So Min, Kim Jae Joong, Seo In Guk,
Kwon Yuri, Kim Sae Ron, Tuan Kim, Nyonya Kim, Micky Yoochun, Choi Sulli, Kim So
Eun, Lee Joon, Tae Yang, Kim Haneul, Kang Min Hyuk, Kim Hyun Joong, Kim Tae
Woo, Shin Min Ah, Han Hyo Joo, Lee Taemin, Victoria Song, Choi Minho, Wooyoung,
Park Min Young, Jang Geun Suk, Song Jong Ki, Lee Jae Jin, Seulgi, member
Infinite, member Super Junior, member Girls Generation, Lee Min Ho, Yoon Bora,
Bae Suzy, Sung Si Kyung, Lee Jonghyun, Lee Sungmin, Cho Ah, Kim Woo Bin, Bang
Minah, Kim Taeyeon, Park Hyo Shin, Lee Seung Gi, Choi Sooyoung, Kim Hyeyeon,
Jung Il Woo, Ji Sung
Preview
Pada tanggal 10 Oktober 2015 tepat pukul 7.00 p.m, aku
berangkat bersama Gyeong menuju lokasi OSPEK angkatan 2015 menggunakan motorku.
Untuk mencapai lokasi tersebut, aku dan Gyeong terjatuh dari motor karena
jalannya berbatu. Setibanya di lokasi, kami dibantu oleh senior. Entahlah aku
tak tahu senior itu angkatan berapa. Setelah memarkirkan motorku, tiba-tiba ada
sebuah motor yang menghalangiku. Mataku tak bisa melihat pemilik motor itu
karena pancaran lampu motornya yang mengenai mataku. Tapi aku sangat mengenali
motor itu. Modifikasi pada motor itu terasa tak asing bagiku……………………………………………………………..................................................
Setelah mendengar pembicaraan singkat itu, aku mengangkat
kepalaku. Mataku menatap Myungsoo sambil bertanya-tanya dalam benakku. Apakah
semua itu benar? Hal yang tak ku duga sebelumnya terjadi. Dia bergegas berdiri lalu
masuk ke tenda tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Mataku menatap nanar
kepergiannya. Sebenci itukah kau padaku, Myungsoo-ya? Kini api unggun itu
benar-benar padam. Aku mengantarkan Gyeong dan Shin Hye ke kamar mandi. Kami
mengantri disana.
“ Ada apa denganmu, Ji Won-ya? Apakah kau tahu? Aku sangat
mengkhawatirkanmu saat kau kejang-kejang seperti tadi. Aku tak bisa tidur
karena kau kejang-kejang disampingku.” Tanya Gyeong.
“ Ji Won yang kedinginan, geunde Myungsoo yang sibuk mencari
batang kayu untuk menyalakan api unggun hingga sampah pun dibakar olehnya. Aku
menjadi batuk saat menghirup udaranya.” Ujar Shin Hye.
“ Apakah semua itu benar? Aku sangat terharu.” Ujarku sambil
tersenyum.
“ Jangan terlalu percaya diri, Ji Won-ya! Mungkin saja
Myungsoo kedinginan saat itu, makanya dia sibuk sendiri untuk menyalakan api
unggun.” Ujar Gyeong.
Apa yang dikatakan oleh Gyeong ada benarnya juga. Aku jangan
terlalu percaya diri. Mungkin saja Myungsoo melakukan semua itu karena rasa
manusiawinya. Bagaimana perasaanmu terhadapku sebenarnya, Myungsoo-ya? Aku
harus mendeskripsikan apa tentang perasaanmu terhadapku.
Next
Pada tanggal 11 Oktober 2015 tepat pukul 5.00 a.m, aku
terbangun dari tidurku. Ku lihat Geun Suk sedang memasak air. Detik itu juga,
perutku bersenandung dengan merdunya. Aku bergegas menghampirinya sambil
membawa mie instan. Aku berencana untuk meminta air panasnya. Saat memintanya,
dia mengatakan bahwa airnya telah habis. Aku melangkahkan kakiku dengan
lemasnya. Tiba-tiba Geun Suk menyuruhku untuk mengambil tempat minum yang ada
diatas rumput. Aku bertanya padanya. Siapa pemilik air minum ini? Dia menjawab
bahwa Myungsoo lah pemiliknya. Tanpa banyak bicara lagi, aku menuangkan air itu
lalu memasaknya agar air minum itu menjadi panas. Aku menyimpan tempat minum
itu diatas rumput kembali. Aku menikmati mie instan yang ku buat dengan
sedapnya. Ku lihat Kyuhyun mengambil tempat minum itu lalu menanyakan siapa
pemiliknya pada orang yang ada disana. Namun, aku berpura-pura tak
mendengarnya. Saat itu aku sedang bicara dengan Suzy. Suzy berada dibelakangku.
Saat kepalaku menoleh ke arah Suzy, tanpa sengaja mataku melirik ke arah
Myungsoo. Entah hanya perasaanku saja atau aku yang terlalu percaya diri. Ku
lihat dia sedang bicara dengan temannya, namun tatapan matanya melihat ke
arahku. Karena saat itu dia duduk diseberangku. Jarak duduk kami cukup jauh.
Tepat pukul 10.00 a.m, aku mengemasi barangku untuk pulang. Aku berjalan menuju
parkiran motor. Ku lihat dia sedang memanaskan motornya. Karena motornya berada
tepat di depan motorku. Aku membuka kunci ganda motorku sambil menunggu Gyeong.
Saat akan menyimpan kunci itu, dia memanaskan motornya dengan suara yang sangat
keras. Telingaku sangat sakit mendengarnya. Tanpa sadar, aku menatap tajam
padanya.
“ Berisik.” Ujarku.
Setelah mengatakan itu, kami saling menatap. Entahlah apa
arti tatapannya kali ini. Kami saling menatap dalam diam. Akhirnya aku tersadar
lalu memalingkan wajahku. Dia bicara dan berpamitan pada Tae Woo. Lalu dia
melajukan motornya pergi begitu saja tanpa berpamitan padaku. Padahal aku
berada diantara mereka. Tak lama kemudian, Gyeong datang. Tanpa pamitan pada
Tae Woo dan Joong Ki, aku melajukan motorku begitu saja. Semenjak berada
disana, Tae Woo dan Joong Ki tak pernah mengajakku bicara. Aku pun menjadi
sangat malas untuk menyapa mereka. Yang membuatku bertanya-tanya adalah
perubahan sikap Myungsoo padaku. Apa yang ingin kau tunjukan padaku sebenarnya,
Myungsoo-ya? Jangan membuat teka-teki seperti ini! Karena aku tak bisa
menjawabnya dengan mudah. Teka-teki yang kau buat terlalu sulit untukku.
Pada tanggal 17 Oktober 2015 tepat pukul 11.00 p.m, aku
mengirim pesan pada Myungsoo. Aku ingin mengajaknya untuk bertemu. Pesanku
berisikan bahwa ada hal yang ingin ku bicarakan dengannya. Aku ingin menanyakan
sesuatu padanya. Aku ingin mendengar jawabannya secara langsung. Aku tak ingin
mengirimi banyak pesan padanya. Aku ingin melihat wajahnya saat menjawab
pertanyaanku itu. Aku ingin mengetahui apakah dia berbohong atau tidak melalui
raut wajahnya. Namun, dia tak membalas satu pun pesan dariku. Apakah kau sedang
menghindariku kali ini, Myungsoo-ya? Hal ini sungguh membuatku sedih,
Myungsoo-ya.
Pada tanggal 22 Oktober 2015 tepat pukul 5.00 a.m, aku
terbangun dari tidurku. Saat membuka ponselku, ku lihat banyak pemberitahuan
yang mengatakan adanya foto angkatan sore ini. Jujur, aku sangat malas
mengikuti foto angkatan kali ini. Entah karena efek sakitku ataukah Myungsoo?
Kondisi tubuhku memang kurang baik hari ini. Selain itu, aku mengingat sesuatu.
Tanggal 22 Oktober adalah hari aku dan Myungsoo resmi berpacaran dulu.
Mengingat hal itu membuatku meratapi nasib yang begitu mirisnya. Apakah kau
ingat tanggal 22 Oktober ini, Myungsoo-ya? Sepertinya kau melupakannya. Aku pun
merasa malu untuk bertemu dengannya. Karena dia mengabaikan pesanku saat aku
ingin mengajaknya bertemu. Semua alasan itu membuatku tak berani untuk
menampakkan diri dihadapannya. Tepat pukul 5.30 p.m, aku masih berada di
rumahku. Tiba-tiba Ji Sung mengirim pesan padaku. Dia mengajakku main. Dengan
senang hati aku menerimanya. Setelah bertemu dengannya, kami mengobrol bahkan
bersiap-siap untuk pergi. Tiba-tiba ponselku bergetar. Aku mendapatkan banyak
pesan dari temanku. Mereka menyuruhku untuk datang karena kami akan foto
bersama, selain foto angkatan. Ji Sung bertanya padaku. Mengapa aku terlihat
murung? Aku pun menceritakan semua itu padanya. Dia menyuruhku untuk bergegas
naik ke motornya. Aku tak mengerti dengannya. Hal yang tak pernah ku duga pun
terjadi. Dia mengantarkanku pergi kesana untuk foto angkatan. Aku menolaknya selama
di perjalanan menuju lokasi pemotretan. Karena aku tak ingin bertemu dengan
Myungsoo. Namun, dia memaksaku agar aku datang. Bahkan dia menasehatiku untuk
memikirkan teman-temanku yang sedang menunggu kedatanganku disana. Akhirnya aku
mengikuti nasehatnya. Aku pergi ke lokasi pemotretan. Setibanya disana, semua
mata tertuju padaku. Aku baru menyadari sesuatu saat tatapan mereka tertuju
pada arah sampingku. Ternyata mereka bukan menatapku, melainkan Ji Sung. Mataku
mencari keberadaan Myungsoo saat itu. Ku lihat dia sedang bercanda dengan
teman-temannya. Aku tersenyum dalam hati karena bisa melihatnya. Tiba-tiba dia
melihat kearahku. Detik itu juga, dia terdiam. Aku bergegas memalingkan
wajahku. Aku mengenalkan Ji Sung pada teman-temanku. Setelah itu, aku mencari
kursi untukku dan Ji Sung. Saat itu aku tak bisa meninggalkannya sendirian.
Soalnya tak ada satupun orang yang dikenalinya. Apalagi dia telah
mengantarkanku ke lokasi pemotretan. Mataku mencari sosok Myungsoo. Namun, aku
tak menemukannya. Kemana dia pergi? Tiba-tiba Eun Hye meminta uang padaku untuk
jasa pemotretan. Aku memberikan uang itu padanya. Tak lama kemudian, Ji Min
memanggilku. Aku menitipkan semua barangku pada Ji Sung dan memintanya untuk
menungguku. Aku pun menghampiri Ji Min. Detik itu juga, aku menemukan keberadaan
Myungsoo. Ternyata dia pindah ruangan. Melihat dia terdiam seperti itu membuat
hatiku terasa sakit. Mengapa rasanya menyakitkan seperti ini? Mengapa aku
seperti pelaku perselingkuhan? Apakah kau menganggap Ji Sung sebagai kekasihku
seperti yang lainnya, Myungsoo-ya? Aku harap kau tak pernah memikirkan hal ini.
Karena sedari dulu aku hanya mencintaimu. Akhirnya foto angkatan telah
berakhir. Aku bergegas keluar dari studio untuk menghampiri Ji Sung. Ku lihat
dia sedang menikmati makan malamnya. Aku menemaninya makan sambil meminta maaf
padanya karena aku telah mengabaikannya. Namun, dia tak mempermasalahkannya.
Saat kami hendak pergi, ku lihat Hyuna, Gayoon, Yerim, Hye Kyo, dan Min Ho
melewati kami. Mereka menatap kami dengan tatapan yang sulit ku artikan. Sepertinya
kali ini akan ada issue yang begitu
panas. Mereka pasti akan menyebarkan issue
bahwa aku telah memiliki kekasih baru. Tapi aku tak ingin memikirkan semua itu.
Sebagai permintaan maafku, akhirnya aku mentraktir Ji Sung makan di salah satu café
disana. Ada hal yang masih mengganjal dalam benakku. Mengapa hatiku merasa
sakit disaat aku datang bersama pria lain? Mengapa Myungsoo terdiam saat
melihatku bersama Ji Sung? Mengapa Myungsoo terlihat seperti menghindariku?
Seandainya aku bisa membaca pikiranmu, Myungsoo-ya. Mungkin aku tak akan
bertanya-tanya seperti ini dalam benakku. Ketahuilah bahwa aku masih dan tetap
mencintaimu, Myungsoo-ya.
Pada tanggal 23 Oktober 2015 tepat pukul 9.00 a.m, aku
mengirim pesan pada Hyun Joong. Aku memberitahunya kalau hatiku terasa sangat
sakit. Dia membalas pesanku dan bertanya padaku. Mengapa kau merasa sakit hati?
Bukankah kau telah memiliki kekasih baru? Seperti itulah pertanyaan yang dia
lontarkan padaku. Ternyata dia pun mengira bahwa aku telah memiliki kekasih
baru. Aku membalas pesannya. Aku memberitahu padanya bahwa Ji Sung adalah
sahabatku sewaktu SMP. Dia malah menyuruhku untuk menemuinya saja di
apartemennya. Agar kita bisa bicara secara bebas. Aku pun menyetujuinya. Tepat
pukul 1.00 p.m, aku berada di apartemen Min Ah. Min Ah baru saja pulang dari
London. Dia memberikan oleh-oleh untukku. Aku menerima oleh-olehnya dengan
senang hati. Kami saling bicara saat itu sambil menunggu kedatangan Gyeong.
Karena aku tak mungkin datang ke apartemen Hyun Joong sendirian. Aku pun tak
mungkin pergi kesana bersama Min Ah karena mereka pernah menjalin hubungan.
Tepat pukul 4.30 p.m, akhirnya Gyeong datang. Aku dan Gyeong bergegas pergi ke
apartemen Hyun Joong. Untuk sesi awal, Gyeong mengungkapkan rasa sakit hatinya.
Selama ini dia memendam perasaan pada Kyuhyun. Dia diam-diam mencintai Kyuhyun.
Dia merasa sakit hati saat mengetahui bahwa Kyuhyun telah mengincar wanita
lain. Aku menatap miris sambil mendengarkan ceritanya. Tepat pukul 7.00 p.m,
aku mulai menceritakan kejadian di lokasi pemotretan pada Hyun Joong. Dia
mengakui padaku bahwa awalnya dia sempat terkejut ketika melihatku datang
bersama pria lain. Namun, dia tak mengetahui bagaimana pandangan Myungsoo
terhadap kejadian itu. Karena dia tak mungkin bertanya pada Myungsoo disaat moment
penting seperti itu. Sayang sekali. Padahal aku ingin mengetahui bagaimana
perasaan Myungsoo saat melihatku datang bersama pria lain. Tiba-tiba Hyun Joong
mengatakan hal yang tak pernah ku bayangkan sebelumnya. Dia memberitahuku pada
saat praktikum bulan Mei 2015 lalu, ada issue
yang menyebar tentang diriku. Mataku membulat sempurna saat itu. Aku pun
bertanya padanya. Apa issue itu?
Karena aku tak tahu ada issue tentang
diriku saat itu. Dia memberitahuku bahwa Yerim, Hyuna, Gayoon, Hye Kyo dan
Beige yang menyebarkan issue itu. Issue itu mengatakan bahwa aku
berpura-pura sakit untuk mendapatkan perhatian dari Myungsoo. Dan issue itu sampai pada telinga Myungsoo.
Pantas saja Joong Ki bertanya padaku waktu itu. Apakah aku berpura-pura sakit
untuk mendapatkan perhatian Myungsoo? Pertanyaan Joong Ki sama dengan issue itu. Jadi Joong Ki bertanya
seperti itu setelah issue itu tersebar.
Mereka jahat sekali. Apa salahku sebenarnya pada mereke? Jika Yerim masih
menginginkan Myungsoo, maka silahkan saja. Lagipula hubunganku dengan Myungsoo
telah berakhir sejak lama. Tapi aku tak ingin hal itu sampai terjadi. Aku tak
pernah rela jika Myungsoo dan Yerim berpacaran. Aku sangat mencintai Myungsoo.
Hyun Joong pun memberitahu padaku bahwa alasan Myungsoo pindah bus karena dia
merasa muak dengan issue yang beredar
itu. Selain itu, Myungsoo tak memiliki teman yang ada di bus 3. Karena semua
temannya berada di bus 1. Mendengar hal itu membuat hatiku tenang. Setidaknya
Myungsoo tidak benar-benar merasa muak dengan kehadiranku saat itu. Apakah ini
salah satu cara Yerim bersama temannya untuk membuatku bertengkar dengan
Myungsoo lagi? Jika benar, maka usaha kalian telah berhasil. Karena aku telah
terpengaruh oleh issue itu. Selain
itu, Hyun Joong memberitahuku bahwa saat itu Yerim menyebarkan issue lainnya. Issue itu adalah sebenarnya Myungsoo ingin sekali duduk bersama
Yerim. Tapi, Ji Won datang dan duduk disamping Myungsoo. Detik itu juga, aku
tertawa bukan main mendengarkan issue
itu. Aku benar-benar tak mengerti dengan Yerim. Apa yang dia inginkan
sebenarnya dengan menyebarkan issue
itu? Aku pun menceritakan semuanya pada Hyun Joong kejadian saat praktikum
bulan Mei 2015 itu. Hyun Joong pun tertawa sambil mendengarkan ceritaku itu.
Akhirnya satu persatu semuanya terungkap. Meskipun aku sempat bertengkar dengan
Myungsoo karena masalah ini. Kau benar-benar mengelak tuduhanku waktu itu
karena kau benar-benar tak melakukannya, Myungsoo-ya. Gomawo, Myungsoo-ya. Kali
ini aku telah meyakinkan diriku bahwa aku hanya akan mempercayaimu saja. Aku
tak akan terpengaruh oleh orang lain lagi. Saranghae, Myungsoo-ya.
Pada tanggal 25 Oktober 2015 tepat pukul 10.30 p.m, aku
mengirim pesan pada Myungsoo. Aku meminta maaf padanya. Aku baru mengetahui
alasan dibalik insiden pada praktikum bulan Mei 2015 itu. Aku merasa bersalah
padanya karena telah menuduhnya. Aku mengiriminya banyak pesan. Aku ingin
bertemu dengannya. Aku ingin meminta maaf secara langsung padanya. Bahkan aku
telah menjelaskan insiden saat aku membawa pria pada foto angkatan. Aku
memberitahunya bahwa Ji Sung adalah sahabatku sewaktu SMP. Namun, lagi-lagi dia
tak membalas pesanku. Ada apa denganmu sebenarnya, Myungsoo-ya? Mengapa kau tak
membalas pesanku? Apakah kau begitu membenciku? Ataukah ada alasan lain dibalik
semua ini? Teka-teki yang kau buat untukku kali ini membuatku benar-benar tak
mengerti akan dirimu. Apa keinginanmu sebenarnya, Myungsoo-ya?
Pada tanggal 29 Oktober 2015 tepat pukul 04.00 p.m, aku menginap
di rumah nenekku. Aku membantu pekerjaan nenekku saat itu. Aku tak tega
membiarkan nenekku bekerja sendirian. Mengingat nenekku memiliki penyakit
jantung. Tepat pukul 9.00 p.m, aku menutup toko milik nenekku. Aku pergi ke
kamarku untuk beristirahat. Namun, aku tak bisa tidur saat itu. Aku selalu
memikirkan alasan Myungsoo mengabaikan semua pesanku. Apa yang kau lakukan saat
ini, Myungsoo-ya? Apakah kau bermain game lagi? Aku masih menunggu balasan
pesan darimu disini. Akhirnya aku memutuskan untuk mengambil obat tidurku. Aku
meminum obat itu lalu berbaring di ranjang. Aku harap bisa tidur kali ini.
Mengingat aku sering mengalami insomnia
akhir-akhir ini karena memikirkan Myungsoo.
Pada tanggal 30 Oktober 2015 tepat pukul 04.00 a.m, aku
terbangun dari tidurku karena mendengar suara alarm ponselku. Tanganku mengambil ponselku lalu menekan tombol
berhenti untuk menghentikan suara alarm
itu. Mataku melihat ada 2 panggilan tak terjawab. Tanganku pun mengklik pesan
pemberitahuan itu. Kini mataku membulat sempurna saat melihat nomor yang
meneleponku adalah nomor ponsel Myungsoo. Tanganku mengklik nomor ponselnya. Ku
lihat kami saling mengirim pesan. Aku membaca pesan demi pesan itu. Bibirku
tersenyum miris. Mataku menatap tajam layar ponselku.
“ Jangan mengirim pesan atau menghubungiku lagi! Jangan
muncul dihadapanku lagi! Aku merasa risih dengan semua itu.” Pesannya.
“ Ok. Deal. Salam perpisahan yang begitu menarik. Tunggu
saja! Waktu yang akan menjawab semuanya.” Balasku.
Seperti itulah pesan terakhirnya. Dan bodohnya aku malah
menyetujuinya. Apa salahku sebenarnya? Padahal aku hanya ingin meminta maaf
padanya. Mengapa dia meresponnya seperti itu? Pesan itu bagaikan sebuah
tamparan secara tak langsung untukku. Apa yang harus ku lakukan kali ini?
Tiba-tiba nama Hyun Joong yang terlintas dalam benakku. Aku mengirim pesan pada
Hyun Joong. Aku ingin meminta saran padanya. Aku benar-benar sudah gila karena
memikirkan kebodohanku ini. Tapi yang menjadi pertanyaanku adalah kapan aku
mengirim pesan ini padanya? Apakah aku mengigau hingga mengirim pesan padanya
seperti ini? Apakah karena sebelum tidur aku memikirkannya hingga berakhir
dengan tindakan gilaku itu? Tindakan gila yang ku lakukan karena tidak bisa
mengontrol emosiku saat itu. Semua ini benar-benar membuatku gila. Tepat pukul
6.00 p.m, aku pergi ke apartemen Hyun Joong bersama Gyeong. Aku menceritakan
insiden pesan itu pada Hyun Joong. Tapi Hyun Joong malah tersenyum dan
mengatakan hal yang tak ku duga.
“ Apakah kau percaya dengan pesan ini, Ji Won-ya? Aku sangat
yakin Myungsoo memikirkan pesan darimu. Dia mengatakan sudah tak peduli lagi.
Aku rasa kata itu adalah sebaliknya. Semua itu sangat jelas ketika dia
meneleponmu. Bukankah itu menandakan bahwa dia sangat penasaran dengan apa yang
ingin kau bicarakan padanya? Namun, aku tahu dia tak akan bertanya padamu
tentang hal yang sama lagi. Karena dia mempunyai pelampiasan untuk mengalihkan
semuanya. Kau pasti tahu apa pelampiasannya. Dia melampiaskannya dengan bermain
game. Kau tak perlu memikirkan semua ini, Ji Won-ya. Karena aku yakin dia pasti
memikirkanmu saat ini. Sebaiknya kau jangan menghubungi dia dulu untuk saat
ini. Geunde, sepertinya ada faktor lain juga. Mengapa dia mengirim pesan
seperti itu padanya? Mungkinkah dia sedang mempunyai masalah lain? Kita harus
berpikir positif untuk masalah ini, Ji Won-ya. Jika kau ingin menemuinya, maka
temui dia disaat sedang sendiri.” Jelas Hyun Joong.
“ Aku rasa kau jangan menemuinya, Ji Won-ya. Jika kau
menemuinya, maka akan memperburuk situasi. Apalagi dia terlihat sangat emosi
melalui pesan itu.” Larang Gyeong.
“ Kau benar, Gyeong. Lagipula dia telah memintanya agar aku
tak menghubungi dia lagi. Aku akan mengikuti permintaannya kali ini. Meskipun
hatiku terasa sakit.” Ujarku.
“ Apa yang dikatakan oleh Gyeong ada benarnya juga. Aku telah
mengingat semuanya, Ji Won-ya. Mungkin ini akan membuat hatimu sakit, geunde
kau harus mengetahui semuanya. Apakah kau tahu? Issue tentang dirimu yang pernah tidur di apartemen Myungsoo. Issue itu menyebar saat kita semester 1
dulu. Issue itu disebarkan oleh Yerim
dan teman-temannya. Apakah issue itu
benar, Ji Won-ya? Jika benar, mengapa kau bisa mengatakan hal itu pada mereka?
Saat mendengarnya dulu, aku sempat merasa jijik walau tuk sekedar melihatmu.
Aku tak menyangka bahwa seorang Ji Won terlihat seperti yeoja murahan. Aku
berpikiran seperti itu sebelum aku dekat denganmu. Geunde, aku tak menyukai
mereka sekarang. Mereka adalah kelompok penyebar issue tak benar. Saat itu Myungsoo diintrogasi oleh mereka. Aku tak
tahu apa yang mereka tanyakan pada Myungsoo karena aku sedang memasak bersama
Seung Ho saat itu. Apakah kau tahu? Setelah hubunganmu berakhir dengan
Myungsoo. Teman-teman Yerim mencoba mendekatkan Myungsoo dengan Yerim. Myungsoo
tahu akan maksud semua itu. Namun, dia diam saja. Bahkan tak meresponnya. Dia
lebih memilih pergi menghilang begitu saja dibandingkan merespon semua itu.”
Jelas Hyun Joong.
“ Apakah semua itu benar? Mengapa aku tidak mengetahuinya?”
Tanyaku.
“ Apakah kau benar-benar tak mengetahuinya, Ji Won-ya?
Padahal tindakan mereka terlihat jelas sekali. Mereka mencoba untuk mendekatkan
Yerim dengan Myungsoo.” Ujar Gyeong.
“ Ah, molla. Yang terpenting mereka tidak menjalin hubungan.
Jika seperti itu, maka aku akan memarahi Myungsoo. Aku tak peduli dengan
amarahnya lagi. Geunde, hingga detik ini mereka tak menjalin hubungan. Mengingat
hal itu sudah membuatku bahagia.” Ujarku.
“ Yerim pernah mengatakan padaku bahwa dia dan Myungsoo saling
mencintai. Geunde, kau terus mengejar Myungsoo. Padahal Myungsoo tak
mencintaimu. Akhirnya dia mengalah dan membiarkan Myungsoo untuk berpacaran
denganmu, Ji Won-ya. Tapi, aku tak mempercayainya. Aku memikirkan semua itu
dengan logikaku. Tak mungkin Myungsoo berpacaran denganmu tanpa mempunyai
perasaan padamu. Aku menyimpulkan bahwa Myungsoo mempunyai perasaan dan sayang padamu.
Jika perkataan Yerim benar, mengapa mereka tidak berpacaran saja setelah
hubunganmu dan Myungsoo berakhir? Bukankah ini sangat terlihat bahwa Yerim
sering menyebarkan issue tak benar?”
Ujar Hyun Joong.
Aku tertawa tiada hentinya saat itu. Mendengar perkataan Hyun
Joong membuatku merasa geram pada Yerim. Apa yang kau inginkan sebenarnya,
Yerim? Bukankah kau menginginkan hubunganku dengan Myungsoo berakhir? Kini hubunganku
dan Myungsoo telah benar-benar berakhir. Tapi, mengapa kau selalu membuat issue tak benar tentang diriku? Apalagi
insiden praktikum pada bulan Mei 2015 yang lalu. Aku tak ingin mempermasalahkan
semua ini lagi. Apalagi semuanya telah berakhir sekarang. Ada hal yang
mengganjal dalam hatiku. Aku belum sepenuhnya meminta maaf pada Myungsoo atas
insiden yang terjadi. Namun, aku tak bisa menghubunginya lagi. Terlebih lagi
dia telah mengatakan agar aku tak menghubunginya lagi disaat aku belum sempat
meminta maaf padanya. Apa yang harus ku lakukan kali ini? Aku benar-benar ingin
meminta maaf padamu, Myungsoo-ya? Tapi kau tak ingin menemuiku lagi. Padahal
aku sangat mencintaimu, Myungsoo-ya. Kini aku hanya bisa mengandalkan waktu. Berharap
suatu saat nanti kita dipertemukan kembali. Jika semua itu terjadi, maka aku
akan meminta maaf padamu detik itu juga. Selamat tinggal, Myungsoo-ya.
Saranghae.
Pada tanggal 6 November 2015 tepat pukul 11.00 a.m, aku pergi
ke rumah sakit bersama nenekku. Awalnya aku mengantarkan nenekku untuk berobat
rutin penyakit jantungnya. Namun, nenekku menyuruh dokter untuk memeriksa
kondisiku. Nenekku mengatakan pada dokter itu bahwa aku sering mengalami sakit
kepala dan muntah-muntah. Dokter pun memeriksa kondisiku. Tiba-tiba dokter itu
menanyakan padaku. Apakah kau sering meminum minuman beralkohol? Aku hanya
menganggukan kepalaku sambil melihat ke arah nenekku yang terkejut. Dokter
menyuruhku pergi ke sebuah ruangan yang penuh dengan peralatan medis. Aku
mengikuti dokter itu. Dokter itu melakukan pemeriksaan pada seluruh tubuhku.
Saat melihat hasil pemeriksaan, ku lihat dokter itu sedikit terkejut. Aku pun
memberanikan diri untuk menanyakan kondisiku. Dokter itu memvonisku mengidap
penyakit kanker otak. Aku terkejut bukan main saat itu. Tiba-tiba nenekku
pingsan tepat disampingku. Aku menjadi panik bukan main saat itu. Beruntung
penyakit jantung nenekku tidak kambuh. Setelah nenekku sadar, nenek bertanya
pada dokter.
“ Darimana sumber penyakitnya dokter?” Tanya nenekku.
“ Pasien telah mengkonsumsi minuman beralkohol dengan kadar
yang tinggi. Diduga pasien sering meminum minuman itu hingga berakibat pada
kesehatannya. Selain itu, pasien sering mengalami stress. Tubuhnya tak bisa
menampung semua itu dalam waktu yang bersamaan.” Jelas dokter.
“ Apakah cucuku ini bisa sembuh, dokter?”
“ Nde, tentu saja. Lagipula penyakit kanker otaknya masih
stadium awal. Pasien bisa sembuh dengan berobat rutin dan berhenti meminum
minuman beralkohol. Saya akan memberikan resep obat untuk pasien. Geunde,
apabila pasien terlambat atau tidak meminum obat ini akan mempengaruhi kinerja
otaknya. Sering kali pasien akan lupa dengan kegiatannya sendiri, lupa dengan
orang disekitarnya, lupa dengan pengetahuan yang dimilikinya, bahkan memiliki
kepribadian yang lain. Saya harap pasien meminum obat ini secara rutin. Ini
adalah langkah awal untuk mencegah kanker otaknya agar tidak menyebar menjadi
kanker otak stadium 2. Selanjutnya pasien harus melakukan pemeriksaan rutinan
di rumah sakit untuk mengetahui tingkat kesehatannya.” Jelas dokter.
Apakah aku tidak salah mendengarnya kali ini? Aku akan
kehilangan daya ingatku selama ini. Aku akan lupa dengan orang disekitarku. Bahkan
aku bisa kehilangan pengetahuan yang ku miliki selama ini. Apakah itu berarti
aku akan melupakan Myungsoo? Aku tak akan ingat semua kenanganku bersamanya.
Mengapa kau memberikan penyakit ini padaku, Tuhan? Apa salahku selama ini? Aku
tak ingin memiliki penyakit ini. Aku tak ingin melupakan Myungsoo. Aku ingin
menyimpan semua kenangan bersamanya dalam ingatanku ini. Aku harus bisa sembuh.
Aku tidak akan lupa untuk meminum obat itu dan melakukan pemeriksaan rutinan.
Karena aku harus menyelesaikan masalahku dengan Myungsoo saat bertemu nanti.
Aku harap aku masih mengenalimu saat kita bertemu nanti, Myungsoo-ya. Maafkan
aku! Jika aku tak mengenalimu untuk saat ini. Semua ini karena penyakitku.
Pada tanggal 7 November 2015 tepat pukul 8.00 p.m, aku
mengirim pesan pada Hyun Joong. Aku menceritakan penyakitku padanya. Dia
membalas pesanku dan terkejut bukan main. Dia memberiku dukungan dan motivasi untuk sembuh.
Aku mengucapkan terimakasih padanya atas semua itu. Aku pun menyuruhnya untuk
berhenti merokok karena aku tak ingin dia sakit sepertiku. Aku juga meminta
bantuannya untuk menasehati Myungsoo agar Myungsoo berhenti meminum minuman
beralkohol. Aku takut Myungsoo akan mengidap penyakit yang sama denganku. Aku
tak ingin Myungsoo mengidap penyakit itu. Dia akan membantuku semampunya. Dia
akan berusaha untuk menasehati Myungsoo agar berhenti. Aku mengucapkan terimakasih
lagi padanya. Aku pun memberitahunya sesuatu.
“ Jika kita bertemu dan aku tak menyapamu, maka aku harap kau
tak menganggapku sombong. Aku bersikap seperti itu karena efek dari penyakitku.”
Aku mengatakan hal itu padanya. Agar dia memaklumi tiap
sikapku yang berubah-ubah nanti. Akhirnya dia pun mengerti. Aku akan berusaha
mengingat Myungsoo dalam ingatanku. Aku tak kan melupakan rasa cinta dan sayang
yang pernah kau berikan padaku. Selamat tinggal, Myungsoo-ya. Aku harap kau
hidup bahagia. Aku akan selalu mencintaimu, Myungsoo-ya.
END !!!
Bacalah
part sebelumnya dengan mengklik link dibawah ini!
Part 1 Part 2 Part 3 Part 4 Part 5 Part 6 Part 7 Part 8 Part 9 Part 10 Part 11 Part 12 Part 13 Part 14
Note: Setelah Reader
membaca “ [Special Edition Love is Feeling] Ji Won’s Diary ” ini. Alangkah
lebih baik jika Reader membaca “ [SERIES] Love is Feeling ”, “ [SERIES] Love is
Feeling (Myung Soo’s Diary) ”, dan “ [Special
Edition Love is Feeling] Married Story ”. Karena keempat kisah ini saling
berhubungan. Tetaplah berkunjung di blog ini dan nikmatilah beragam kisah cinta
yang menarik dan pastinya membuat Reader sangat penasaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar