Senin, 09 November 2015

[Special Edition Love is Feeling] Ji Won’s Diary Part 15 END

[Special Edition Love is Feeling] Ji Won’s Diary Part 15 END
Title                 : [Special Edition Love is Feeling] Ji Won’s Diary Part 15 END
Author             : Cavela
Length             : Series
Genre              : Sad
Main Cast        : Kim Myung Soo aka L Infinite and Kim Ji Won
Other Cast       : Cho Kyuhyun, Kim Yerim, Kim Ryeowook, Beige, Kim Heechul, Im Yoona,  Leeteuk aka Seongseonim Park, Hyuna, Gayoon, Yoo Seung Ho, Jung Yong Hwa, Lee Hyukjae aka Eunhyuk, Song Eunji, Han Ji Min, Kang In aka Seongseonim, Park Shi Ho, Hwang Jung Eum, Lee Da Hee, Lee Jun Ki, Song Hye Kyo, Han Ga In, Park Shin Hye, Yoon Eun Hye, Jessica Jung, Moon Chae Won, Kang So Ra, Goo Hye Sun, Lee Sunkyu aka Sunny, Lee Hong Ki, Shindong, Kim Bum, Kim Gyeong, Song Ye Jin, Park Si Yeon, Jung So Min, Kim Jae Joong, Seo In Guk, Kwon Yuri, Kim Sae Ron, Tuan Kim, Nyonya Kim, Micky Yoochun, Choi Sulli, Kim So Eun, Lee Joon, Tae Yang, Kim Haneul, Kang Min Hyuk, Kim Hyun Joong, Kim Tae Woo, Shin Min Ah, Han Hyo Joo, Lee Taemin, Victoria Song, Choi Minho, Wooyoung, Park Min Young, Jang Geun Suk, Song Jong Ki, Lee Jae Jin, Seulgi, member Infinite, member Super Junior, member Girls Generation, Lee Min Ho, Yoon Bora, Bae Suzy, Sung Si Kyung, Lee Jonghyun, Lee Sungmin, Cho Ah, Kim Woo Bin, Bang Minah, Kim Taeyeon, Park Hyo Shin, Lee Seung Gi, Choi Sooyoung, Kim Hyeyeon, Jung Il Woo, Ji Sung


Preview

Pada tanggal 10 Oktober 2015 tepat pukul 7.00 p.m, aku berangkat bersama Gyeong menuju lokasi OSPEK angkatan 2015 menggunakan motorku. Untuk mencapai lokasi tersebut, aku dan Gyeong terjatuh dari motor karena jalannya berbatu. Setibanya di lokasi, kami dibantu oleh senior. Entahlah aku tak tahu senior itu angkatan berapa. Setelah memarkirkan motorku, tiba-tiba ada sebuah motor yang menghalangiku. Mataku tak bisa melihat pemilik motor itu karena pancaran lampu motornya yang mengenai mataku. Tapi aku sangat mengenali motor itu. Modifikasi pada motor itu terasa tak asing bagiku……………………………………………………………..................................................


Setelah mendengar pembicaraan singkat itu, aku mengangkat kepalaku. Mataku menatap Myungsoo sambil bertanya-tanya dalam benakku. Apakah semua itu benar? Hal yang tak ku duga sebelumnya terjadi. Dia bergegas berdiri lalu masuk ke tenda tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Mataku menatap nanar kepergiannya. Sebenci itukah kau padaku, Myungsoo-ya? Kini api unggun itu benar-benar padam. Aku mengantarkan Gyeong dan Shin Hye ke kamar mandi. Kami mengantri disana.
“ Ada apa denganmu, Ji Won-ya? Apakah kau tahu? Aku sangat mengkhawatirkanmu saat kau kejang-kejang seperti tadi. Aku tak bisa tidur karena kau kejang-kejang disampingku.” Tanya Gyeong.
“ Ji Won yang kedinginan, geunde Myungsoo yang sibuk mencari batang kayu untuk menyalakan api unggun hingga sampah pun dibakar olehnya. Aku menjadi batuk saat menghirup udaranya.” Ujar Shin Hye.
“ Apakah semua itu benar? Aku sangat terharu.” Ujarku sambil tersenyum.
“ Jangan terlalu percaya diri, Ji Won-ya! Mungkin saja Myungsoo kedinginan saat itu, makanya dia sibuk sendiri untuk menyalakan api unggun.” Ujar Gyeong.

Apa yang dikatakan oleh Gyeong ada benarnya juga. Aku jangan terlalu percaya diri. Mungkin saja Myungsoo melakukan semua itu karena rasa manusiawinya. Bagaimana perasaanmu terhadapku sebenarnya, Myungsoo-ya? Aku harus mendeskripsikan apa tentang perasaanmu terhadapku.

Next

Pada tanggal 11 Oktober 2015 tepat pukul 5.00 a.m, aku terbangun dari tidurku. Ku lihat Geun Suk sedang memasak air. Detik itu juga, perutku bersenandung dengan merdunya. Aku bergegas menghampirinya sambil membawa mie instan. Aku berencana untuk meminta air panasnya. Saat memintanya, dia mengatakan bahwa airnya telah habis. Aku melangkahkan kakiku dengan lemasnya. Tiba-tiba Geun Suk menyuruhku untuk mengambil tempat minum yang ada diatas rumput. Aku bertanya padanya. Siapa pemilik air minum ini? Dia menjawab bahwa Myungsoo lah pemiliknya. Tanpa banyak bicara lagi, aku menuangkan air itu lalu memasaknya agar air minum itu menjadi panas. Aku menyimpan tempat minum itu diatas rumput kembali. Aku menikmati mie instan yang ku buat dengan sedapnya. Ku lihat Kyuhyun mengambil tempat minum itu lalu menanyakan siapa pemiliknya pada orang yang ada disana. Namun, aku berpura-pura tak mendengarnya. Saat itu aku sedang bicara dengan Suzy. Suzy berada dibelakangku. Saat kepalaku menoleh ke arah Suzy, tanpa sengaja mataku melirik ke arah Myungsoo. Entah hanya perasaanku saja atau aku yang terlalu percaya diri. Ku lihat dia sedang bicara dengan temannya, namun tatapan matanya melihat ke arahku. Karena saat itu dia duduk diseberangku. Jarak duduk kami cukup jauh. Tepat pukul 10.00 a.m, aku mengemasi barangku untuk pulang. Aku berjalan menuju parkiran motor. Ku lihat dia sedang memanaskan motornya. Karena motornya berada tepat di depan motorku. Aku membuka kunci ganda motorku sambil menunggu Gyeong. Saat akan menyimpan kunci itu, dia memanaskan motornya dengan suara yang sangat keras. Telingaku sangat sakit mendengarnya. Tanpa sadar, aku menatap tajam padanya.
“ Berisik.” Ujarku.

Setelah mengatakan itu, kami saling menatap. Entahlah apa arti tatapannya kali ini. Kami saling menatap dalam diam. Akhirnya aku tersadar lalu memalingkan wajahku. Dia bicara dan berpamitan pada Tae Woo. Lalu dia melajukan motornya pergi begitu saja tanpa berpamitan padaku. Padahal aku berada diantara mereka. Tak lama kemudian, Gyeong datang. Tanpa pamitan pada Tae Woo dan Joong Ki, aku melajukan motorku begitu saja. Semenjak berada disana, Tae Woo dan Joong Ki tak pernah mengajakku bicara. Aku pun menjadi sangat malas untuk menyapa mereka. Yang membuatku bertanya-tanya adalah perubahan sikap Myungsoo padaku. Apa yang ingin kau tunjukan padaku sebenarnya, Myungsoo-ya? Jangan membuat teka-teki seperti ini! Karena aku tak bisa menjawabnya dengan mudah. Teka-teki yang kau buat terlalu sulit untukku.

Pada tanggal 17 Oktober 2015 tepat pukul 11.00 p.m, aku mengirim pesan pada Myungsoo. Aku ingin mengajaknya untuk bertemu. Pesanku berisikan bahwa ada hal yang ingin ku bicarakan dengannya. Aku ingin menanyakan sesuatu padanya. Aku ingin mendengar jawabannya secara langsung. Aku tak ingin mengirimi banyak pesan padanya. Aku ingin melihat wajahnya saat menjawab pertanyaanku itu. Aku ingin mengetahui apakah dia berbohong atau tidak melalui raut wajahnya. Namun, dia tak membalas satu pun pesan dariku. Apakah kau sedang menghindariku kali ini, Myungsoo-ya? Hal ini sungguh membuatku sedih, Myungsoo-ya.

Pada tanggal 22 Oktober 2015 tepat pukul 5.00 a.m, aku terbangun dari tidurku. Saat membuka ponselku, ku lihat banyak pemberitahuan yang mengatakan adanya foto angkatan sore ini. Jujur, aku sangat malas mengikuti foto angkatan kali ini. Entah karena efek sakitku ataukah Myungsoo? Kondisi tubuhku memang kurang baik hari ini. Selain itu, aku mengingat sesuatu. Tanggal 22 Oktober adalah hari aku dan Myungsoo resmi berpacaran dulu. Mengingat hal itu membuatku meratapi nasib yang begitu mirisnya. Apakah kau ingat tanggal 22 Oktober ini, Myungsoo-ya? Sepertinya kau melupakannya. Aku pun merasa malu untuk bertemu dengannya. Karena dia mengabaikan pesanku saat aku ingin mengajaknya bertemu. Semua alasan itu membuatku tak berani untuk menampakkan diri dihadapannya. Tepat pukul 5.30 p.m, aku masih berada di rumahku. Tiba-tiba Ji Sung mengirim pesan padaku. Dia mengajakku main. Dengan senang hati aku menerimanya. Setelah bertemu dengannya, kami mengobrol bahkan bersiap-siap untuk pergi. Tiba-tiba ponselku bergetar. Aku mendapatkan banyak pesan dari temanku. Mereka menyuruhku untuk datang karena kami akan foto bersama, selain foto angkatan. Ji Sung bertanya padaku. Mengapa aku terlihat murung? Aku pun menceritakan semua itu padanya. Dia menyuruhku untuk bergegas naik ke motornya. Aku tak mengerti dengannya. Hal yang tak pernah ku duga pun terjadi. Dia mengantarkanku pergi kesana untuk foto angkatan. Aku menolaknya selama di perjalanan menuju lokasi pemotretan. Karena aku tak ingin bertemu dengan Myungsoo. Namun, dia memaksaku agar aku datang. Bahkan dia menasehatiku untuk memikirkan teman-temanku yang sedang menunggu kedatanganku disana. Akhirnya aku mengikuti nasehatnya. Aku pergi ke lokasi pemotretan. Setibanya disana, semua mata tertuju padaku. Aku baru menyadari sesuatu saat tatapan mereka tertuju pada arah sampingku. Ternyata mereka bukan menatapku, melainkan Ji Sung. Mataku mencari keberadaan Myungsoo saat itu. Ku lihat dia sedang bercanda dengan teman-temannya. Aku tersenyum dalam hati karena bisa melihatnya. Tiba-tiba dia melihat kearahku. Detik itu juga, dia terdiam. Aku bergegas memalingkan wajahku. Aku mengenalkan Ji Sung pada teman-temanku. Setelah itu, aku mencari kursi untukku dan Ji Sung. Saat itu aku tak bisa meninggalkannya sendirian. Soalnya tak ada satupun orang yang dikenalinya. Apalagi dia telah mengantarkanku ke lokasi pemotretan. Mataku mencari sosok Myungsoo. Namun, aku tak menemukannya. Kemana dia pergi? Tiba-tiba Eun Hye meminta uang padaku untuk jasa pemotretan. Aku memberikan uang itu padanya. Tak lama kemudian, Ji Min memanggilku. Aku menitipkan semua barangku pada Ji Sung dan memintanya untuk menungguku. Aku pun menghampiri Ji Min. Detik itu juga, aku menemukan keberadaan Myungsoo. Ternyata dia pindah ruangan. Melihat dia terdiam seperti itu membuat hatiku terasa sakit. Mengapa rasanya menyakitkan seperti ini? Mengapa aku seperti pelaku perselingkuhan? Apakah kau menganggap Ji Sung sebagai kekasihku seperti yang lainnya, Myungsoo-ya? Aku harap kau tak pernah memikirkan hal ini. Karena sedari dulu aku hanya mencintaimu. Akhirnya foto angkatan telah berakhir. Aku bergegas keluar dari studio untuk menghampiri Ji Sung. Ku lihat dia sedang menikmati makan malamnya. Aku menemaninya makan sambil meminta maaf padanya karena aku telah mengabaikannya. Namun, dia tak mempermasalahkannya. Saat kami hendak pergi, ku lihat Hyuna, Gayoon, Yerim, Hye Kyo, dan Min Ho melewati kami. Mereka menatap kami dengan tatapan yang sulit ku artikan. Sepertinya kali ini akan ada issue yang begitu panas. Mereka pasti akan menyebarkan issue bahwa aku telah memiliki kekasih baru. Tapi aku tak ingin memikirkan semua itu. Sebagai permintaan maafku, akhirnya aku mentraktir Ji Sung makan di salah satu café disana. Ada hal yang masih mengganjal dalam benakku. Mengapa hatiku merasa sakit disaat aku datang bersama pria lain? Mengapa Myungsoo terdiam saat melihatku bersama Ji Sung? Mengapa Myungsoo terlihat seperti menghindariku? Seandainya aku bisa membaca pikiranmu, Myungsoo-ya. Mungkin aku tak akan bertanya-tanya seperti ini dalam benakku. Ketahuilah bahwa aku masih dan tetap mencintaimu, Myungsoo-ya.

Pada tanggal 23 Oktober 2015 tepat pukul 9.00 a.m, aku mengirim pesan pada Hyun Joong. Aku memberitahunya kalau hatiku terasa sangat sakit. Dia membalas pesanku dan bertanya padaku. Mengapa kau merasa sakit hati? Bukankah kau telah memiliki kekasih baru? Seperti itulah pertanyaan yang dia lontarkan padaku. Ternyata dia pun mengira bahwa aku telah memiliki kekasih baru. Aku membalas pesannya. Aku memberitahu padanya bahwa Ji Sung adalah sahabatku sewaktu SMP. Dia malah menyuruhku untuk menemuinya saja di apartemennya. Agar kita bisa bicara secara bebas. Aku pun menyetujuinya. Tepat pukul 1.00 p.m, aku berada di apartemen Min Ah. Min Ah baru saja pulang dari London. Dia memberikan oleh-oleh untukku. Aku menerima oleh-olehnya dengan senang hati. Kami saling bicara saat itu sambil menunggu kedatangan Gyeong. Karena aku tak mungkin datang ke apartemen Hyun Joong sendirian. Aku pun tak mungkin pergi kesana bersama Min Ah karena mereka pernah menjalin hubungan. Tepat pukul 4.30 p.m, akhirnya Gyeong datang. Aku dan Gyeong bergegas pergi ke apartemen Hyun Joong. Untuk sesi awal, Gyeong mengungkapkan rasa sakit hatinya. Selama ini dia memendam perasaan pada Kyuhyun. Dia diam-diam mencintai Kyuhyun. Dia merasa sakit hati saat mengetahui bahwa Kyuhyun telah mengincar wanita lain. Aku menatap miris sambil mendengarkan ceritanya. Tepat pukul 7.00 p.m, aku mulai menceritakan kejadian di lokasi pemotretan pada Hyun Joong. Dia mengakui padaku bahwa awalnya dia sempat terkejut ketika melihatku datang bersama pria lain. Namun, dia tak mengetahui bagaimana pandangan Myungsoo terhadap kejadian itu. Karena dia tak mungkin bertanya pada Myungsoo disaat moment penting seperti itu. Sayang sekali. Padahal aku ingin mengetahui bagaimana perasaan Myungsoo saat melihatku datang bersama pria lain. Tiba-tiba Hyun Joong mengatakan hal yang tak pernah ku bayangkan sebelumnya. Dia memberitahuku pada saat praktikum bulan Mei 2015 lalu, ada issue yang menyebar tentang diriku. Mataku membulat sempurna saat itu. Aku pun bertanya padanya. Apa issue itu? Karena aku tak tahu ada issue tentang diriku saat itu. Dia memberitahuku bahwa Yerim, Hyuna, Gayoon, Hye Kyo dan Beige yang menyebarkan issue itu. Issue itu mengatakan bahwa aku berpura-pura sakit untuk mendapatkan perhatian dari Myungsoo. Dan issue itu sampai pada telinga Myungsoo. Pantas saja Joong Ki bertanya padaku waktu itu. Apakah aku berpura-pura sakit untuk mendapatkan perhatian Myungsoo? Pertanyaan Joong Ki sama dengan issue itu. Jadi Joong Ki bertanya seperti itu setelah issue itu tersebar. Mereka jahat sekali. Apa salahku sebenarnya pada mereke? Jika Yerim masih menginginkan Myungsoo, maka silahkan saja. Lagipula hubunganku dengan Myungsoo telah berakhir sejak lama. Tapi aku tak ingin hal itu sampai terjadi. Aku tak pernah rela jika Myungsoo dan Yerim berpacaran. Aku sangat mencintai Myungsoo. Hyun Joong pun memberitahu padaku bahwa alasan Myungsoo pindah bus karena dia merasa muak dengan issue yang beredar itu. Selain itu, Myungsoo tak memiliki teman yang ada di bus 3. Karena semua temannya berada di bus 1. Mendengar hal itu membuat hatiku tenang. Setidaknya Myungsoo tidak benar-benar merasa muak dengan kehadiranku saat itu. Apakah ini salah satu cara Yerim bersama temannya untuk membuatku bertengkar dengan Myungsoo lagi? Jika benar, maka usaha kalian telah berhasil. Karena aku telah terpengaruh oleh issue itu. Selain itu, Hyun Joong memberitahuku bahwa saat itu Yerim menyebarkan issue lainnya. Issue itu adalah sebenarnya Myungsoo ingin sekali duduk bersama Yerim. Tapi, Ji Won datang dan duduk disamping Myungsoo. Detik itu juga, aku tertawa bukan main mendengarkan issue itu. Aku benar-benar tak mengerti dengan Yerim. Apa yang dia inginkan sebenarnya dengan menyebarkan issue itu? Aku pun menceritakan semuanya pada Hyun Joong kejadian saat praktikum bulan Mei 2015 itu. Hyun Joong pun tertawa sambil mendengarkan ceritaku itu. Akhirnya satu persatu semuanya terungkap. Meskipun aku sempat bertengkar dengan Myungsoo karena masalah ini. Kau benar-benar mengelak tuduhanku waktu itu karena kau benar-benar tak melakukannya, Myungsoo-ya. Gomawo, Myungsoo-ya. Kali ini aku telah meyakinkan diriku bahwa aku hanya akan mempercayaimu saja. Aku tak akan terpengaruh oleh orang lain lagi. Saranghae, Myungsoo-ya.

Pada tanggal 25 Oktober 2015 tepat pukul 10.30 p.m, aku mengirim pesan pada Myungsoo. Aku meminta maaf padanya. Aku baru mengetahui alasan dibalik insiden pada praktikum bulan Mei 2015 itu. Aku merasa bersalah padanya karena telah menuduhnya. Aku mengiriminya banyak pesan. Aku ingin bertemu dengannya. Aku ingin meminta maaf secara langsung padanya. Bahkan aku telah menjelaskan insiden saat aku membawa pria pada foto angkatan. Aku memberitahunya bahwa Ji Sung adalah sahabatku sewaktu SMP. Namun, lagi-lagi dia tak membalas pesanku. Ada apa denganmu sebenarnya, Myungsoo-ya? Mengapa kau tak membalas pesanku? Apakah kau begitu membenciku? Ataukah ada alasan lain dibalik semua ini? Teka-teki yang kau buat untukku kali ini membuatku benar-benar tak mengerti akan dirimu. Apa keinginanmu sebenarnya, Myungsoo-ya?

Pada tanggal 29 Oktober 2015 tepat pukul 04.00 p.m, aku menginap di rumah nenekku. Aku membantu pekerjaan nenekku saat itu. Aku tak tega membiarkan nenekku bekerja sendirian. Mengingat nenekku memiliki penyakit jantung. Tepat pukul 9.00 p.m, aku menutup toko milik nenekku. Aku pergi ke kamarku untuk beristirahat. Namun, aku tak bisa tidur saat itu. Aku selalu memikirkan alasan Myungsoo mengabaikan semua pesanku. Apa yang kau lakukan saat ini, Myungsoo-ya? Apakah kau bermain game lagi? Aku masih menunggu balasan pesan darimu disini. Akhirnya aku memutuskan untuk mengambil obat tidurku. Aku meminum obat itu lalu berbaring di ranjang. Aku harap bisa tidur kali ini. Mengingat aku sering mengalami insomnia akhir-akhir ini karena memikirkan Myungsoo.

Pada tanggal 30 Oktober 2015 tepat pukul 04.00 a.m, aku terbangun dari tidurku karena mendengar suara alarm ponselku. Tanganku mengambil ponselku lalu menekan tombol berhenti untuk menghentikan suara alarm itu. Mataku melihat ada 2 panggilan tak terjawab. Tanganku pun mengklik pesan pemberitahuan itu. Kini mataku membulat sempurna saat melihat nomor yang meneleponku adalah nomor ponsel Myungsoo. Tanganku mengklik nomor ponselnya. Ku lihat kami saling mengirim pesan. Aku membaca pesan demi pesan itu. Bibirku tersenyum miris. Mataku menatap tajam layar ponselku.
“ Jangan mengirim pesan atau menghubungiku lagi! Jangan muncul dihadapanku lagi! Aku merasa risih dengan semua itu.” Pesannya.
“ Ok. Deal. Salam perpisahan yang begitu menarik. Tunggu saja! Waktu yang akan menjawab semuanya.” Balasku.

Seperti itulah pesan terakhirnya. Dan bodohnya aku malah menyetujuinya. Apa salahku sebenarnya? Padahal aku hanya ingin meminta maaf padanya. Mengapa dia meresponnya seperti itu? Pesan itu bagaikan sebuah tamparan secara tak langsung untukku. Apa yang harus ku lakukan kali ini? Tiba-tiba nama Hyun Joong yang terlintas dalam benakku. Aku mengirim pesan pada Hyun Joong. Aku ingin meminta saran padanya. Aku benar-benar sudah gila karena memikirkan kebodohanku ini. Tapi yang menjadi pertanyaanku adalah kapan aku mengirim pesan ini padanya? Apakah aku mengigau hingga mengirim pesan padanya seperti ini? Apakah karena sebelum tidur aku memikirkannya hingga berakhir dengan tindakan gilaku itu? Tindakan gila yang ku lakukan karena tidak bisa mengontrol emosiku saat itu. Semua ini benar-benar membuatku gila. Tepat pukul 6.00 p.m, aku pergi ke apartemen Hyun Joong bersama Gyeong. Aku menceritakan insiden pesan itu pada Hyun Joong. Tapi Hyun Joong malah tersenyum dan mengatakan hal yang tak ku duga.
“ Apakah kau percaya dengan pesan ini, Ji Won-ya? Aku sangat yakin Myungsoo memikirkan pesan darimu. Dia mengatakan sudah tak peduli lagi. Aku rasa kata itu adalah sebaliknya. Semua itu sangat jelas ketika dia meneleponmu. Bukankah itu menandakan bahwa dia sangat penasaran dengan apa yang ingin kau bicarakan padanya? Namun, aku tahu dia tak akan bertanya padamu tentang hal yang sama lagi. Karena dia mempunyai pelampiasan untuk mengalihkan semuanya. Kau pasti tahu apa pelampiasannya. Dia melampiaskannya dengan bermain game. Kau tak perlu memikirkan semua ini, Ji Won-ya. Karena aku yakin dia pasti memikirkanmu saat ini. Sebaiknya kau jangan menghubungi dia dulu untuk saat ini. Geunde, sepertinya ada faktor lain juga. Mengapa dia mengirim pesan seperti itu padanya? Mungkinkah dia sedang mempunyai masalah lain? Kita harus berpikir positif untuk masalah ini, Ji Won-ya. Jika kau ingin menemuinya, maka temui dia disaat sedang sendiri.” Jelas Hyun Joong.
“ Aku rasa kau jangan menemuinya, Ji Won-ya. Jika kau menemuinya, maka akan memperburuk situasi. Apalagi dia terlihat sangat emosi melalui pesan itu.” Larang Gyeong.
“ Kau benar, Gyeong. Lagipula dia telah memintanya agar aku tak menghubungi dia lagi. Aku akan mengikuti permintaannya kali ini. Meskipun hatiku terasa sakit.” Ujarku.
“ Apa yang dikatakan oleh Gyeong ada benarnya juga. Aku telah mengingat semuanya, Ji Won-ya. Mungkin ini akan membuat hatimu sakit, geunde kau harus mengetahui semuanya. Apakah kau tahu? Issue tentang dirimu yang pernah tidur di apartemen Myungsoo. Issue itu menyebar saat kita semester 1 dulu. Issue itu disebarkan oleh Yerim dan teman-temannya. Apakah issue itu benar, Ji Won-ya? Jika benar, mengapa kau bisa mengatakan hal itu pada mereka? Saat mendengarnya dulu, aku sempat merasa jijik walau tuk sekedar melihatmu. Aku tak menyangka bahwa seorang Ji Won terlihat seperti yeoja murahan. Aku berpikiran seperti itu sebelum aku dekat denganmu. Geunde, aku tak menyukai mereka sekarang. Mereka adalah kelompok penyebar issue tak benar. Saat itu Myungsoo diintrogasi oleh mereka. Aku tak tahu apa yang mereka tanyakan pada Myungsoo karena aku sedang memasak bersama Seung Ho saat itu. Apakah kau tahu? Setelah hubunganmu berakhir dengan Myungsoo. Teman-teman Yerim mencoba mendekatkan Myungsoo dengan Yerim. Myungsoo tahu akan maksud semua itu. Namun, dia diam saja. Bahkan tak meresponnya. Dia lebih memilih pergi menghilang begitu saja dibandingkan merespon semua itu.” Jelas Hyun Joong.
“ Apakah semua itu benar? Mengapa aku tidak mengetahuinya?” Tanyaku.
“ Apakah kau benar-benar tak mengetahuinya, Ji Won-ya? Padahal tindakan mereka terlihat jelas sekali. Mereka mencoba untuk mendekatkan Yerim dengan Myungsoo.” Ujar Gyeong.
“ Ah, molla. Yang terpenting mereka tidak menjalin hubungan. Jika seperti itu, maka aku akan memarahi Myungsoo. Aku tak peduli dengan amarahnya lagi. Geunde, hingga detik ini mereka tak menjalin hubungan. Mengingat hal itu sudah membuatku bahagia.” Ujarku.
“ Yerim pernah mengatakan padaku bahwa dia dan Myungsoo saling mencintai. Geunde, kau terus mengejar Myungsoo. Padahal Myungsoo tak mencintaimu. Akhirnya dia mengalah dan membiarkan Myungsoo untuk berpacaran denganmu, Ji Won-ya. Tapi, aku tak mempercayainya. Aku memikirkan semua itu dengan logikaku. Tak mungkin Myungsoo berpacaran denganmu tanpa mempunyai perasaan padamu. Aku menyimpulkan bahwa Myungsoo mempunyai perasaan dan sayang padamu. Jika perkataan Yerim benar, mengapa mereka tidak berpacaran saja setelah hubunganmu dan Myungsoo berakhir? Bukankah ini sangat terlihat bahwa Yerim sering menyebarkan issue tak benar?” Ujar Hyun Joong.

Aku tertawa tiada hentinya saat itu. Mendengar perkataan Hyun Joong membuatku merasa geram pada Yerim. Apa yang kau inginkan sebenarnya, Yerim? Bukankah kau menginginkan hubunganku dengan Myungsoo berakhir? Kini hubunganku dan Myungsoo telah benar-benar berakhir. Tapi, mengapa kau selalu membuat issue tak benar tentang diriku? Apalagi insiden praktikum pada bulan Mei 2015 yang lalu. Aku tak ingin mempermasalahkan semua ini lagi. Apalagi semuanya telah berakhir sekarang. Ada hal yang mengganjal dalam hatiku. Aku belum sepenuhnya meminta maaf pada Myungsoo atas insiden yang terjadi. Namun, aku tak bisa menghubunginya lagi. Terlebih lagi dia telah mengatakan agar aku tak menghubunginya lagi disaat aku belum sempat meminta maaf padanya. Apa yang harus ku lakukan kali ini? Aku benar-benar ingin meminta maaf padamu, Myungsoo-ya? Tapi kau tak ingin menemuiku lagi. Padahal aku sangat mencintaimu, Myungsoo-ya. Kini aku hanya bisa mengandalkan waktu. Berharap suatu saat nanti kita dipertemukan kembali. Jika semua itu terjadi, maka aku akan meminta maaf padamu detik itu juga. Selamat tinggal, Myungsoo-ya. Saranghae.

Pada tanggal 6 November 2015 tepat pukul 11.00 a.m, aku pergi ke rumah sakit bersama nenekku. Awalnya aku mengantarkan nenekku untuk berobat rutin penyakit jantungnya. Namun, nenekku menyuruh dokter untuk memeriksa kondisiku. Nenekku mengatakan pada dokter itu bahwa aku sering mengalami sakit kepala dan muntah-muntah. Dokter pun memeriksa kondisiku. Tiba-tiba dokter itu menanyakan padaku. Apakah kau sering meminum minuman beralkohol? Aku hanya menganggukan kepalaku sambil melihat ke arah nenekku yang terkejut. Dokter menyuruhku pergi ke sebuah ruangan yang penuh dengan peralatan medis. Aku mengikuti dokter itu. Dokter itu melakukan pemeriksaan pada seluruh tubuhku. Saat melihat hasil pemeriksaan, ku lihat dokter itu sedikit terkejut. Aku pun memberanikan diri untuk menanyakan kondisiku. Dokter itu memvonisku mengidap penyakit kanker otak. Aku terkejut bukan main saat itu. Tiba-tiba nenekku pingsan tepat disampingku. Aku menjadi panik bukan main saat itu. Beruntung penyakit jantung nenekku tidak kambuh. Setelah nenekku sadar, nenek bertanya pada dokter.
“ Darimana sumber penyakitnya dokter?” Tanya nenekku.
“ Pasien telah mengkonsumsi minuman beralkohol dengan kadar yang tinggi. Diduga pasien sering meminum minuman itu hingga berakibat pada kesehatannya. Selain itu, pasien sering mengalami stress. Tubuhnya tak bisa menampung semua itu dalam waktu yang bersamaan.” Jelas dokter.
“ Apakah cucuku ini bisa sembuh, dokter?”
“ Nde, tentu saja. Lagipula penyakit kanker otaknya masih stadium awal. Pasien bisa sembuh dengan berobat rutin dan berhenti meminum minuman beralkohol. Saya akan memberikan resep obat untuk pasien. Geunde, apabila pasien terlambat atau tidak meminum obat ini akan mempengaruhi kinerja otaknya. Sering kali pasien akan lupa dengan kegiatannya sendiri, lupa dengan orang disekitarnya, lupa dengan pengetahuan yang dimilikinya, bahkan memiliki kepribadian yang lain. Saya harap pasien meminum obat ini secara rutin. Ini adalah langkah awal untuk mencegah kanker otaknya agar tidak menyebar menjadi kanker otak stadium 2. Selanjutnya pasien harus melakukan pemeriksaan rutinan di rumah sakit untuk mengetahui tingkat kesehatannya.” Jelas dokter.

Apakah aku tidak salah mendengarnya kali ini? Aku akan kehilangan daya ingatku selama ini. Aku akan lupa dengan orang disekitarku. Bahkan aku bisa kehilangan pengetahuan yang ku miliki selama ini. Apakah itu berarti aku akan melupakan Myungsoo? Aku tak akan ingat semua kenanganku bersamanya. Mengapa kau memberikan penyakit ini padaku, Tuhan? Apa salahku selama ini? Aku tak ingin memiliki penyakit ini. Aku tak ingin melupakan Myungsoo. Aku ingin menyimpan semua kenangan bersamanya dalam ingatanku ini. Aku harus bisa sembuh. Aku tidak akan lupa untuk meminum obat itu dan melakukan pemeriksaan rutinan. Karena aku harus menyelesaikan masalahku dengan Myungsoo saat bertemu nanti. Aku harap aku masih mengenalimu saat kita bertemu nanti, Myungsoo-ya. Maafkan aku! Jika aku tak mengenalimu untuk saat ini. Semua ini karena penyakitku.

Pada tanggal 7 November 2015 tepat pukul 8.00 p.m, aku mengirim pesan pada Hyun Joong. Aku menceritakan penyakitku padanya. Dia membalas pesanku dan terkejut bukan main. Dia  memberiku dukungan dan motivasi untuk sembuh. Aku mengucapkan terimakasih padanya atas semua itu. Aku pun menyuruhnya untuk berhenti merokok karena aku tak ingin dia sakit sepertiku. Aku juga meminta bantuannya untuk menasehati Myungsoo agar Myungsoo berhenti meminum minuman beralkohol. Aku takut Myungsoo akan mengidap penyakit yang sama denganku. Aku tak ingin Myungsoo mengidap penyakit itu. Dia akan membantuku semampunya. Dia akan berusaha untuk menasehati Myungsoo agar berhenti. Aku mengucapkan terimakasih lagi padanya. Aku pun memberitahunya sesuatu.
“ Jika kita bertemu dan aku tak menyapamu, maka aku harap kau tak menganggapku sombong. Aku bersikap seperti itu karena efek dari penyakitku.”

Aku mengatakan hal itu padanya. Agar dia memaklumi tiap sikapku yang berubah-ubah nanti. Akhirnya dia pun mengerti. Aku akan berusaha mengingat Myungsoo dalam ingatanku. Aku tak kan melupakan rasa cinta dan sayang yang pernah kau berikan padaku. Selamat tinggal, Myungsoo-ya. Aku harap kau hidup bahagia. Aku akan selalu mencintaimu, Myungsoo-ya.




END !!!

Bacalah part sebelumnya dengan mengklik link dibawah ini!


Note: Setelah Reader membaca “ [Special Edition Love is Feeling] Ji Won’s Diary ” ini. Alangkah lebih baik jika Reader membaca “ [SERIES] Love is Feeling ”, “ [SERIES] Love is Feeling (Myung Soo’s Diary) ”, dan “  [Special Edition Love is Feeling] Married Story ”. Karena keempat kisah ini saling berhubungan. Tetaplah berkunjung di blog ini dan nikmatilah beragam kisah cinta yang menarik dan pastinya membuat Reader sangat penasaran.




Tidak ada komentar: